Kemarin aku bertemu seseorang dia adalah seorang yang pernah berada di kubu berbeda yang selalu menghakimi. Kadang aku berpikir dia musuh atau bukan .
Terlihat beda di sekolah dan rumah, di sekolah dia adalah perempuan bak preman yang menindas namun di rumah dia hanya seperti robot bergerak ketika di suruh dan tidak banyak komentar.
Aku kesal sekaligus kasian, rumahnya bak penjara dan sekolah adalah istana baginya.
Entah untuk sekarang atau kedepannya aku berpikir, orang seperti dia tak bisa aku hindari . mereka banyak berkeliaran di dekatku. Seperti sebuah pemangsa yang setiap kali mengintai.
Jujur saja hidup orang bukanlah urusan kita. Namun terkadang itu seperti mendorong kita untuk tahu pada kepribadian di dua tempat yang berbeda.
Rumah harusnya adalah tempat terhangat yang selalu jadi tempat yang dirindukan setiap orang untuk kembali. Mengapa kini terlihat menjadi penjara.
Ada sebuah batasan.
Terkadang ketika orang yang sering mengganggu dan suka menghakimi susah entah kenapa jiwa-jiwa kita ikut bersorak gembira
Setelah lima menit kemudian kita sadar harusnya kita tak merasa begitu.
Lalu apa yang salah ?
Haruskah kita membantunya atau memperhatikan dia saja ?
Dia kemudian berkata
" Jangan membantu musuhmu jika dia tidak pernah membuat kesepakatan atau pun perjanjian, karena musuh tetaplah musuh, sulit jadi teman".Dan saat itu aku berpikir, tak selamanya dunia ini seperti perkiraan mu
Ya memang penuh misteri
Lalu bagaimana kita perlu memikirkannya.
What do you think ?
Sebuah masalah yang tak ingin ada bantuan untuk menyelesaikannya.
Membiarkannya ?
Atau
Membantunya lagi ?
Meski di tolak
Love by
P.S.M
KAMU SEDANG MEMBACA
What Do You Thinking
General FictionPernah tidak kamu menyendiri kemudian berpikir tentang dunia ini sendirian. makin hari kamu makin merasa jika hampir Orang yang kamu temui hanya sekedar bertemu tapi tak bisa mengerti mu.