Rusuh

31 7 22
                                    

"Cel ntar ngantin sama gue ya," bisik Fajar. Gue pun menoleh sekilas ke arah Fajar.

Ngapa ni bocah? Tiba-tiba ngajak makan bareng? batin gue. Fajar pun tersenyum dengan manis ke arah gue dan membuat yang lainnya kebingungan.

"Ada apa nih? Kenapa kalian bisik-bisik sama senyam-senyum?" tanya Refa dengan tatapan menggoda.

"Kepo amat sih lo!" ungkap Fajar.

"Hilih, gue kepo itu wajar. Lo aja keponya akut masa gue gak boleh kepo," ucap Refa sambil memutar bola matanya dengan malas.

"Gue itu bukan kepo, cuma agak julid aja kalo masalah orang," ucap Fajar santai.

"Apa bedanya Fajar cakep? Pengen gue hujat lo," dumel Refa kesal.

"Gue tau Fa, gue itu memang cakep. Bilang aja kalo lo suka sama gue?" ucap Fajar dengan santainya.

"Heran gue sama lo. Bisa ya punya kepdan tingkat akut begitu? Dimana-mana yang namanya orang cakep gak akan bilang cakep ke orang lain. Lah, lo mah beda dari yang lainnya," ucap Refa jengah.

Fajar pun menoleh ke arah Refa dengan tatapan datarnya dan berkata, "Gue emang gak suka sama orang lain. Gue ya gue! Gak ada di kamus seorang Fajar sama kayak yang lain." Fajar pun meninggalkan Refa dan yang lainnya.

"Dasar badebah!" umpat Refa sambil menatap Fajar dengan jengah. Gue pun hanya menggelengkan kepala dengan santai, bisa-bisanya mereka berantem di dalam kelas kayak gitu.

Fajar dan Refa terkenal seperti kucing dan tikus kalo ketemu, itu merupakan sesuatu yang lumrah terjadi di dalam kelas ini. Mereka akur di beberapa waktu tertentu saja, kayak kalo Fajar menang lomba, Refa rangking, gue menang turnamen dan masih banyak lagi. Gue pun menatap Refa dengan tatapan sebal.

"Kenapa lo liatin gue sampe segitunya?" tanya Refa bingung.

"Bisa gak sih, kalian itu gak ribut sehari aja? Bosen gue dengernya. Kalo gak ribut, ya kalian ngambek, kalo gak ngambek kalian marahan. Maunya apa?" tanya gue kesal.

"Tanya aja sana Fajarnya, dia maunya apa?" jawab Refa santai. Gue pun menggeleng melihat sikap Refa yang sebal dengan sikap Fajar pagi ini.

"Cel! Cowo lo ngambek nih!" seru Ojan, yang merupakan teman sebangku Fajar.

Gue pun menatap Ojan dengan tatapan tajam. Ojan yang menyadari tatapan gue pun langsung menunjukkan cengiran khasnya. Gue pun langsung bangkit dari tempat duduk dan menghampiri Fajar yang sedang bermain ponselnya.

"Yaudah gue cabut dulu ya. Bye!" ucap Ojan sambil berlalu meninggalkan gue dan Fajar.

Setelah Ojan pergi meninggalkan kami berdua, gue memutuskan untuk duduk di sebelah Fajar. Tanpa babibubebo Fajar pun menyandarkan kepalanya di pundak gue sambil memaikan ponselnya. Terdengar suara siul dan teriakan heboh dari dalam kelas.

"ASIK AMAT WOI!"

"MASIH PAGI INI. KENAPA DRAMA KOREA MUNCUL DI DEPAN MATA GUE!"

"TOLONG MB, MAS. KASIAN SAMA PARA JOMBLO YANG AMBYAR LIAT KALIAN BERDUA."

"PLEASE DAH, MASIH PAGI LIAT ORANG PACARAN DI KELAS."

"HUH! MATA SUCI GUE TERNODAI OLEH KALIAN BERDUA."

"UNTUNG KALIAN BERDUA BERPRESTASI YA. KALO ENGGA DAH DI DUPAK LO DARI KELAS INI!"

"IRI BILANG BOS!" seru Fajar

"Huuuuuu, buchen lo Jar!" seru satu kelas. Gue pun hanya mendelik sebal melihat kelakuan mereka semua. Fajar pun memasang earphonenya di telinganya dan telinga gue. Dia memasang earphone agar mengurangi cibiran dari orang-orang yang ada di sekitarnya.

"Kenapa gak lo pake dua-duanya?" tanya gue bingung.

"Kalo gue pake dua-duanya, kuping lo panas denger cibiran mereka yang gak guna. Gosip mulu kerjaannya," jawab Fajar sambil menenggelamkan wajahnya di cengkruk leher gue dan memejamkan matanya.

"Masih pagi lo dah ngantuk? Begadang?" tanya gue sambil mengelus pelan punggung belakang Fajar.

"Iya, semalem gue ngerjain laporan gue, ya lo tau lah gue gimana?" tanya Fajar sambil tertidur.

"Yaudah kalo misalnya lo ngantuk tidur aja, kalo ada guru nanti gue bangunin," jawab gue sambil tersenyum simpul. Tak lama kemudian, gue pun merasakan nafas Fajar yang mulai teratur. Ojan pun menghampiri gue sambil membuka mulutnya ingin berbicara. Gue pun dengan sigap mengkode Ojan untuk tidak berbicara sama sekali.

Gue pun menyuruh Ojan untuk mendekat kearah gue. Ojan yang mengerti langsung mebungkuk ke arah gue, "Untuk hari ini, lo duduk sama Refa dulu." Ojan pun langsung mengangguk pelan dan mengambil tas serta jaketnya.

Setelah mengambil tas dan jaketnya, Ojan pun kembali dengan tas, jaket, dan beberapa buku gue di tangannya. Ojan dengan sigap menata tas, jaket dan buku gue dengan rapih di atas meja.

"Thanks Jan!" ucap gue sambil tersenyum.

"Santuy aja kali, kayak sama siapa aja lo ini. Btw agaknya Fajar agak sensitif hari ini. Jadi, lo sabar-sabar aja ya ngadepin sikap dia yang manja," ucap Ojan.

"Iya, gue dah paham sama sikap Fajar, Jan. Lo tenang aja, Fajar sama gue dah kenal lama. Jadi, gue dah kenal deket sama Fajar. Udah balik ke tempat nanti Bu Izma dateng," ucap gue sambil menyuruh Ojan pergi.

Tak lama kemudian suara gaduh di lorong pun terdengar sangat nyaring. Semua orang saling berpandangan mendengar kejadian itu.

Bruk! Bruk! Bruk!

Suara pukulan tersebut terdengar sangat nyaring sampai ke dalam kelas. Rizal selaku ketua kelas langsung keluar melihat apa yang terjadi di depan dan di susul oleh Dani.

"TETEP DI KELAS! GUE SAMA RIZAL YANG LIAT. KALIAN SANTUY AJA!" seru Dani sambil berlari mengejar Rizal.

Mendengar suara teriakan dari Dani, Fajar pun merasa terusik dan menggeliat kecil. Gue pun langsung mengelus pelan punggungnya, agar Fajar tidak bangun. Fajar yang merasa risih dengan keributan yang ada, akhirnya membuka matanya perlahan.

"Ada apa?" tanya Fajar dengan suara serak khas bangun tidur.

"Biasa lah, ada yang ribut di depan kelas," jawab gue menenangkan Fajar.

"Yang ke depan siapa?" tanya Fajar.

"Bang Rizal sama Kak Dani. Katanya kita suruh tunggu di kelas aja," jawab gue santai.

"Ko, gak bangunin gue?" tanya Fajar lagi.

"Lo aja tidurnya pules banget. Gak mungkin kita semua tega bangunin lo. Oh ya, lo jangan keluar dulu deh. Dari kemarin juga lo dah nyelesain banyak masalah. Gue gak mau lo ikutan di dalemnya. Gue gak mau lo masuk BK, Jar" jelas gue sambil menundukkan kepala.

"Itu tugas gue sebagai OSIS. Lo tenang aja, gue akan aman ko. Kalo lo khawatirin gue terus kayak gini, yang ada gue yang gak tenang. Kan lo tau sendiri OSIS gimana? Jadi pahamin ya kerjaan gue," ucap Fajar santai. Gue pun langsung terdiam mendengar perkataan Fajar.

Bersambung.

Minal aidzin wal fa'idzin semuanya❤️. Maaf jika aku ada salah kata, perbuatan atau apapun yang bersifat sengaja ataupun tidak di sengaja🙏.

Selamat Hari Raya Idul Adha bagi para readersku yang merayakannya. Semoga besok kita bisa menjadi lebih baik lagi kedepannya. Aamiin🙏.

Jangan lupa vote and commentnya guys 😊💕.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EsperanzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang