1. Ma'had Al-Amin

35 3 1
                                    

Ma'had Al-Amin, disinilah aku memulai sebuah kisah dimana aku menjadi seorang santriwati.
Namaku Nabila Putri Amaliya, biasa dipanggil Liya. Aku sudah 5 tahun dipondok pesantren ini. Pesantren yang penuh dengan cerita, tawa, suka dan duka, bahkan cinta. Semua pernah aku alami. Aku mempunyai 2 orang sahabat bernama Marina Azzahra dan Larisa Aulia. Rina dan Caca. Kami selalu bertiga sejak kelas 1 Tsanawiyah dan sekarang sudah masuk 3 Aliyah. Aku bertiga juga lulus menjadi seorang mudabbiroh (pengurus) di asrama putri ini. Jadi kami bertugas mengurus para santriwati disini. Aku bersyukur mempunyai sahabat seperti mereka yang selalu ada disaat aku sedih dan bahagia. Kisah cintaku disini terbilang rumit, sampai aku sekarang sudah berhasil melupakan dia yang aku tunggu, tetapi semuanya berakhir kecewa. Ah sudahlah, Kenapa aku membahas dia? Lagipula aku sudah melupakannya. Aku sekarang rasanya sudah tidak ingin mengenal cinta lagi. Sudah cukup hatiku tersakiti olehnya. Aku ingin hijrah, agar aku berguna didunia sebagai hamba Allah yang mentaati aturan-Nya.

"Liya, kamu lagi tulis apa?". Sapa seorang sahabatku, Rina.

"Eh Rina, ini aku lagi buat Diary". Jawabku lalu tersenyum dan mengusap setetes air mata yang akan terjatuh ke atas tulisan diary ini.

"Kamu masih kecewa ya? Aku juga ga nyangka dia bakal gitu". Ucap Caca yang langsung mengelus pundakku.

"Gapapa kok Ca, aku udah ikhlas. Lagian sekarang kita kan udah happy. Ga galau lagi". Jawabku tersenyum

Mereka berdua memelukku.

"Heii kalian ngapain ? yuk sekolah". Ucap Kinan, teman kamarku sekaligus mudabbiroh tergalak di asrama putri ini.

"Astagfirullah, Yuk berangkat". Ucap Rina.

"Yang terakhir berangkat, inget konci kamar ya, titip di ruang mudabbiroh". Ucap Caca.

Kami ber-4 lalu berangkat ke Madratsah.

Sesampainya di Madratsah, aku bertemu kembali dengan teman sekelas ku. Jumlah dikelas ini hanya 20 santriwati. Aku mengambil jurusan IPA. Pelajaran-pelajarannya berhasil membuatku pusing ketika ustadz maupun ustadzah memberikan tugas. Tapi itu pilihanku, aku harus menjalaninya.

Di pagi ini ada pelajaran kaligrafi, aku langsung saja mencari sebuah pengkerot didalam tas, tetapi tidak ada. Kemudian aku mencarinya didalam kolong mejaku. Saat aku hendak meraba kolong meja, aku menemukan sebuah gumpalan kertas. Aku langsung saja membukanya.

Oh astagfirullah. Surat lagi haha

Iya, itu sebuah surat yang berasal dari salah seorang santri. Disini memang menjadi tradisi para santriwan dan santriwati. Bermain surat-suratan karena tidak bisa bertemu dan berbicara langsung. Santriwati masuk sekolah pagi, sedangkan santriwan masuk sekolah siang dikelas yang sama alias bergiliran. Maka dari itu, santri sering sekali bermain surat melalui kolong meja ini.

Aku membaca surat ini.

Assalamu'alaikum wr.wb. haiii nama saya Alvian. Kamu pasti Liya kan? Yang sering tilawah kalau ada acara di pesantren?  Saya ngefans banget sama suara kamu. Tolong bales surat ini yaa plisss. Saya cuma pengen kenal aja kok sama kamu. Ga lebih.

Begitulah isi surat yang berhasil membuat ku tertawa dipagi ini. Spontan Caca dan Rina pun tertawa karena ternyata mereka juga membaca nya diam-diam.

"Hahahhaha, bales tuh Li baless haha". Ucap Rina.

"Aku bales nih?". Tanyaku polos.

"Iyaa bales lah. Kasian hahha". Sambung Caca.

"Yaudah aku bales nih ya". Jawabku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cerita Cinta Seorang SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang