26

1.6K 151 15
                                    

Seperti biasanya, sampai di kelas Mark akan mengobrol bersama Ali sedangkan Kana bersama Eru. Sudah pasti Eru menceritakan semuanya kejadian semalam dengan Lena, dimana ia melihat Lena berdiri dipinggir jembatan yang kelihatan putus asa.

Eru juga menceritakan kalau mood Lena membaik setelah ia ajak bermain ke taman hiburan yang kebetulan ada di dekat rumahnya.

"Sepertinya dia cukup kesepian, mungkin kalau dia mempunyai teman dia akan berubah." ujar Kana setelah menyimak cerita Eru.

"Gue pikir juga begitu. Semalam, Gue seperti melihat Lena yang berbeda. Dia tertawa lepas sekali setiap menjajal semua permainan yang ada disana. Oh iya, gue juga sempet ngikutin dia pulang ke rumahnya. Barangkali dia puter balik ke jembatan lagi kan." 

"Wah keren juga kamu, Ru."

"Ada yang aneh sih. Sebelum masuk, dia berdiri lama di depan gerbang rumahnya. Disitu gue kira dia akan pergi lagi. Cukup lama sih, terus akhirnya dia masuk rumah. Masih gue pastiin tuh dia bener-bener masuk dan gak keluar lagi."

"Mark juga cerita, kalau dia ada problem sama keluarganya dan bikin dia trauma. Dia juga punya seseorang yang mirip dengan Mark, orang itu selalu ada ketika dia membutuhkan tapi sekarang temannya itu sudah meninggal. Makanya dia meminta Mark nemenin dia. Kayaknya berat ya masalah yang dia hadapi."

"Kelihatan, semalem juga gitu. Banyak melamun, sampai akhirnya gue suruh dia nyoba main. Gue kira cuman gara-gara ditinggal Mark pulang. Jadi makin penasaran."

"Kadang gue kasihan denger dia dan masalahnya. Pengen gue deketin terus ajak dia main. Cuman kondisinya gak mendukung. Bagaimanapun dia masih bikin gue dan Mark gak aman sekarang karena ancamannya." Melas Kana. 

"Bener, Kan."

Sejak semalam Kana kepikiran Lena sebenarnya. Rasa kesalnya tiba-tiba berubah jadi rasa empati ketika tahu masalah yang dialami oleh Lena. Dia pernah merasakan kehilangan sosok yang ia sayangi, sosok itu adalah Mark yang begitu marah padanya sehingga hubungan mereka sempat renggang. Meskipun masalah Lena mungkin jauh lebih kompleks karena ada konflik dengan orangtua serta kehilangan sosok pelindung untuk selamanya. 

Tanpa Mark tahu, Kana sempat menangis tadi malam. Mendengar permasalahan Lena, seperti trigger untuknya yang refleks mengajak kilas balik ke masa sulitnya. 

"Tumben, dia belum datang padahal lima menit lagi masuk kelas." Suara Eru membuyarkan lamunan Kana.

Eru mengarahkan matanya ke bangku Lena yang masih kosong, diikuti oleh Kana. Kalau diingat-ingat, ia tidak pernah melihat Lena main dengan teman sekelas atau anak kelas lain. Lena seringkali menghampiri Mark, kalau tidak entah hilang kemana.

"Si Mark kayaknya tenang-tenang aja ya, beda banget sama kita disini. Lihat, ketawa-ketawa lagi sama Ali." Perhatian Eru geser ke arah Mark yang berada ta jauh dari bangku Lena yang masih kosong. Mark ada di bangku Ali. Mereka sejak tadi banyak tertawa, sampai suara tawa Mark yang lantang memenuhi ruang kelas yang gak begitu luas itu. 

"Kamu gak tau. Pulang-pulang dari nemenin Lena semalem, dia kayak habis disandera penjahat."

"Kok bisa gitu?"

"Tanya langsung aja."

"Wkwkwk, Mark kelihatan banget gak bisa sembarangan deket sama cewek ya, kecuali lo." bisik Eru agar suaranya tidak menyebar kemana-mana.

"Orangnya awkward-an kalau sama cewek."

"Terus kok bisa jadian sama lo, sih? Jangan-jangan dulu lo duluan yang nembak dia?" Eru tertawa terbahak mengejek Kana yang sekarang memelototinya sebal.

"Kurang ajar ya."

"Gak nyangkal, berarti iya." Tawa Eru semakin keras, puas sekali menggoda Kana memang.

"Nggak ya!!"

__

"Mark

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mark..." celuk Kana sambil ikut berbaring di sebelah Mark yang sedang asyik main medsos.

"Hm."

Kana mendengus kecil karena respon Mark yang sangat singkat. Selintas ide muncul, mendorong dirinya semakin merapatkan diri dan melingkarkan Lengannya ke perut Mark. Aroma tubuh Mark yang menenangkan, membuatnya semakin meneggelamkan wajahnya ke lengan Mark yang kurus .

"Kamu kasihan gak sih sama Lena?"

"Kasihan kenapa?"

"Ya kasihan, lagi banyak masalah."

"Oh, kasihan sih." Masih sambil memainkan ponselnya,

"Aku jadi gak tega," gumam Kana yang sekarang jarinya memain-mainkan kaos Mark.

"Gak tega sama Lena? Jangan terlalu dipikirin. Itu bukan urusan kita dan kita gak perlu ikut campur terlalu jauh ke persoalannya." Mark memiringkan badannya menghadap Kana yang terlihat sedih.

"Nanti sore Eru mau ke rumah Lena."

"Mau apa?"

"Mau jenguk aja sekaligus nyari tahu kenapa gak berangkat sekolah, padahal kata Eru semalem sempet ceria. Cuman pas sampai rumah sedih lagi."

"Iya juga, kenapa Lena gak masuk sekolah ya?"

"Dia lagi butuh temen Mark, gak bisa ditinggal sendirian."

"Kamu jadi peduli gitu sama dia."

Kana menggeleng lesu, "Sejak dia mengusikku seakan kita jadi dekat. Apalagi tahu tentang ceritanya..."

"Kita pantau aja dari Eru, kan Lena sepertinya cukup nyaman dengannya."

Kana mengangguk, dalam hati dia ingin ikut bersama Eru tapi tidak berani mengatakannya pada Mark. Dia juga khawatir membuat Lena jadi tersinggung jika melihatnya datang untuk menjenguk. Setelah dipikir-pikir sepertinya banyak kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa terjadi kalau dia ikut. 

__

Maapkan yak, Kana lagi labil guys.
Makasih buat yang udah semangatin DC. Terharuu wkwk
Dukung terus ceritaku yaa dengan komen dan vote Kalian hehe.

THE SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang