Mengenalmu adalah caraku berlatih menghadapi ujian
Dari ribuan lembar materi yang kutulis, selalu menjadi senjata pamungkas untuk bisam mendapatkanmu. Namun dari usaha yang aku tekuni, aku sempat berpikir bahwa usahaku tak sia-sia, semua kembali ketika bersamamu dulu sebelum ujaran itu menjadi omong kosong. Seperti berlian yang aku jaga lebih dari hati yang aku pilih, namun justru keputusanku selalu kau buat aku terbengkalai. Ucapan yang telah aku rancang hanyalah terbawa suasana, hanya sesaat dan dalam satu kondisi. Ucapanku memang penuh pemikiran, namun pemikiran itu hanyalah berpikir ke depan, bukan berpikir apa yang dipikir ketika sudah berada di depan.Seakan tak ada karma yang menimpamu, namun aku percaya hukum itu akan menghinggapimu suatu saat nanti. Mungkin ketika kau kembali, kau akan membuatku terlena, namun aku sudah cukup mengenalmu dari setiap langkah yang kau jadikan menjadi sebuah jebakan ampuh untuk membuatku kembali kecewa.
Kabar yang kutunggu mulai tak selaras saat ini. Belajar dari mengenalmu dulu, dapat menjadi kekebalan hati untuk mempersiapkan diri menghadapi orang seperti kamu. Kehadiranmu membawa perubahan yang tak seperti biasanya. Duniaku berubah menjadi lebih fana, walau kutahu dunia ini sangat fana. Dari hari-hari yang dilalui seakan tersurut rasa ini. Namun ucapan bodohmu seakan masih kau pegang erat-erat. Mungkin kamu merasa benar dengan apa yang kamu ucapkan, berbeda dengan benakku yang selalu penuh pertanyaan setelah sekian lama mengganjal dalam hati kecil ini.
Andaikan hatimu kuat, mungkin ujaranku terlontar bagai raungan singa jantan, namun apa daya aku yang masih memilih diam dan membungkam dari seribu bahasa yang telah aku rakit. Malam berganti malam namamu terus kueja hingga suatu hari aku berpikir jangan sampai kusebut lagi namamu yang hanya mendera hati lemah ini.
Mungkin kamu menganggap ini sepele seperti halnya berjalan di sebuah masalah yang terpendam. Parasmu yang bergentayangan seakan ingin kubacakan ayat-ayat yang mungkin bisa menyingkirkanmu jauh dari hidupku. Namun bukannya hilang malah terus teringat. Kulihat dirimu tak ada beban, namun terkadang aku menyesal dengan perlakuanku yang terus memaksakan cinta kepada orang yang memang tidak mencintaiku. Bagaimana mungkin aku bisa bertahan lebih lama jika dia hanya bermain-main saja seperti hamster yang bertingkah lucu tanpa ada niat melontarkan lelucon.
Semua ucapan selalu memiliki resiko yang besar untuk dihadapi, jika mental tak kuat mungkin setiap malam akan meronta dan hanya mampu mengucapkan "Aku kuat, aku ikhlas, aku tegar" namun pada hakikatnya hanyalah sebagai pemanis semata tanpa ada jiwa yang meneguhkan hati. Terasa seperti terbelenggu oleh pamungkas sendiri. Aku tak bisa menyalahkanmu karena perlakuanmu, memang dari awal aku merasa bersumpah hingga berjanji untuk menerima semua keadaan, dan hasilnya aku lemah, kupikir dengan ujian ini aku semakin tegar, namun hati tak bisa dibohongi, harus berapa kali lagi aku menyiksa hati ini? Seperti tak memiliki otak dan terus bergerilya dengan sang hati.
Mulai dari awal ucapanmu membuatku tak menyangka tentang mengenalmu lebih dalam, apa yang kulihat ternyata tak sesuai dengan yang kuharapkan. Aku terlalu merasa memilikimu, namun sejatinya kamu hanya menganggapku sekedar teman di waktu luang. Terkadang aku menyesal akan perhatianmu yang kuabaikan, meminta maaf dan merasa bersalah adalah hal yang begitu berat dilakukan, namun bila dilakukan dengan ikhlas dan tulus juga tidak akan membuatmu jatuh dan tersudut. Di dunia ini bila tak ada yang mengawali mungkin kondisinya akan tetap sama, hanya diam, membungkam, terpenjara, dan terus merenung.
Dari fajar hingga senja, dari malam hingga larut, hanya berisi masalah yang semakin menggumpal cantik. Seakan memelihara rasa yang tak akan pernah ada habisnya.
Ahad, 26 Juli 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Membungkam Ujaran Rasa
Non-FictionMembungkam untuk meredakan suasana walau tak dapat memperbaiki keadaan. Dari ribuan rasa yang terbungkam karena rasa takut yang terus bergerilya. Benak berharap untuk melupakan, namun hati tak terima dengan segala lontaran yang menyayat.