4.

0 0 0
                                    

Pagi ini sedikit lebih mendung dari hari kemarin, dengan cuaca seperti ini naomi mau tak mau mengenakan jaket tebal miliknya.

Setelah bersiap, naomi turun menuruni tangga. Matanya menelusuri setiap inci mension untuk mencari keberadaan orang orang di rumah ini.

Menyadari sesuatu, naomi mengetuk kepalanya. Bagaimana, ia bisa lupa bahwa kemarin malam papa nya memberi tahu bahwa mereka akan menginap di rumah rekan bisnis mereka.

Naomi berjalan lemas ke meja makan, lalu menyantap roti lapis yang di siapkan maidnya dengan diam. Sedikit tak berselera, namun mama nya berpesan bahwa naomi tidak boleh melewatkan sarapan barang sekalipun demi kesehatannya.

Setelah selesai, ia mengambil tasnya lalu pergi ke luar. Namun, naomi sontak terkejut dengan keberadaan leo yang tengah menunggu di depan rumah nya.

"Cari siapa ya?" Naomi menatap leo malas.

"Cara bapak... emang ada?" Leo berakting seperti mencari seseorang melalui jendela.

"kenapa nyariin? Suka sama papa gue?" Naomi berdecak pinggang, menatap tingkah laku leo, kakel bobrok nya satu itu.

Bukannya mendapatkan jawaban, malah jitakan lah yang naomi dapatkan. Yah, leo penyebabnya.

"Gue nyari lo lah, masa nyari bokap lo?! Yuk sekolah!" Setelah mengatakannya, tanpa sadar leo merangkul naomi dengan erat. Naomi merasakan panas di pipinya setelah kelakuan leo yang entah disadari atau tidak.

"Ekhem, eh maaf.. gak sengaja" leo menatap naomi malu malu

"Udah ah, yok capcus!" Naomi memotong omongan leo, ia lekas pergi menuju motor dengan tujuan agar leo tak melihat rona merah yang ada di pipinya.

"Eh, tunggu!!" Langkah naomi terhenti, saat leo berteriak dan langsung bersimpuh di hadapannya.

"Tali sepatu lo belum ke iket" leo lekas mengikat tali sepatu naomi.

Melihat kelakuan leo yang satu ini, naomi yakin rona merah di pipinya sudah sangat tak terkendalikan, keringat bercucuran,
Hati berdebar tak karuan, apakah ini yang dinamakan penyakit, eh maksudnya cinta?

Menyadari suatu hal naomi berkata

"Kak, ini udah jam 8.30 loh kak"

Hening
..............

Kini mereka telah sampai di gerbang sekolah. Namun sayang nya gerbang sudah tertutup, naomi yang melihat gerbang tertutup rapat, memandangi dengan sendu.

"Yahh, udah di tutup gerbangnya" suara naomi lesu sambil menatap leo.

"Lo murid baru disini. Gue udah sekolah disini 3 tahun, udah biasa gini mah" leo menyentikkan jari tanda bahwa ia menganggapnya begitu biasa.

Entah apa yang leo lakukan, namun leo berdiri di depan gerbang sambil menatap naomi.

"Mau masuk gak?" Leo berdecak melihat naomi yang masih mematung di sebelahnya.

Naomi mengangguk sebagai jawaban

"Yaudah naik. Hari ini ada surprise buat lo. Gue bisa aja cabut bareng lo, tapi lain waktu aja" leo menerangkan masih di posisinya.

Naomi yang tak mengerti, seakan mengedikkan bahu acuh. Lalu memanjat gerbang tanpa bantuan leo, padahal leo tadi menawarkan  agar naomi berdiri di bahunya.

Bruk!

"Astaga, lo- lo naomi?" Leo mematung sambil mencerna apakah mungkin naomi bisa memanjat gerbang dengan rok pensil juga ditambah dengan gerbang yang begitu tinggi.

" udah biasa gue mah, di sekolah lama tiap hari juga" naomi cengengesan sambil menggaruk tengkuknya.

Leo berdecak lalu mengikuti jejak naomi untuk memanjat gerbang. Dan yap, setelahnya mereka berjalan menelusuri koridor.

Awalnya naomi ingin langsung pergi ke kelasnya, namun tiba tiba tangannya langsung dirangkul oleh lengan leo.

Naomi hanya berjalan mengikuti langkah leo, sedikit kesusahan memang mengingat kaki leo begitu jenjang sehingga langkah naomi akan kalah telak.

Pintu perpustakaan lah yang di lihat naomi saat leo mulai berhenti dan melepaskan tangannya.

"Kita bolos aja jam pertama. Lo suka buku kan? Makanya gue bawa lo kesini" ucap leo.

"Eh, gue masih murid baru disini. Bisa jelek nama gue kalo bolos terus kek gini!" Tangan Naomi bersilang di depan dada, Lalu menatap leo dengan angkuh.

"Pecitraan lo! Udah ayok!" Leo cengengesan melihat tingkah laku naomi. Namun, sedetik kemudian ia menarik naomi lagi ke dalam perpustakaan.

Sebelum masuk, tak lupa mereka menyapa petugas perpus. Lalu masuk ke dalam lorong lorong buku untuk memilih bahan yang ingin dibaca.

Setelah 10 menit, leo kembali menghampiri naomi yang masih bingung memilih buku dengan membawa buku bernuansa hitam.

"Eh, udah ketemu belum buku yang mau lo baca?" Tanya leo

"Iih, bentar dulu. Ini lagi dicari juga" naomi tempak memilih 2 baku. Dan...

"Yaudah gue baca yang ini deh"

Mereka berjalan ke arah salah satu meja untuk membaca.

Jika kalian bertanya buku apa yang mereka pilih?

"Kak, lo milih buku apa?" Naomi membuka suara setelah beberapa hening diantara mereka.

"Ini, tentang bintang doang sih" leo menjawab sambil memperlihatkan cover bukunya.

"Segitu sukanya lo sama langit malam kak?" Yah, pasalnya naomi menyadari, di setiap buku yang dibaca oleh leo pasti akan ada sangkut pautnya dengan langit malam.

"Yah, dari kecil gue suka. Karena, bagi gue cuma malam yang bisa ngelepasin beban yang gue miliki. Tau gak sih, kalo gue diberi satu keinginan terbesar, gue bakal pilih pergi ke lapangan, tak ada orang disana, yang dihiasi rumput halus sebagai alas buat gue berbaring menatapi keindahan bintang di malam hari. " leo menjelaskan panjang lebar, tak sadar ia tersenyum dan memperlihatkan lesung pipit nya.

"Se indah apa sih langit malam itu?" Naomi mulai terlihat sendu mendengar perkataan leo tadi.

"Yaelah, lo nanya kek gitu? Lo bisa nilai sendiri kali, bagi gue gak akan ada yang lebih indah daripada langit malam! Hahaha" tak sadar candaan leo tadi membuat naomi menitikkan air mata. Menyadari hal itu, leo lekas berhenti tertawa.

"Ke-kenapa? Gue nyakitin lo ya?  Gue cuma bercanda kok" leo sungguh tak enak hati dengan perkataannya tadi.

"Ga papa kok. Em- kak, lo orang pertama disekolah ini yang bakal gue kasih tau tentang ini." Naomi menjeda perkataannya, sambil menatap leo lekat.

"Selama ini, gue gak bisa ngeliat langit malam barang sekali pun. Terakhir gue liat, cuma pas gue masih kecil. Karna amnesia yang gue dapat dari kecelakaan itu, gue gak bisa ngeliat langit malam, karna disaat gue liat itu, sepotong memori akan datang, dan itu... buruk. Karna nyawa gue menjadi taruhan" naomi menunduk agar air matanya tak dpt dilihat oleh leo

Sungguh ia sangat iri dengan leo
Yang bisa melihat langit kapan pun

Leo langsung memeluk naomi, dan etah mengapa itu membuat naomi merasakan sedikit ketenangan.

"Maaf, maaf gue gak tau. Gue udah salah bilang kek gitu sama lo" leo berbicara sambil memeluk naomi. Untung sekarang masih jam kbbm sehingga tak ada orang yang dapat melihatnya.

"Gapapa, gue kuat kok anaknya. Hahahaa" naomi tertawa lepas, ini yang leo sukai dari gadis ini, selalu terlihat bahagia seakan tak ada kesedihan di dalamnya.

"Udah, ini udah masuk jam ke 2. Kita masuk kelas yuk!"

.
.
.
.
.
.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANTARA AKU, KAU, DAN DIA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang