GARAM MANDI?

8 1 0
                                    

=GARAM MANDI?=

Rumah ini ramai. Tapi, tidak ada satu anakpun yang berkeinginan untuk membersihkan debu yang menghiasi ruangan ini. Begitu sibukkah pekerjaan mereka, sehingga tidak sempat sekedar menyapu lantai? Atau mereka kelelahan sehabis bekerja? Atau mungkin juga mereka lupa? Ah, rumah ini sudah seperti kandang laba-laba saja.

-Kebersihan dan kesehatan itu berdampingan. Siapa yang bersih akan sehat. Bersih diri, bersih hati dan bersih domisili.-

Abang Hercules mulai membagi tugas, "Miko dan Jack, kalian pegang paketan yang salah. Jika misi gagal, kalian yang tanggung jawab," katanya dengan memberikan masing-masing satu dus kecil yang sudah diisolasi, tidak ada yang mencurigakan.

"Isinya?" tanya Miko.

Jack memberikan jitakan pelan, "Drama cintalah," katanya pada Miko.

"Villa dan Leo, kalian kantongi garam dapur di jaket masing-masing," Abang Hercules memberikan masing-masing garam dapur yang dibungkus plastik klip ukuran kecil.

"Diki ngatur bocah," katanya.

"Siap." Diki menyanggupi dengan gerakan tangan hormat di kepala.

"Dan, Lo, pegang yang asli." Dan menyerahkan paketan itu ke tangan Ridwan, tidak berbeda dengan yang dipegang Miko dan Jack. "Apapun kondisinya, jangan sampai lo berikan ini ke siapapun, kecuali ke tangan pemesannya."

"Apa ini?"

"Garam mandi," jawab Abang Hercules santai.

***

Ridwan tiduran dengan bertumpu di tangannya, dengan pandangan mata menghadap ke langit-langit rumah yang berjamur ini. Musik radio masih berputar begitu nyaring, nadanya slow, cukup merilekskan pikirannya. Entah apa yang ada dipikirannya, dia memejamkan mata. Tanpa terasa air mata jatuh, walau hanya sebutir jagung. Nada musik ini memang sedih, membuat orang yang mendengarkan seakan ikut merasakan kesedihan penyanyinya.

-Sedih itu nama emosi yang muncul ketika hati kecewa atau tersakiti. Normal! asal tidak berlarut-larut dalam perasaan itu.-

Hatinya sedang tidak baik-baik saja sekarang. Tapi, haruskah berlarut-larut dalam kesedihan? Sudah cukup!

"Lo siapanya Abang Hercules?" tanya Miko, dengan menendang pahanya.

Ridwan membuka matanya, dan melihat Miko berdiri begitu tinggi. Ridwan duduk, dan dengan gerakan cepat, Miko menarik dan memutar baju Ridwan tepat dibagian lehernya, membuat lelaki itu berdiri.

"Ada apa nih?" tanya Ridwan terkejut.

Ridwan melihat anak-anak yang lain, wajah mereka tampak panik.

"Lo siapanya Abang Hercules, hah?" bentak Miko terlihat begitu marah.

Ridwan menggeleng, tak mengerti. Dan sebuah tinju menghantam wajahnya, "Kenapa Abang Hercules ngasih lo paketan yang asli?" tanya Miko, desah napasnya memburu seakan satu tinju tidak cukup untuk Ridwan.

Jack langsung berdiri di hadapan Miko, "Cukup!"

Diki juga berlari dan memeluk Miko dari belakang, "Sabar, Men!"

Semua anak juga mulai berdiri dari posisi santainya. Merasa tegang.

Ridwan bingung harus bagaimana, merasakan perih di sudut bibirnya, "Gua gak mau ribut, ya!" katanya sambil menunjuk wajah Miko, "lagian apa gunanya, mau pegang paketan yang asli, paketan yang palsu, gua belum ngerti!"

"Lo pegang yang asli, lo bakal dapat gaji paling gede, dan lo sok begok!" sinisnya, dia masih terlihat ingin menghajar Ridwan, tapi pegangan Diki terasa cukup kuat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KISAHKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang