HAMA

16 3 0
                                    

POV (ELA)
-----------------‐-

" Ra kamu langsung pulang?? Atau ke tempat les??"

" Enggak.... hari ini aku ada janji sama Ray yeayy. Aku skip belajar mau noton beduaaaa " kata Rara sambil tersenyum lebar.

"HIH, nonton ke bioskop??"

" yup yup"

"Itu kan banyakan bukan berdua" jawab ku cuek

Rara menghela nafas " -_- .... temanku yang satu ini pingin tak ihhh"

"Rara, ngomong jorok ih " tanyaku.

" Bukan ihhh, eh btw bang Vano tadi nge line suruh nanyain ke kamu kenapa gak bales linenya?"

Eh mati,, lupa hp ku kan ada di cowo tadi, duh gimana bilangnya yaa.

"Emm, A- abis batre tolong bilangin yaa"  jawab ku terbata - bata

" Ooh, katanya mau jemput, Mau ajak kerumah. Tante mau ketemu, jadi kamu tunggu aja di depan deket gerbang katanya. Aku udah bilang kita udah jam pulang"

"Emm okee"

Vano  atau Devano Faresta Pradipta adalah keponakan Rara, umurnya lebih tua 5 tahun dariku. Seorang jenius yang sekarang sedang menempuh pendidikan dokter di salah satu kampus bergengsi di Indonesia. Dia adalah salah satu orang yang aku kagumi karena kepintarannya dan tentu wajahnya yang tampan.

" Ya udss.... Ray udah di depan, byee. Duluan yaa" kata Rara sambil berjalan dengan gembira.

" iyaa, hati - hati".

***
Aku berjalan sendiri menuju gerbang sekolah

"Oi, lu yang pake tas tosca ada gantungan kucing itemnya"  suara berat dari seorang laki - laki.

Aku tau dia bermaksud memanggil ku, tapi aku sangat tidak ingin berurusan dengan manusia lain lagi jadi aku memilih untuk terus berjalan.

Tiba tiba dia menyusul ku dan diam dihadapanku.

" eh lu kebiasaan apa gimana?? Dipanggil gak nengok" kata laki - laki itu dia orang yang mengambil handphone ku tadi

Aku hanya bisa diam sambil menghela nafas tidak menatapnya sama sekali. Pandangan ku hanya lurus kedepan dan bila aku ingin melihat wajahnya pun sulit karena dia sangat tinggi dibandingkan aku yang kecil ini.

"Apa ??" Kataku dengan suara kecil.

"Nih hp lu tadi gak diambil, Sorry juga yaa gua tiba- tiba teriak ke lu padahal baru ketemu" katanya sambil menyodorkan Handphone ku.

Aku tetap diam.

" Ini berat nih hp kagak diambil, lama- lama tangan gua berotot sebelah" lanjutnya.

" Tunggu, sebentar" aku pun mengeluarkan zip bag plastik dan langsung menyodorkan nya dengan  tangan gemetar setelah kubuka.

" Masukin sini" kataku dengan pelan.

"Hah" jawab dia kebingungan.

"Masukin ke dalem plastik ini"

"Kenapa??" Tanya dia

" Kamu gak usah tau, masukin aja cepet. Saya udah ditunggu orang di depan." Jawabku cepat sambil menaikan satu oktaf.

"O - oke, sorry yaa kayanya lu marah banget sampe gak mau nyentuh hpnya." 

Tiba - tiba dia membungkukan dirinya dan menempatkan wajahnya tepat di depan wajahku.

Aku pun kaget karena nya, dan mundur beberapa langkah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SAUDADETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang