Awal Mula Luka

15 1 0
                                    



Dahulu, aku terlalu berpikir jatuh cinta adalah awal dari masa-masa indah yang akan kutemui dikemudian hari. Babak baru penuh warna dari segala hal bahagia yang sungguh aku percaya.

Namun, setelah umur makin bertambah, pikiran makin terbuka-menanjak dewasa, makin mengerti asam garam dunia, ada hal penting yang nyatanya belum aku pahami betul.


Ialah luka.

Lewat pertemuan sederhana ditiap pagi merekah, berlanjut perkenalan hangat dengan segudang tawa, lalu berkembang menjadi kita, tidak pernah terbayangkan olehku akan membawa bencana bagi relung jiwa dan raga, hingga menjadi titik awal mula luka tercipta.

Aku begitu lugu kala itu sampai-sampai logika kadang sengaja tak aku pakai. Sebab hati begitu riang dan mengambil alih segenap rasa. Sebelum akhirnya guncangan hebat datang melanda, seketika meluluhlantakkan semua angan yang telanjur berada diatas awan.

Lantas apa yang terjadi ?

Tawa bahagia berganti derai air mata. Harapan manis tinggal aksara tak bermakna. Emosi lepas kendali. Segala-galanya ambyar. Dirimu yang kucinta, tega menacapkan panah sendu tanpa mau peduli suka cita yang sedang aku ramu. Tanpa mau tahu sejauh mana langkah kaki ini berjuang. Keteguhan hati ini bertahan.

Kini, satu hal yang benar-benar aku pahami. Yang benar-benar aku tahu pasti.


Dimana ada awal tentu ada akhir. Seumpama luka adalah arus lara, pastilah mengarah kepada muara bernama bahagia.

Luka tidak hanya dikecap sebagai rasa tak sedap, pengacau suasana hati, cikal bakal amarah besar, tetapi sebagai dorongan kuat untuk kian meningkatkan kualitas diri. Konsistensi hati. Kemampuan berpikir jernih. Ketahanan jiwa. Rasa ikhlas menerima.

Lewat luka aku belajar bagaimana mencintaimu dengan tulus. Merindumu dalam syahdu karena tak bisa lagi ku ajak bertemu. Dan jika pertemuan menjadi celah masuknya luka, baikya perpisahan menjadi jalan keluar menuju bahagia yang sejati.


Catatan Perjalanan Menghapus Luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang