Cerita Ditengah Kota

13 1 0
                                    

Hangat jingga selalu saja menjadi teman terbaik berbagi cerita. Aku benar-benar mengaguminya. Pun halnya dengan elok nan megah semesta.

Aku betah berlama-lama di ujung sore hanya untuk menikmati pendar abadi yang senantiasa dipuja banyak manusia. Ditemani angin petang waktu itu, kupandang sang lembayung perlahan memudar. Sarat akan makna, sungguh dapat kurasakan.

Singkat, malam menjelang. Kuputuskan untuk pulang lebih malam. Kini lampu-lampu taman ditenggah kota yang kutuju. Riuh bercampur pilu. Oleh karena sesuatu tetiba hinggap dalam dada, menusuk cepat, sesak sebelum sampai.

Ternyata dirimu yang sudah kucoba tepis berkali-kali. Memaksa raga yang lelah. Rasa yang terlampau pecah akan lara. Mulut terbungkam, hati tak berkutik. Sakit, sesal, suram, bercampur aduk. Entah kenapa harus dirimu kini dan lagi.

Susan payah ku hindari, sedu kerap kuresapi, tidakkah itu cukup ?

Ku akui, indah senja, cantiknya malam, tidak terbendung oleh paras indahmu, wangi tubuhmu, warna tawamu. Namun semua itu lalu. Tiada lagi "kita". Aku terus menyadarkan diri dengan kalimat itu. Lagi-lagi yang kutemui malah sebaliknya. Hatiku rapuh olehmu, jiwaku membisu. Mencari sisa rindu yang telah lama membiru.

Tidak. Pikirku sudah cukup cerita tentangmu. Derita tentangmu. Duniamu. Saatnya bangun dari mimpi tiada bertepi, untuk menjelajahi sudut bumi yang belum aku pijaki. Tolong biarkan aku bernapas legah, melanjutkan hidup fana ini.

Perihal kenangan, bayang, rasa dan karsa akan kukemas rapih lantas menyimpannya diperapian. Atau di air mengalir tanpa henti. Agak berlebih tetapi ini bentuk dari pertahananku. Aku hanya ingin semua betul-betul usai, sesuai harapmu. Walau sejatinya, waktu merekam kisah usang itu. Pun mata dan logika dangkal ini. Sulit namun aku benar harus bangkit.

Sebab tiada cerita yang tak berujung. Manis, pahit, berhasil, gagal, semua tinggalah upah. Cerita yang berkesan akan selalu terkenang. Dimana pun kaki berjejak, udara dihirup, momen baik buruk tidak sekalipun lekang.


Catatan Perjalanan Menghapus Luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang