Aku tertidur di kursi meja kerjaku. Kepalaku sekarang sakit.
Masih ada sisa whiskey yang sudah bercampur dengan es yang telah mencair. Aku mulai minum sejak di bar, dan berlanjut terus sampai aku tiba di rumah.
Setelah berpikir betapa dinginnya air keran saat musim dingin seperti ini, aku jadi tidak termotivasi untuk cuci muka. Aku menghidupkan komputer dan menyalakan sebatang rokok. Sudah jam sebelas siang. Aku bertanya-tanya berapa lama aku tertidur.
Aku melihat bahan-bahan arsip yang sudah dikonversi ke format digital. Jika dibandingkan dengan saat dia ditangkap, penampilan dia sekarang terlihat letih dan kurus kering.
Yudai Kiharazaka. Tiga puluh lima tahun. Didakwa karena pembunuhan dua wanita, dan divonis dengan hukuman mati pada pengadilan pertamanya. Sang terdakwa saat ini sedang menunggu permintaan bandingnya ke Pengadilan Tinggi. Dia berprofesi sebagai fotografer, tetapi hanya membuat karya-karya fine art[1], dan hidup sebagian besar dari warisan kakek kandungnya.
[1] Fine Art Photography: Genre fotografi yang lebih menitikberatkan nilai estetika dengan tujuan untuk mengekspresikan ide, arti, pesan, dan emosi.
Ketika dia masih kecil, Yudai dan kakak perempuannya tinggal di sebuah panti asuhan. Ibu mereka menghilang, dan saat anak-anak itu melarikan diri dari ayah mereka, yang selalu mabuk sepanjang hari, mereka ditahan dalam perlindungan para polisi dan lalu ditempatkan ke panti asuhan. Tidak jelas apakah mereka disiksa secara fisik oleh ayah mereka, tetapi keduanya menderita kekurangan gizi, jadi paling tidak mereka telah ditelantarkan.
Dari sejak itu catatan tentang mereka tidak tercantum untuk sementara. Tidak diketahui bagaimana kakak-beradik itu dibesarkan di panti asuhan. Lalu pada waktunya si kakak mulai hidup mandiri dan si adik mulai bekerja di pabrik suku cadang mobil sambil pergi ke sekolah fotografi.
Rupanya ibu kakak-beradik Kiharazaka kawin lari saat menikah dengan ayah mereka, dan setelah itu keluarganya tidak mengakui keberadaannya. Bahkan setelah dia menghilang, tidak ada tanda-tanda dia telah mencoba pulang ke rumah orangtuanya. Nenek dari anak-anak itu sudah meninggal, dan kakek mereka yang masih hidup menolak mengakui anak perempuannya lagi; sudah pasti dia tidak mengakui anak-anak yang telah dilahirkan anak perempuannya. Tetapi setelah kematiannya, tidak ada anggota keluarga lain yang bisa diwariskan harta miliknya, jadilah kakak-beradik itu mendapatkannya.
Sebagai seorang fotografer, Kiharazaka cukup diakui. Dia pernah dinominasikan di banyak penghargaan, dan empat tahun lalu dia menang di kompetisi internasional level-pertengahan bernama Imre Award dengan sebuah foto berjudul Kupu-kupu. Pada pandangan pertama, kelihatannya seperti gambar gabungan, tetapi rupanya tidak.
Aku membuka folder di komputer, tempat aku menyimpan gambar foto itu. Fotonya berupa sebuah still dari kamera gulung, dan keberadaan foto asli bersama dengan filmnya, tidak diketahui. Gambarnya yang sedang aku lihat adalah versi digital yang diterbitkan sebuah majalah ketika dia menang penghargaan. Saat aku menekan gambarnya, napasku tertahan. Berapa kali pun aku melihatnya, aku tetap merasa gambar itu mengganggu.
Sejumlah kupu-kupu hitam tak terhitung banyaknya terbang dengan liar di dalam ruangan putih. Seperti asap, kupu-kupu tersebut berputar di pusaran, seolah meledak dari tengah ruangan dan meletus ke luar. Di belakang kekacauan kupu-kupu, terdapat sebuah sosok. Seorang wanita. Tetapi sosoknya terhalang oleh bayangan kupu-kupu yang jumlahnya sangat banyak. Dia tersembunyi. Mustahil juga mengetahui apakah dia mengenakan pakaian. Atau bahkan, pada pandangan pertama, apakah dia seorang wanita. Tetapi sudah pasti seorang wanita. Aku tak yakin kenapanya, tapi aku hanya tahu saja.
"Hasrat sejati disembunyikan," tulis fotografer Rusia yang menominasikan gambar itu untuk ajang penghargaan. "Seperti yang diilustrasikan Tarkovsky di film-filmnya, kehidupan orang-orang didorong oleh sifat asli mereka, yang mereka tidak pahami. Saat orang melihat foto ini, foto ini merasuki diri mereka. Aku tak tahu apakah kupu-kupu ini melambangkan niat baik yang mulia, atau bagaimana para pengamat dengan sukarela menghalangi diri mereka sendiri dengan hasrat agar tidak mengetahui sifat asli mereka. Saat kupu-kupu ini menghilang, dengan cara apa dunia yang mengelilingi para pengamat, yang sekarang telah mengetahui sifat asli mereka, bertransformasi?"
Kritiknya berlanjut sebagai berikut.
"Sosok tersembunyi itu tampaknya seorang wanita, tapi belum tentu begitu. Belum tentu juga seorang pria, belum tentu memiliki jenis kelamin, atau bahkan saja belum tentu seorang manusia."
Pastinya, belum tentu itu sosok seorang wanita. Tetapi kenapa aku langsung berasumsi begitu?
"Ada seorang pendeta yang berdoa pada Tuhan, meminta kedamaian di dunia."
Si kritikus Rusia melanjutkan lebih jauh.
"Dan Tuhan, mengetahui apa yang pendeta itu inginkan, mengabulkan doanya dengan senyuman namun bukan kedamaian dunia, tetapi lebih seperti anak perempuan kecil telanjang. Jika Tuhan, dengan kekejajaman dan kemuliaannya yang luar biasa, mencoba mengabulkan keinginan terpendam si pendeta..."
Ketika aku melihat foto itu lagi, jantungku mulai berpacu sedikit. Aku mematikan komputer dalam mode sleep.
Mereka yang pernah melihat foto asli gambar ini dipamerkan di galeri luar negeri juga mengalami hal yang mirip.
"Foto ini terlihat seperti pahatan."
"Seperti lukisan-lukisan minyak Van Gogh, dilukis dengan goresan kuas tebal. Meskipun foto ini berdua dimensi, dia memiliki kehadiran badaniah."
Aku berharap aku bisa melihat foto aslinya. Tetapi lokasi tempatnya tidak diketahui.
Aku menyalakan rokok lain. Mengambil gelas, aku menghabiskan whiskey yang tersisa, yang sudah encer dengan es yang telah mencair. Aku tidak memiliki kesempatan melawan rasa ini tanpa bantuan rokok dan alkohol. Gambaran foto itu masih membekas di layar hitam komputerku yang sedang mati. Aku memejamkan mata, tapi gambar itu muncul lagi di belakang kelopak mataku. Aku berpindah menjauhi layar.
Selain meja kerja, aku tidak punya barang-barang lain selain ranjang sederhana. Bahkan tidak ada kulkas di apartemenku. Ruangan ini tidak tampak sedikit pun seperti tempat tinggal manusia.
Sudah berapa lama aku kehilangan hasrat pada diriku sendiri, aku bertanya-tanya.
Seakan ingin mengesampingkan pikiran itu dari kepala, aku membuka file-file kertas. Aku memutuskan untuk menulis surat untuk Kiharazaka. Kalau aku terus bertemu dengannya, aku bisa habis. Pertama aku harus tahu lebih banyak tentangnya. Kupikir kalau aku mengirimi surat, dia mungkin akan membalasnya cepat. Sangat cepat. Seolah dia sudah mati-matian menunggu datangnya surat.
Untuk subjek wawancara, Kiharazaka saja tidak cukup. Kakak perempuannya saat ini tinggal sendiri di Ueno. Apakah aku bisa menemuinya kelak? Hal ini perlu dilakukan.
Lalu ada Katani, satu-satunya orang yang bisa dianggap sebagai temannya Kiharazaka, juga seorang anggota K2.
K2. Kenapa aku jadi terlibat dalam grup semacam itu?
"Hasrat sejati disembunyikan."
Aku mencoba tersenyum tapi tidak bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Musim Dingin Tahun Lalu, Kita Berpisah / 去年の冬、きみと別れ / Last Winter, We Parted
Mystery / ThrillerSeorang penulis muda mendatangi penjara untuk mewawancarai seorang terdakwa pembunuhan. Dia telah ditugaskan untuk menulis tentang kasus tersebut, mulai dari detail kejadian yang ganjil dan mengerikan sampai pembawaan pria di balik kejahatan tersebu...