Lavernia menatap pada jam tangan putih di lengan rampingnya. Ia menghela napas lelah sembari kembali memperhatikan jalanan di sekitarnya yang sepi oleh pengendara."Ini udah jam 10 malam, kok abang belum dateng-dateng juga, ya?" gumamnya dengan perasaan khawatir. Pasalnya ia takut jika tiba-tiba saja ada yang ingin berperilaku buruk padanya. Apalagi ia seorang perempuan dan tidak memiliki keterampilan seni bela diri apapun.
Lavernia mengecek kembali ponselnya, daya baterainya hanya tersisa satu persen lagi. Bodohnya ia lupa untuk membawa powerbank ketika dibutuhkan di saat-saat seperti ini.
Tiba-tiba saja dari kejauhan, dirinya mendengar suara knalpot yang bersahut-sahutan dan memekakkan telinga. Lavernia dilanda kepanikan, memikirkan jika mereka adalah sekumpulan geng-geng motor yang suka mencari masalah dengan anak-anak SMA di daerahnya.
"Coba aja telepon abang lagi, siapa tau masih bisa," pikir Lavernia sebelum melihat ke layar handphonenya yang ternyata tidak menampilkan gambar apapun walaupun sudah dinyalakan berkali-kali.
"Yah! Kok, mati!?" pekiknya dengan panik. Belum lagi di tambah dengan suara-suara motor menderu yang semakin mendekat ke arahnya.
Memikirkan segala resiko yang dapat terjadi kepadanya, Lavernia memutuskan untuk pulang ke rumah dengan berjalan kaki. Ia memilih untuk melewati jalan kecil yang gelap dan sepi di bandingkan harus bertemu dengan geng-geng motor yang menyeramkan itu. Setidaknya jika dia melihat hantu, ia hanya akan berteriak dan kabur dari sana. Tentu saja hantu-hantu itu tidak dapat membunuhnya, kan?
Dengan mengumpulkan keberaniannya, Lavernia menatap ke jalan yang akan ia lalui. Jalan yang katanya terkenal angker karena seringnya orang-orang yang mendengar banyaknya aktivitas makhluk halus dari arah sana. Di tambah lagi dengan tidak adanya cahaya lampu serta jarangnya rumah warga berpenghuni di sekitaran sini.
Mengingat jika di dalam ranselnya terdapat sebuah santer kecil yang pernah di bawanya untuk berkemah beberapa hari lalu, Lavernia mengambilnya dan menyalakan alat tersebut. Setidaknya, cahaya kecil itu dapat membimbingnya keluar dari sana untuk menuju ke jalan besar yang terdapat kendaraan umum.
Ia pun berjalan memasuki jalan yang diapit oleh kedua rumah besar kosong tersebut, baru selangkah ia berjalan bulu kuduknya sudah berdiri semua. Ia menahan gemetar karena pikirannya tiba-tiba saja menampilkan segala macam gambaran yang menyeramkan. Oleh karena itu, ia merapalkan segala doa di dalam hatinya dengan bersungguh-sungguh.
Srkkk
Srkkk
Lavernia memberhentikan langkahnya secara mendadak. Tubuhnya menegang karena mendengar suara-suara yang di timbulkan dari arah di depannya sana.
"Itu suara apa?!" gumamnya ketakutan. Malam ini ia benar-benar sial!
Aahh!
Aaargghh!
Emmm...
Ia mendengarnya lagi! Kali ini di tambah dengan suara geraman seperti seseorang yang menahan rasa...sakit?
Lavernia mengernyitkan dahinya bingung. Sejak ia memikirkan jika suara-suara tersebut mungkin saja berasal dari makhluk lain, ia tanpa berpikir dua kali langsung mengarahkan cahaya senternya ke arah sepatu sekolahnya. Perempuan manis ini belum seberani itu untuk langsung mengarahkan senternya ke suara yang belum jelas sumbernya. Bagaimana jika yang di lihatnya merupakan hantu yang memiliki wajah sangat menyeramkan? Tidakkah ia langsung pingsan di tempat ini?!
Memikirkan hal itu membuat bulu kuduknya semakin berdiri.
"Sial!" kali ini ia mendengar suara makian dari tempat yang sama. Lavernia kembali mengernyitkan dahinya kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Show You the 'World', Princess!
RomanceLavernia tidak pernah tahu jika hidupnya yang berjalan biasa-biasa saja akan berakhir seperti roller coster hanya karena menolong seseorang yang terluka. Ia tidak pernah berpikir jika perbuatan baiknya malah menjadi boomerang untuknya sendiri. Seand...