Pimples 3

2.1K 302 33
                                    


Masih ada yang nungguin work ini?

Joanna masih dihantui rasa bersalah meskipun Jeffrey telah bekali-kali mengatakan kalau dia tidak merasa sakit hati kali ini.

Pagi ini Joanna berinisiatif memasak ayam kecap kesukaan Jeffrey.

Meskipun Joanna tidak mahir memasak, tetapi kemampuan memasaknya tidak buruk dan cukup layak untuk dimakan.

Yah, setidaknya tidak terlalu hambar dan keasinan, mungkin minusnya agak sedikit gosong karena Joanna jarang memasak menggunkan api sedang dengan alasan tidak sabar karena membutuhkan waktu yang cukup lama untuk matang.

"Mau menyogokku, ya? Padahal aku sedang tidak marah, Jo. Serius! Tapi terima kasih, aku suka sekali masakanmu hari ini."

Dengan wajah senang Jeffrey mulai menyendokkan nasi ke mulutnya, mengunyahnya perlahan sebelum akhirnya mulai menggigit ayam yang sudah Joanna potong untuknya.

"Wah, pagi-pagi sudah makan enak. Jo, aku mau dong."

Suara serak Mark yang baru saja keluar kamar menginterupsi kegiatan sarapan Jeffrey danJoanna.

"Ambil saja, aku masak banyak."

Mark tersenyum senang dan langsung berjalan menuju rak guna mengambil alat makan.

"Gosok gigi terlebih dahulu, Mark! Nanti asam lambungmu naik lagi."

Peringatan Joanna membuat Mark mematung sejenak, sembari berpikir guna mengambil keputusan.

"Siap, Ibu Negara!"

Jeffrey tertawa ketika menatap Mark yang langsung berlari ke kamar dan tidak sadar masih membawa piring dan sendok bersamanya.

"Dari mana kamu tahu hal-hal seperti itu, Jo? Kamu seperti Ibu - Ibu yang memiliki anak balita, sangat cermat dalam mengurus rumah dan anak-anak."

Puji Jeffrey sembari menatap lekat Joanna yang masih menguyah makanannya dengan tergesa, pertanda dirinya sudah memiliki hal lain yang harus segera diselesaikan.

"Dari mana? Dari membaca twitter, wattpad dan quora. Kamu tahu sendiri aku suka drama-drama keluarga."

Tanggapan Joanna membuat Jeffrey mengangguk pelan dan mulai mengembangkan senyuman.

"Jeff, setelah ini aku mau berkemas. Aku harus pulang karena Ibuku tiba-tiba saja sakit, aku tidak tega kalau membiarkan Ibuku diurus oleh dua adikku yang masih kecil-kecil."

Kunyahan Jeffrey berhenti seketika, kedua matanya mulai membola dan menatap Joanna iba.

"Sakit apa? Sejak kapan? Nanti mau kuantar ke stasiun atau terminal?"

Joanna menggeleng pelan, jari-jari lentiknya mulai mengambil alih gelas berwarna pink yang telah diisi air dingin oleh Jeffrey.

"Ibuku hamil, Ayahku baru saja dinas ke luar kota kemarin. Mungkin sakit karena bawaan bayi. Tidak perlu mengantarku, Jeff. Aku naik gocar saja. Nanti sore kamu ada jawal, kan? Tidak apa-apa."

Jeffrey terlihat kecewa ketika mendengar penolakan Joanna.

"Kamu masih bertengkar dengan Johnny gara-gara kemarin?"

Tebak Jeffrey karena merasa ada yang aneh dengan Joanna kali ini.

"Tidak-"

Sangkalan Joanna terjeda karena Johnny tiba-tiba saja datang bersama Yeri yang terlihat selalu cantik setiap hari.

"Jo, Jeffrey-

aku mau minta maaf soal kemarin. Aku tidak bermaksud membuatmu sakit hati."

Jeffrey tersenyum singkat dan melepas tangan Johnny yang baru saja ditempelkan pada pundaknya.

"Aku tidak kenapa-kenapa, John. Ada hal penting lain yang harus kamu tahu. Tante Liana sakit, Joanna mau pulang hari ini. Kamu bisa mengantarnya, kan? Karena hari ini aku ada jadwal."

Penjelasan Jeffrey membuat Johnny langsung menatap Joanna khawatir, karena merasa hal ini benar-benar genting.

"Tante Liana sakit apa? Mau pulang kapan? Aku antar di stasiun saja, ya? Supaya aman."

Joanna menepis tangan Johnny yang mulai menyentuh bahunya, entah kenapa di tidak suka disentuh Johnny ketika di depan teman-temannya.

"Tidak perlu. Aku sudah pesan tiket kereta, nanti sore aku berangkat."

Johnny terlihat kecewa, bukan karena tepisan tangan Joanna, tetapi karena tawarannya untuk mengantar ditolak.

"Sampai rumah jam berapa? Nanti aku skip jadwal kontrol saja-"

"Tidak perlu, Jeff. Aku mau berngkat sendiri. Aku tidak banyak merepotakan kalian lagi."

Joanna membereskan peralatan makannya dan beralih menuju kamar guna segera berkemas.

2.10 PM

Joanna terlihat marah, pasalnya Johnny benar-benar bebal karena masih saja nekat mengantarnya pulang.

Johnny berniat mengantarnya pulang di Jawa Tengah, bukan di stasiun seperti apa yang telah dikatakan sebelumnya.

"Joanna, jangan keras kepala! Pakai mobilku saja. Mumpung aku free sekarang, katamu ingin cepat-cepat bertemu Tante Liana."

Ucap Johnny dengan wajah serius kali ini, hingga membuat Joanna yang sedang duduk di kursi tunggu merasa terintimidasi.

Joanna ingin tetap pulang sendiri, berusaha mengabaikan Johnny yang mulai menarik koper dan dirinya agar berdiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Joanna ingin tetap pulang sendiri, berusaha mengabaikan Johnny yang mulai menarik koper dan dirinya agar berdiri.

"Kamu masih marah karena insiden kemarin? Aku sudah minta maaf pada Jeffrey. Lalu apa yang membuatmu seperti ini? Apa yang harus kulakukan sekarang?"

Johnny terlihat putus asa, wajahnya mulai memelas karena benar-benar merasa sudah kehabisan kesabaran.

"Johnny! Berhenti!"

Pekik Joanna ketika pacarnya mulai membawa koper hitam-nya menuju pintu keluar dan mengabaikan panggilannya yang meminta Johnny agar segera berhenti berjalan.

Kalian mau dibanyakin scene Joanna Johnny,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalian mau dibanyakin scene Joanna Johnny,

atau Joanna Jeffrey disini?

See you in the next chapter ~

PIMPLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang