Pimples 2

2.5K 332 49
                                    


Joanna benar-benar marah kali ini, terlebih pada Johnny karena dia adalah dalang dari semua ini.

"Seharusnya kamu tidak perlu memancing Teressa! Aku tahu kamu tidak sebodoh itu, John! Kamu sudah tahu apa jawaban dan reaksi Teressa, tetapi dengan teganya kamu tetap melanjutkan rencana usilmu itu!"

Johnny diam saja dan menunduk dalam, dia benar-benar menyesal karena sudah membuat Joanna marah besar.

"Dan kamu Teressa! Seharusnya kamu tidak berbicara kasar seperti itu, dia Jeffrey! Bukan orang lain, kita hampir bertemu setiap hari dan kamu tahu apa saja yang telah dia hadapi selama ini. Tetapi dengan teganya kamu mengatakan hal jahat seperti tadi! Kalian berdua-

benar-benar keterlaluan!"

Teressa hanya menunduk dan sesekali melirik Johnny yang terlihat sangat sedih, terlebih ketika Joanna meninggalkan rooftop dan membanting pintu keras sekali.

Sedangkan Mark dan Yeri, kedunya saling melirik karena tidak tahu haru bereaksi apa lagi.

Tok... Tok... Tok...

Joanna mengetuk pintu kamar Jeffrey beberpa kali, berharap Jeffrey mau membuka pintu dan menerima permintaan maaf-nya kali ini.

Permintaan maaf karena dia yang mengusulkan untuk bermain truth and dare malam ini.

Joanna hampir menangis karena Jeffrey tidak kunjung membuka pintu kamar.

Jangankan membuka pintu, menyahuti panggilannya saja tidak.

Sekitar setengah jam kemudian Joanna memutuskan untuk menuju kamar, kamar yang telah ditempati sejak menjadi maba hingga sekarang yang hampir menginjak semester lima.

Maba : kepanjangan dari mahasiswa baru.

Jeffrey terlihat tengah menatap pantulan wajahnya yang masih penuh dengan jerawat pada cermin di kamar mandi.

Jujur saja, sebenarnya Jeffrey juga sudah muak dengan dirinya sendiri, muak dengan jerawatnya yang tidak kunjung sembuh dan semakin bertambah dari hari ke hari.

Berbicara tentang Joanna, sebenarnya Jeffrey sudah menyukai Joanna sejak lama, sejak masa orientasi siswa ketika Joanna dengan berani melawan orang-orang yang secara terang-terangan mengejek jerawatnya yang saat itu terlihat semakin parah karena belum terbiasa dengan cuaca dingin di Malang.

Joanna memang tidak terlalu cantik, sehingga membuatnya tidak terlalu sering menjadi incaran para mahasiswa buaya seperti Teressa dan Yeri.

Joanna adalah tipikal mahasiswa teladan yang sangat suka mentaati aturan dan sangat membenci berbagai bentuk kecurangan, terlebih dengan yang namanya mencontek ketika ujian.

Jangan salah, perjalanan Joanna ketika menjadi mahasiswa teladan tidak semudah yang kalian kira.

Ketika semester satu, Joanna pernah dimusuhi beberapa mahasiswa karena selalu menolak ketika mereka meminta contekan.

Tetapi semua itu tentu tidak dapat bertahan lama, karena Joanna tetaplah Joanna, si ambisius yang selalu duduk di depan ketika berlangsungnya perkuliahan.

Tentu tidak akan ada yang berani mengganggunya karena dia akan selalu dilindungi oleh mahasiswa lain yang ingin bertanya mengenai berbagai sistematika tugas ataupun sekedar ingin menyalin catatan milknya.

Yah, meskipun tulisan Joanna sebenarnya tidak ada bagus-bagusnya.

Malah terkesan berantakan dan seperti cakar ayam kalau kata Liana, ibu Joanna.

Sepertinya kita terlalu banyak berbicara tentang Joanna, untuk itu ayo berpindah pada Jeffrey yang saat ini tengah membuka laci meja belajar dan mulai membuka tutup botol putih yang memiliki label bertuliskan Obat Jerawat Herbal.

Jangan tertawa! Karena obat itu dibelikan Joanna.

Kalian ingat insiden Joanna yang membela Jeffrey ketika masih menjadi maba? Yah, pertemanan mereka dimulai di detik selanjutnya hingga sekarang.

Bahkan mereka berteman sebelum Joanna mengenal Mark, Yeri dan Teressa-

Apalagi Johnny, si kakak tingkat yang tidak kunjung lulus karena sengaja memilih judul skripsi yang rumit sehingga membuatnya membutuhkan waktu penelitian yang lama sekali.

Kembali pada obat herbal yang dibelikan Joanna.

Sebenarnya itu adalah salah satu bentuk kepedulian Joanna yang diberikan pada Jeffrey sejak menjadi maba hingga sekarang.

Dimulai dari Joanna yang memaksa Jeffrey untuk tinggal di share house yang ditempati sekarang, sehingga Joanna dapat dengan mudah mengatur dan memantau apa saja yang Jeffrey lakukan agar tidak semakin memperburuk keadaan jerawatnya.

Joanna bahkan selalu rutin mengingatkan Jeffrey untuk mengganti sarung bantal setiap satu minggu sakali, mencari suplemen penghilang jerawat dan skincare perawatan kulit untuk pria yang terbaik, hingga mengatur pola makan dan tidur Jeffrey setiap hari.

Sekedar informasi, mereka ber-enam minus Johnny dan Yeri-

mereka tinggal di share house berlantai tiga yang memiliki empat kamar dan kamar mandi.

Sehingga Yeri dan Johnny yang tertarik ingin tinggal disana, akhirnya harus menelan pil pahit karena tidak ada kamar yang tersisa lagi.

4.00 AM

Joanna sengaja bangun pagi-pagi sekali karena ingin membereskan berbagai kekacauan semalam agar tidak memberatkan Jeffrey.

Satu jam kemudian Joanna selesai bersih-bersih dan berniat menuruni rooftop untuk mencuci berbagai perkakas yang sudah diletakkan di dapur oleh Johnny dan yang lain.

"Jeffrey."

Panggil Joanna ketika menatap Jeffrey yang terlihat baru saja selesai mandi.

"Kemarin aku sudah mengatakan untuk diamkan saja, aku yang akan berishkan."

Ucap Jeffrey karena merasa bersalah ketika menatap Joanna yang terlihat kelelahan hingga pelipisnya sudah dipenuhi oleh keringat.

"Jeff, untuk yang semalam. Aku minta maaf, itu salahku karen-"

Joanna berhenti berbicara ketika Jeffrey mulai tertawa dan mengambil alih plastik sampah dari tangannya.

"Kamu pasti mengira aku marah, kan? Aku lelah semalam. Memangnya aku selemah itu sampai-sampai langsung marah hanya karena ucapan Teressa? Dimatamu, aku selemah itu, ya?"

Tanya Jeffrey sembari pura-pura terpingkal.

Yah, memang pura-pura.

Karena Joanna dapat dengan jelas melihat guratan wajah Jeffrey yang terlihat sedikit menegang, pertanda dirinya sedang menyembunyikan kenyataan.

Aku kebanyakan work ya? :D

Aku harap kalian gak bosen :DD

See you in the next chapter ~

PIMPLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang