Sore ini angin terasa begitu kencang, membuat tangan kananku semakin merangkul tubuh hangat Kak Revky dari belakang kemudi kendaraan beroda dua.
"Kak." Panggilku, nyaris tak terdengar karena suara angin.
"Kenapa?" Sahutnya yang masih fokus menyetir.
"Aku dapet tawaran project dari sekolah, kira-kira baiknya aku terima apa nggak?"
"Project gimana maksudnya?" tanpa menoleh, Kak Revky merespons dengan volume yang sedikit dinaikkan.
"Mm.. Project film pendek gituu. Menurut kakak gimana?"
Kak Revky meraih kaca spion bagian kiri dan mengarahkannya hanya untuk melihat wajahku. Sesekali ia melirik kaca spion itu lalu fokus pada jalanan lagi, melirik lagi lalu fokus pada jalanan lagi.
Kak Revky tersenyum, "Sebenernya kamu mau, tapi kamu ragu kan?"
Entah kenapa perkataannya itu membuat lidahku kaku, sehingga pembicaraan kita terhenti sampai disana.
Hanya membutuhkan beberapa menit saja untuk kami sampai di rumah. Kak Revky langsung memarkirkan motornya dengan baik di pelataran, disusul dengan aku yang ikut turun dari kursi penumpang itu. Ia mencopot helmnya dan menaruhnya di bagian kaca spion.
"Jadi, apa yang bikin kamu ragu?" tanya Kak Revky sambil menatap aku yang sedang sibuk mencari kunci rumah di dalam tas.
Aku berpikir sejenak, sebenarnya aku juga bingung dengan keraguanku sendiri. Akhirnya aku hanya menoleh dan mengedikkan bahuku saja.
∆∆∆
"Kalau saya terima project itu, gimana ya nasib saya yang nantinya bakal ketemu Kak Kavin setiap hari?" Aku bermonolog sambil mengukir banyak coretan di buku catatan yang sedari tadi berada di atas meja belajarku.
Ada kalanya aku ingin jujur disetiap kesempatan yang aku punya. Katakanlah aku memang ingin sekali bergabung dalam project itu, tentunya bukan karena seseorang yang kusukai berada disana.
Sama seperti Kak Revky, aku adalah pribadi yang senang ketika aku memiliki banyak kesibukan, apalagi dengan kesibukan yang aku senangi itu bisa membuatku memiliki banyak teman dan pengalaman baru. Rasanya puas dan pastinya tidak akan membosankan dibandingkan ketika aku memilih menjadi murid yang hanya tau pergi ke sekolah, belajar, lalu pulang kembali ke rumah.
Line.
Ah sial, pikiranku buyar setelah mendengar suara notifikasi dari grup chat itu. Tanpa jeda waktu yang lama, aku meraih handphone yang berada di sudut kasur dan segera mengeceknya.
You have a new message from IPA 3.
Leo
Besok beneran ulangan matematika?Keyra
Emg jadi ya?Prita
YG BENER DONG, JGN BIKIN GW PANIK PLISSSAndi
Apaan sih lo pada
LebayYusuf
Belajar dong belajarTio
Santuyy
Belajar ga belajar juga lo semua pasti remedialBili
NjirFara
Njir (2)Juna
Njir (3)Manda
Njir (999+)Karin
Muak gue sama lu yo
Kalo ngomong suka bener (:Aku tertawa kecil membacanya. Pasalnya yang dikatakan Tio, 95% nya adalah kenyataan.
Mengenai pelajaran matematika, kelas kami memang memiliki hobi jatuh atau sukses secara berjamaah, walaupun pada kenyataannya kami lebih sering jatuh dibandingkan suksesnya. Kompak sekali bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
If it Ain't Broke, Don't Fix it
Teen Fiction"Saya harap kita masih bisa seperti ini, tanpa mencoba mengubah apapun selagi kita baik-baik aja." ucap Hana dengan penuh harapan.