Wisata Bersama

4 0 0
                                    


Jalanan ibukota Jakarta yang selalu diselingi macet, mobil yang melaju dengan kecepatan sedang menuju tempat wisata Ancol. Butuh waktu tiga puluh menit menuju kesana.

Di dalam mobil sendiri, Ghazala yang duduk disamping supir alias Emilio dan Maisha dipangkuan maminya, sedang asyik bertepuk tangan mendengar lantunan lagu dari Emilio.

"Maisha suka uncle Emilio nyanyi?" tanya Ghazala pada putri kecilnya. Maisha mengangguk semangat menatap maminya.

"Loh, emang tau artinya?" tanya Ghazala lagi, dan Maisha menggeleng pelan.

"Hahaha, uncle Emilio nyanyi bintang kecil sayang," tutur Ghazala, ia merassa gemas dengan tatapan putrid kecilnya yang polos tentu saja..

"So, what you say?" tanya Emilio memperhatikan Ghazala, ia tak ingin terlihat bodo hanya karena ia tak paham bahasa yang digunakan Ghazala, ia tak ingin dianggap asing oleh anak kecil berkerudung dengan mata bulat itu.

"Hanya menjelaskan sedikit tentang nyanyianmu tadi, Maisha menyukai nyanyianmu." Ghazala sengaja tak menatap wajah Emilio lama-lama, ia tak yakin kalau ketampanan seorang bule yang bahkan ia selalu kagumi tak akan membuatnya terlena kali ini.

"Ah, hahaha. Beruntung sekali aku di sukai putrimu ya?" celetuk Emilio, sedikit rasa bangga terselip di hatinya.

"Depan belok kanan Emilio," ujar Ghazala sembari mengarahkan tangan kanannya, menunjuk ke arah jalan yang berbelok.

Gadis ah bukan, tepatnya perempuan dewasa di sampingnya ini benar-benar menawan, membuatnya teringat celetukan Mauro, prihal adat orang timur yang menjunjung tinggi nilai kehormatannya seperti mempertahankan keperawanannya.

Ghazala mengarahkan Emilio untuk parkir, dan mereka turun.

"Panas ya nak?" ujar Ghazala menutupi wajahnya dengan telapak tangan yang di angguki oleh putrinya.

Mereka membeli tiga tiket untuk masuk ke Sea World. Wisata ini sebetulnya hanya untuk Maisha lebih cocoknya. Berbeda dengan Emilio dan Kaya yang seharusnya di dunia dewasa. Maisha tersenyum, berdecak senang menatap akuarium. Dia bersemangat berlari menuju akuarium yang penuh dengan ikan duyung.

Mata bulat itu berbinar melihat aneka makhluk laut berukuran besar, seperti duyung dan juga lumba-lumba.

"Maafkan saya yang malah mengajakmu kesini sir," tukas Ghazala meminta maaf sembari matanya masih mengawasi Maisha.

Emilio yang hanya melihat dari samping hanya tertegun, melihat wajah cerah, kalem dan tersenyum memandangi putrinya.

"Ehm, that's oke, after this you can accompany me to around other Jakarta miss." Emilio sendiri baru kali ini mau sekedar membuang waktu hanya dengan memandangi hewan yang menurutnya terkurung itu.

Yang ia tahu, ia penasaran...

Dengan si perempuan berparas ayu yang terus menghantui pikirannya.

Kanya memandang Emilio dan tersenyum, ia berkata sambil tersenyum. "Ya tentu saja, hari ini saya memang punya agenda itu juga."

Oh God! Deg, deg, deg! Jantung Emilio bergemuruh memandang sosok cantik didepannya. Paras ayu yang tak bisa Emilio jelaskan, dan berbeda di matanya.

Kala Senja di RomaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang