°
°
°
"There is no way out ..."
°
°
°
Suara detik jam yang berdetak mengisi keheningan yang terjadi di dalam flat dengan kedua penghuninya yang tengah berkumpul di ruang tengah. Yang lebih kecil kini tengah menundukan kepalanya di atas single sofa dengan tangan yang melinting ujung sweater. Sedangkan sosok satunya hanya bisa memijat pangkal hidungnya setelah mendengar berita yang baru disampaikan.
"Jadi Jay tidak bisa menjemputmu minggu ini?" tanyanya dengan nada yang sangat mengintimidasi, terlihat dari lawan bicaranya yang semakin menunduk.
"Urusannya belum selesai, jadi ia belum bisa kembali ke London," jawabnya terdengar sangat pelan, takut mengulang apa yang tadi diucapkannya. Sebelum itu, Jay menghubungi dirinya, mengatakan bahwa ia tidak bisa meninggalkan Manchester dan menjemput Jimin.
Taehyung kembali menghela napas. Sepertinya seminggu ini dirinya terlalu sering melakukan hal itu karena pemuda di hadapannya. "Lalu kapan ia kembali?"
"Jay hyung hanya mengatakan sekitar satu atau dua minggu ke depan." Melihat wajah masam V, Jimin sadar dirinya harus melakukan sesuatu. "J—jika kau keberatan aku di sini, aku bisa—"
"Baiklah, kau bisa tinggal di sini," pernyataan itu diucapkan dengan jelas dan sangat tiba-tiba, membuat Jimin langsung mengangkat kepalanya untuk menatap pemandangan lain selain ujung sweater serta karpet di bawahnya.
"Apa?" tanyanya lagi untuk memastikan.
"Jay bilang kau bodoh dalam mengingat jalan. Lagipula akan sulit untuk mencari kamar lain yang dekat dengan kampus di tengah semester seperti ini. Untuk sementara, kau bisa tinggal di sini," jelasnya dengan tanpa ragu seraya menatap kedua manik Jimin yang semakin berbinar seiring dengan kalimat yang ia ungkapkan.
"Benarkah?" lihat saja dirinya kini berseru riang dengan kaki yang ia hentakan dua kali, persis seperti anak kecil. Tanpa sadar hal itu membuat kedua ujung bibir V tertarik membentuk sebuah lengkungan samar. Hatinya seakan menghangat mendengar tawa riang itu hadir di telinganya. Ia hanya ingin Jimin terus hidup dengan tawa riang itu.
"Aku akan memasakan makan malam yang enak untukmu. Kau hanya tinggal duduk diam dan menunggu, oke?" ujarnya sebelum menghilang di balik pintu kamar untuk mengambil mantel dan pergi keluar, menuju toko yang tak jauh dari tempatnya.
Taehyung melirik ke arah di mana Jimin pergi. Dengan helaan napas pelan, dirinya berharap bahwa kali ini ia memilih keputusan yang tepat.
°
°
°
Hari itu keadaan flat sudah sangat ribut sejak pagi. V memutuskan untuk melakukan pembersihan rutin yang sudah lama tidak dilakukannya. Debu-debu yang berterbangan membuatnya memutuskan untuk memakai masker. Ruangan kecil tempatnya menyimpan barang-barang tidak terpakai rupanya sudah benar-benar harus dibersihkan. Dirinya menghela napas lelah mengingat banyak sekali yang harus dipisahkannya untuk dibuang dan disimpan. Sampai sebuah suara menyapa di tengah kesibukan.
"V, sedang apa?" tanya pemuda yang berjalan pelan ke arahnya, dengan rambut yang masih berantakan. Tadinya Jimin hendak mencuci muka dan menggosok gigi sebelum menyiapkan sarapan. Tetapi melihat pintu ruang penyimpanan terbuka membuatnya penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twin Flame - [VMin]
FanfictionJanji yang Taehyung buat membuatnya dan Jimin untuk bersinggungan di setiap kehidupan. Sampai Taehyung memenuhi janji itu. Note: - 'Soulmate' Fanfic, not a BxB - I suggest you to not skip the intro part - It's a fic with theories