August 18. 2015
Sekitar pukul 3 sore. Angin yang tadinya sepoi-sepoi kini berubah menjadi agresif, berhembus dingin menusuk kulit. Ia mengeratkan jaket yang menempel pada tubuhnya. Tap.. Tap... Tap... Ia berjalan semakin cepat. Setidaknya satu cangkir kopi hangat sebelum ia kembali pulang.
Lonceng berdenting lembut ketika Ia datang. Ia membuka pintu dengan perlahan dan melongok ke dalam kedai. Aroma kopi yang khas segera menyeruak, menenangkan pikiran. Segera Ia menuju kasir, disana terlihat satu orang yang sedang mengantri juga untuk dilayani kasir. Ia menunggu dengan sabar seraya memperhatikan punggung orang di depannya.
Punggung itu sempit dan indah, terhalang oleh helai demi helai dari rambut sang empunya. Rambut cokelat keemasan dan ikal.
Ingin rasanya Ia melihat wajah orang di depannya tersebut. Menerka-nerka bagaimana wajahnya.
"Kami sedang ada promo beli 2 kopi gratis cake."
Suara kasir menyadarkan lamunannya. Ia hanya terkekeh sambil menggelengkan kepala, menertawakan kebodohannya.
"Ah? Tapi aku tidak bisa menghabiskan 2 kopi sendirian.." jawab suara orang yang memunggunginya tersebut. Suaranya ringan dan manis, lembut seperti marshmallow.
"Begitu? Saya kira anda datang berdua dengannya" kasir tersebut meminta maaf dan menunjuk ke arahnya.
Ia tertegun kaget. Rasanya campur aduk. Terlebih lagi saat orang di depannya tersebut membalikan badan ke arahnya. Pertama kalinya Ia melihat wajahnya langsung. Senyum yang dilemparkan ke arahnya dengan sopan, membuat Ia kehilangan akal dan nekat berkata,
"Tidak apa-apa, aku juga hanya ingin memesan 1 kopi. Selebihnya kau bisa dapat kue-nya. Sounds fair, right?"
Entah dari mana keberanian itu muncul. Ia menarik nafas dan menghembuskannya perlahan.
"Terima kasih ya.." semburat merah tampak di wajah wanita itu seraya memberikan 1 cup kopi kepadanya.
Ia tersenyum tipis dan mengangguk.
______________
Biru laut terhampar di hadapan mereka. Cantik dengan suara debur ombak yang tenang. Cukup lama mereka berjalan beriringan, saling tersenyum namun enggan mengucap kata.
Ia mengarahkan kameranya ke arah laut. Mengambil beberapa gambar yang indah. Kemudian mengarahkannya pada hawa di sampingnya. Hawa yang membuatnya jatuh cinta lagi dan lagi.
Ia menatapnya dengan malu - malu. Ragu dan tak bernyali. Hawa di hadapannya sungguh indah. Bulu matanya yang lentik. Senyumannya yang menawan. Cara dia menyibak rambut panjangnya, terlihat halus dan lembut ketika tertiup angin.
Sang hawa tampak memejamkan mata, menikmati angin laut yang menerpa wajah cantik yang terukir, tanpa sadar tengah di amati olehnya dalam diam melalui lensa kamera.
Akhirnya sang hawa yang tersadar tengah di amati, melihat ke arahnya.
"Ada yang ingin kau sampaikan?" hawa tersebut tersenyum manis. Sinar matahari sore membuat matanya menyipit. Sungguh bercahaya wajahnya. Kecantikannya merupakan karya agung Tuhan yang mengukir wajahnya dengan sempurna.
Ia dengan malu balas tersenyum tipis, menurunkan kamera yang Ia genggam.
"Aku membuat memori saat ini." Ucapnya pada sang hawa, menatap dengan dalam sebelum melanjutkan,
"Besok pukul 6 pagi kapalku tiba disini." Ia tersenyum pada sang hawa di sampingnya.
"Haruskah kau pergi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Setengah Perjalanan
RomanceHarapannya telah tepis. Sekalipun ia begitu mencintai wanita itu, tetapi ia tidak mau mengemis cinta. Sekalipun bayangan wanita itu menghantuinya, ia tetap teguh pada pendiriannya. Ia sudah kalah. Wanita itu kini menjadi milik orang lain.