(2/2)

406 40 20
                                        

Sungyoon tidak pernah memilih untuk terlahir dengan tubuh yang lemah. Tapi sekali lagi, takdir itu aneh. Ia membuat Sungyoon terlahir lemah sehingga hari-harinya cuma dipenuhi dengan kegiatan di dalam rumah.

Apakah itu membuat tubuhnya membaik? Tentu tidak. Setiap hari, ia bangun dengan kepala yang rasanya seperti dibenturkan ke tembok. Kalau ia lama merasakan panas, badannya akan jatuh lemas. Jujur, ia merasa bersalah kepada soulmatenya karena harus merasakan rasa sakitnya juga

Kalau boleh juga ia lebih memilih bisa beraktivitas diluar daripada hanya tiduran di kamarnya saja. Tapi mungkin, takdir membuatnya berpikir untuk lebih bersabar, karena ia rasa saatnya akan tiba untuk dia keluar ke kehidupan nyata.

-------------------------

Saat itu pun tiba, Sungyoon akhirnya mengumpulkan keberaniannya untuk memohon pada orang tuanya memasukan dia ke sekolah umum biasa. Orang tuanya sebenarnya ragu sekali, mereka tidak yakin Sungyoon kuat untuk berkegiatan normal tapi Sungyoon akhirnya berhasil meyakinkan kedua orang tuanya.

Hari pertama masuk sekolah jujur membuat Sungyoon gugup setengah mati. Ia tidak pernah bertemu dengan teman sebayanya. Apakah ia akan mendapat teman? Beruntung kepala sekolah memperkenalkan dia dengan Bae Seungmin (Sungyoon jujur gemas dengan laki-laki kecil ini) yang akan menemaninya selama ia ada di sekolah ini.

Seungmin sendiri dengan sukarela mengiyakan permohonan kepala sekolahnya itu. Ia bahkan mengenalkannya (well, sebenarnya tidak mengenalkan karena Seungmin cuma menyuruhnya duduk dengannya pada saat istirahat) kepada teman-temannya yaitu Son Youngtaek (soulmate Seungmin yang sangat-sangat berisik, tapi Sungyoon menikmati keramaian Youngtaek. Menurutnya Youngtaek itu lucu) dan Lee Jangjun.

Lee Jangjun. Jujur Sungyoon memang mengenal sedikit orang dalam hidupnya tapi ia tidak bodoh. Ia jelas tahu mana orang yang sangat attractive mana yang tidak. Dan menurut Sungyoon, Lee Jangjun adalah laki-laki yang lebih dari kata tersebut. Side profile yang tajam, badan yang tegap dan.....senyum yang dapat membuat jantung Sungyoon sedikit (oke maksudnya banyak) berdetak lebih cepat dari biasanya.

Ia kira, jantungnya hanya bermain-main dengannya. Perasaan itu akan hilang ketika mereka menjadi dekat. Tapi 3 bulan berjalan, efek dari kehadiran Jangjun di hidupnya membuatnya sadar kalau dia sedang merasakan apa yang namanya jatuh cinta.

Sungyoon sadar, perasaannya ini harus ia kubur dalam-dalam. Mengingat 2 hal yaitu pertama, ia dan Jangjun mempunyai soulmate masing-masing. Dan yang kedua adalah mana mau Jangjun menjalin hubungan dengan orang yang menyusahkan seperti dia. Bahkan ia tidak yakin soulmatenya sendiri menerimanya.

Ia sudah siap dengan segala kemungkinan bahwa ia akan selalu sendiri dan hidup miris melihat orang di sekitarnya hidup bahagia dengan pasangan mereka masing-masing. Dan yang paling menyakitkan sudah pasti....melihat Jangjun dengan orang lain, bukan dirinya.

-------------------------

Peluh membasahi dahi Sungyoon. Matahari bersinar sebenarnya tidak terlalu terik tapi memang karena daya tahan tubuh Sungyoon sangatlah lemah membuat dia mengeluarkan keringat yang berlebihan. Bahkan badannya mulai lemas sekarang.

Seungmin sebenarnya sudah menawarkan untuk tidak ikut pelajaran olahraga tapi Sungyoon tidak mau melewatkannya. Dari awal masuk ia bisa melalui kegiatan ini kenapa sekarang tubuhnya malah bertentangan dengan niatnya? Menyebalkan.

Langkahnya semakin berat dan tenggorokannya pun kering. Seungmin yang sudah menyadari keadaan Sungyoon lalu mendekat dan memapah Sungyoon.

"Yoon, istirahat aja ya. Pak Guru pasti ga akan protes kalau yang ijin kamu"

As the Time goes by || Jangyoon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang