Brak!Pintu ditutup keras. Bi Ijah melonjak kaget. Hari ini benar-benar menyebalkan buat gadis bertubuh semampai itu. Terlihat dia baru saja pulang sekolah. Seragamnya lusuh tidak serapi pagi tadi. Wajahnya suram dan sedikit kotor. Bi Ijah tergopoh mendekat. “Ada apa sih, Non?” tanya asisten rumah tangga yang sudah bekerja di rumah ini selama bertahun-tahun.
“Duh, Bi! Pokoknya hari ini tuh, ngeselin banget! Mama mau pindah sekolah aja, deh!” cerocosnya.“Ih, Non. Jangan gitu, baru masuk kok udah minta pindah.”
“Habis gimana, Bi! Dia tuh nyebelin banget! Mama mau cari sekolah yang nggak ada cowok kayak dia. Ih, pokoknya nyebelin! Ngeselin!” ucapnya lagi.
“Oh, jadi masalah cowok, toh. Cie, cie Non Mama. Baru sehari masuk sekolah udah ada yang naksir,” ledek Bi Ijah sembari tertawa.
“Ih, Bi Ijah apa-apaan sih! Sama nyebelinnya sama cowok sok ganteng itu. Udah deh, Mama mau istirahat dulu, capek.”
“Duh, Non. Bersihin badan dulu dong. Non, kucel banget loh. Makan siangnya juga udah bibi siapin,” cegah Bi Ijah ketika gadis itu memutar kenop pintu kamarnya.
“Nanti aja deh, males.” Gadis bernama Salma itu mengibrit masuk kamar.
🐨🐨🐨Salma membanting tubuhnya ke ranjang. Sepatu dan tas ia hempaskan ke sembarang tempat. Earphone sudah terpasang, intrumen jazz ia dengarkan lewat sambungan bluetooth handphone-nya.
Semilir angin dari luar jendela menerpanya lembut. Kebetulan kamar berukuran 5×6 meter itu punya jendela yang cukup besar. Entahlah, si pemilik kamar lebih senang menikmati semilir alam. Padahal, kamar ini juga difasilitasi AC.
Setiap malam bulan purnama, ia akan membuka jendela kamarnya lebar-lebar membiarkan cahaya rembulan masuk. Menikmatinya. Sampai ia terlelap, hingga terbangun di pagi hari, ditimpa cahaya matahari menyeruak masuk dari jendelanya.
Kling! Sebuah notifikasi masuk ke handpone-nya. Salma yang tengah memejamkan mata—mencoba berpindah ke alam mimpi, mendengus kesal. Ia meraih benda pipih yang tergeletak di nakas. Pesan dari Mami, pikirnya. Tapi tebakannya meleset. Ia kembali meletakkan benda pipih itu di atas nakas. Sebuah nomor yang tak dikenal baru saja mengirimkan pesan. Ia tidak selera membaca pesan itu. Hanya meliriknya sekilas. Bahkan notifikasi pesan berisi tawaran pinjaman modal usaha dari KUR ilegal menumpuk di gawainya. Bukankah itu pesan dari KUR ilegal?
Semilir angin menerpanya manja. Salma kembali merobohkan matanya. Ini saatnya tidur siang. Gadis itu terlalu lelah memikirkan banyak hal yang membuatnya kesal. Toh, apa yang ia pikirkan juga tidak penting. Apalah pentingnya memikirkan kejadian di sekolah tadi pagi, juga kejadian 30 menit yang lalu saat sekolah telah usai.Bersambong....
#AuthorAcakAdul!
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, Ini toh yang Namanya Cinta
Roman pour Adolescents"Aku mencium bau, bau cinta dari hatimu, Curut. I Lop Yu!" ~Abimanyu Dewantoro~ "Dasar cowok aneh!" ~Mama~