Sembilan

876 103 0
                                    

Setiap pagi, Val memandangi meja yang terletak di sudut ruangannya. Meja itu dipenuhi berbagai bunga yang dikirim Ethan. Awalnya Val pikir Ethan hanya akan mengirimi bunga satu kali. Tapi bunga-bunga itu tetap datang setiap hari sampai kemarin. Kadang, bunga mawar dengan baby breath, kadang bunga tulip, atau bunga aster dan krisan. Semua bunga itu disusun dalam buket atau di dalam kotak.

Tapi hari ini, bunga itu tidak datang. Val tidak ingin mengakuinya, tapi sudah menjadi kebiasaannya untuk "menantikan" bunga dari Ethan. Dia ingin tau, bunga apa lagi yang Ethan akan berikan padanya?

Nggak, nggak, ini nggak bener, pikirnya dalam hati. Dirinya tidak mungkin merindukan pria itu. Ini semua pasti karena efek begadang beberapa hari belakangan bersama James dan Belle. Dia tidak mungkin merindukan Ethan. Tidak mungkin. Mungkin perkataan Aaron padanya beberapa waktu lalu mulai mengganggu pikirannya. Dia tidak mencintai Ethan Pascal, dia tidak memikirkan pria itu sama sekali.

"Val?" panggil Belle.

"Ya, sorry, tadi kenapa ya?" tanya Val. Belle dari tadi ada di ruangannya untuk membahas kelangsungan kampanye The Isaac, sedangkan James masih ada di Jepang untuk mengecek perkembangan di sana. Ia baru akan kembali satu minggu lai. Tapi ia tidak bisa berkonsentrasi, pikirannya terganggu oleh bunga-bunga yang dikirimkan Ethan padanya.

Belle mendesah, menatapnya khawatir, "ada apa dengan bunganya? Lo jadi nggak fokus karena bunga itu?"

Val menggeleng cepat, "nggak akan keulang lagi. Tadi sampe dimana?"

"Apa perlu kita ganti letak bunganya supaya lo bisa fokus?" tanya Belle.

"Nggak, nggak usah," jawab Val. "Tadi ada apa?"

"Dana dari bagian Keuangan belum turun, Val," jawab Belle.

"Berapa banyak yang belum keluar?"

"Hampir setengahnya belum keluar. Beberapa alat properti shooting harus dibeli dengan uang tunai."

Val mendesah, "Kalau gitu, coba pastiin sekali lagi kalau kita udah kasih form budget ke mereka yang lengkap. Kalau udah lengkap dan memang tertunda dari sisi mereka, gue akan kesana. Kabari gue besok ya Belle."

"Sure," jawab Belle mantap.

"Sementara itu, persiapan photoshoot udah beres semua? Ada perlengkapan yang kurang mungkin?"

"75% udah beres sih. Tinggal tunggu Ethan selesai dari UK, kita udah mulai bisa photoshoot," jawab Belle

"Ray will be in charge for everything, right?" tanya Val. Sebagai kepala produksi dan fotografi di The Isaac, Ray punya selera yang sangat bagus dalam menyusun konsep, sampai eksekusi. Karena itu, meski dia punya banyak sekali staf, tidak jarang Ray ikut terjun langsung jika ada proyek besar seperti ini.

"Iya. Sekarang rencananya udah dalam tahap finalisasi," jawab Belle.

"Karenina gimana?"

"Sudah fitting baju kemarin. Sebenarnya jadwalnya juga mepet dengan jadwal photoshoot, tapi kita udah dapet kepastian dari manajemen kalau dia pasti hadir sesuai jadwal."

"Dia nggak mungkin nggak dateng," tambah Belle, "dia akan kehilangan kesempatan besar kalau dia nggak dateng. Kapan lagi bisa photoshoot bareng Ethan Pascal?"

"Oke," Val mengangguk setuju. Dia kemudian berdiri, menatap James dan Belle bergantian, "ada update dari negara lain? Masalah mungkin?"

Belle menggeleng, "sepertinya nggak ada masalah berarti."

Val mengangguk puas, "kemaren gue liat di Jepang dan Singapura, mereka sudah pemotretan. Hasilnya lumayan bagus. Gue ingin yang di sini juga nggak kalah bagusnya dengan mereka."

Unworthy [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang