Welcome 🙋♀️
And happy reading. Hope u will like it♡.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Ini kisah rumit, tentang seorang gadis bernama Anara Lacitta.
Ini kisahnya. Kisah percintaannya yang tidak berjalan mulus seperti kemauannya. Dia hanyalah gadis remaja yang masih memiliki ego tinggi, namun harus dihadapkan pada banyak masalah yang belum siap untuk dihadapinya.Kesalahan yang Ana perbuat, membuatnya menyesal. Membuatnya harus melepas seseorang yang disayanginya namun juga menyakitinya. Hatinya menjadi beku, Ana tidak lagi merasakan debaran dan gejolak cinta untuk waktu yang lama. Dia lebih memilih sendiri. Sampai akhirnya, dia menemukan sosok baru.
Debaran itu datang lagi, rasa itu hadir dalam hati Ana lagi. Ana merasakan kembali semua itu. Namun, sepertinya Ana harus menelan kenyataan pahit lagi. Ana menaruh hatinya pada orang yang salah. Ana harus dihadapkan pada dua pilihan, yang sialnya sama-sama membuat Ana terluka.
Ana POVNamaku Anara Lacitta. Mereka memanggilku Ana. Disini aku akan menceritakan kisahku. Kisah yang mungkin akan membuat sebagian orang atau mungkin semua orang, membenciku.
Aku tau aku salah, dan aku mengakuinya. Tapi jika kalian diposisiku, mungkin beberapa dari kalian akan melakukan hal yang sama. Apapun resiko yang kalian terima, pasti kalian akan memilih melakukannya. Karena menghindarinya pun akan terasa sulit.3 tahun lalu , dimana aku yang masih seorang pelajar sekolah menengah pertama mengalami yang namanya jatuh cinta. Aku menyukainya, yang berujung menjadi cinta. Aku mendekatinya, hingga akhirnya kami dekat. Kami menjalin hubungan, ya seperti pasangan pada umumnya. Berkencan, chatting setiap hari, melakukan hal romantis.
Sampai ditahun kedua kita menjalin hubungan, semua terasa salah. Kita berpacaran layaknya orang dewasa, yang tidak perlu kusebutkan sepertinya. Aku terlalu malu mengatakan kebodohanku.Heyyy???
Apa kalian berpikiran aku melakukan itu??
Tidak! Jangan salah paham dulu. Aku tau aku bodoh, tapi aku tidak sebodoh itu. Mana mungkin aku melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh remaja. Ya walaupun tidak menutup kemungkinan aku tetap saja bodoh. Masih kecil sudah mencoba melakukan hal dewesa.
Usia 15 tahun, masih terlalu dini untuk mengenal cinta. Dimana diusia itu banyak rasa ingin tau, ingin mencoba banyak hal dan lebih mengedepankan ego. Seharusnya aku gunakan untuk belajar, mengenal diriku sendiri bukan malah mencoba hal yang tidak penting.
Kalau sudah seperti ini hanya penyesalan yang aku dapat. Mentalku benar-benar rusak. Karena memang pada dasarnya aku belum siap untuk hal yang seperti ini. Aku masih terlalu kecil. Ya setidaknya itu menurutku.Di tahun kedua kami menjalin hubungan, terlalu banyak dan sering masalah yang datang. Kami sering bertengkar, beradu argumen yang tidak ada ujungnya, saling menyalahkan, dan tentunya tidak ada yang mau mengalah. Ya, karena kami sama-sama egois, sama-sama belum dewasa pastinya. Semua terasa salah. Sampai akupun merasa lelah, ingin berhenti, tapi aku masih menyayanginya. Aku harus apa? Kita sudah lama bersama, terlalu banyak kenangan, terlalu banyak yang kami lewati bersama. Tapi jika seperti ini apa aku kuat?
Hanya pada Tuhan aku meminta, jalan mana yang harus aku ambil, jalan mana yang benar.Dan Tuhan menjawab doaku, bahwa aku harus melepaskannya. Dan mungkin memang itu keputusan terbaik. Terbaik buat aku dan dia. Karena kita masih belum dewasa, saatnya kita untuk memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik lagi. Akupun tidak baik-baik saja tentunya. Orang yang bersama denganku selama hampir 3 tahun harus kulepaskan. Tapi disatu sisi aku juga merasa bebas dan lebih tenang, karena jujur hatiku sering terluka, aku terlalu sering menangis sejak bersamanya. Aku tertekan, aku depresi. Semua terasa kosong selama beberapa bulan. Kosong, monoton, dan aku masih sering mengingatnya. Mengingat kenangan kita tentunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Extricate (oneshoot)
Romance=========== Takdir memang selucu itu. Mempermainkan kita tanpa pernah kita duga. Membelenggu pada sebuah perasaan yang tak semestinya . Melepaskan atau mempertahankannya pun tetap terasa salah. Karena ada atau tidaknya dia, tetap akan membuatku menj...