Hari ini aku sangat bahagia sekali. Tentu saja, karena hari ini adalah hari ibu, hari yang dipersembahkan untuk seluruh ibu di dunia, yah termasuk aku yang merupakan seorang ibu!
Hari ini, aku akan menghabiskan waktu seharian bersama anak laki-lakiku yang bernama Egi. Kami sudah merencanakan untuk pinknik bersama di sebuah tempat wisata pantai. Aku harus segera bergegas menyiapkan segalanya agar tidak terlambat berangkat sesuai dengan waktu yang telah kami janjikan. Egi memilihkan sebuah dress yang disukainya untuk kupakai hari ini. Dia berkata, "Mama akan sangat cantik memakai dress ini". Bahkan Egi memilihkan juga beberapa aksesoris yang berwarna senada dengan dress yang akan kupakai nanti. Aku merasa Egi merupakan anak yang baik. Yah, perasaan setiap ibu terhadap anaknya pasti akan selalu sama seperti itu, selalu mengatakan bahwa anaknya adalah anak yang baik. Tetapi aku benar-benar meyakini jika Egi adalah anak terbaik di seluruh dunia ini.
Sejak pagi hari, aku sudah sibuk memasak untuk bekal piknik. Setelah sibuk dua jam di dapur memasak bekal, akhirnya aku dapat melihat cermin dan melihat refleksi diriku pada bayangan cermin. Aku menyadari jika akhir-akhir ini aku menjadi semakin berlemak. Bahkan setelah bekerja kerja mengurus rumah dan anakku, berat badanku tetap bertambah. Braku terasa lebih sempit di sekitar dadaku, dan aku dapat melihat lipatan kulitku keluar dari bawah tali bra yang kupakai. Yah, hal ini sudah pasti akan terjadi cepat atau lambat, tidak ada yang sanggup dapat menghindari usia.
Aku melihat cermin sekali lagi setelah selesai mengoleskan makeup pada wajahku. Sepertinya ada sesuatu yang kurang. Antingku, aku lupa memakainya. Anting yang dipilih oleh anakku memiliki batu permata dengan warna yang senada dengan dress yang kupakai. Aku segera memakai anting ini ke dalam lubang anting di telingaku. Untuk menghindari kemacetan di jalan, aku memanggil putraku, "Egi, Egi, apakah kamu sudah beres memakai baju?" Dan dia menjawab balik dari kamarnya, "Ya mama. Egi lagi memakai sepatu sekarang."
Aku pun sudah siap pergi. Aku puas dengan penampilanku. Walaupun aku sudah bertambah tua, tapi makeup di wajahku dapat membuatku terlihat seperti wanita di usia 20 tahunan. Dress yang kupakai pun terlihat sangat indah dan benar-benar nyaman kupakai. Putraku memang tidak salah memilihkan pakaian untukku. Sebelum pergi berangkat, aku menuju dapur terlebih dahulu.
Makanan kesukaan Egi adalah roti bakar coklat keju buatanku, ibunya. Dan itulah makanan yang belum kusiapkan. Aku segera membakar roti di atas panggangan, lalu kutaburi bubuk coklat dan keju diatasnya dan kulapisi lagi dengan selembar roti. Tidak terlalu sulit untuk membuatnya dan ini adalah makanan kesukaan putraku.
Oh, yah! Aku hampir lupa melepas ikatan rambutku. Ini adalah permintaan dari Egi, dia ingin agar ibunya membiarkan rambut panjangnya terurai bebas. Dia mengingatkanku kepada ayahnya yang menyukai model rambut wanita dengan rambut panjang terurai. Ya, dan aku pun jelas menyukai ketika rambut panjangku yang terurai bebas terhempas angin, itu memberikan sensasi tersendiri bagiku. Aku melanjutkan memasak roti bakar kesukaan Egi.
Roti bakar coklat keju sudah kumasukan ke dalam keranjang piknik tetapi Egi belum datang ke ruang tamu tempat dimana aku menunggunya. Aku sekali lagi memanggil putraku, "Egi, apakah kamu sudah siap belum?" Memang anak kecil itu tidak bisa terlalu dipercaya untuk bersiap seperti ini. Dia bisa memakan waktu yang lama hanya untuk memakai baju saja. Entah apa yang dilakukannya terlebih dahulu sebelum memakai baju, bisa saja dia bermain dulu atau melakukan hal lainnya hingga akhirnya dia beres memakai baju dengan rapih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kasih Ibu
Short StorySebuah cerita mengenai suka duka dan pengorbanan seorang ibu kepada anak semata wayangnya. Penulis : Tifamei