Lah

10 0 0
                                    

Leo Janitra Profile

Chat
Niko : Ping!
Niko : Invite 5dfGJ09 Leo Janitra, SMP, tinggi, putih, anak basket

Woi apaan? Kenapa lo kirim balik ke gue bangsat.
Gue kan minta pmin
Ngadi ngadi pasti lu, lu cuma kirim ke gue gini biar gue percaya lo udah pm padahal lo cuma pm ke gue doang hah?

Niko : Berisik deh lo
Niko : Mana ada begitu, pikiran lo tu ngadi ngadi, suudzon mulu
Niko : Heran
Read

Leo memandangi layar handphonenya sendu, Alycia tidak mengabarinya dalam waktu yang lama semenjak liburan tiba.

Ping

Adellia is inviting you
Adellia is inviting you
Adellia is inviting you
Alycia is inviting you

"Buset, Niko emang paling ajib dah kalo masalah promote. Langsung 4 cuy, mantap mantap." Leo tanpa sengaja memuji Niko bin najis.
Jempol Leo menuju pada halaman invitation sambil bertanya tanya "What ? Adellia kembar 3 nih? Buset aneh aneh emang hasil promote yak" ia memandang layar handphonenya A..D..E..C..I..A " ia mengeja.
"Eeh, Adelia deng " ia tampak berfikir memandang sudut kanan kamarnya
.
Hmm ga kenal, exit aja deh
Klik klik, "ACCEPT"
Laaah ?!

*Leo is your friend now* dering notifikasi di hape Adel mengejutkannya, tak heran memang karena Adel masih terbilang katrok dengan tekhnologi akibat 3 tahun bersekolah tanpa handphone.

"widiih ajib, settt dah sett dah..." gumamnya.
Ia menekan foto profil Leo Janitra, "huwaaaaat, ini kannnn mmmmmmm Dia kaan yang .." ia terkejut namun masih menenanglan diri agar tak membangunkan orang rumahnya yang sudah tertidur.
Sambil menggeletoy di atas kasurnya sembari menutup mulut ia berucap lagi ke diri sendiri "ooo shiit, ini cowok yang main basket tadiiii ! " dia berucap sambil tak memahami perasaannya sendiri.
"gimana dong gimana,, apa yang dia pikirin tadi kalo gue invite dia tiga kali, ntar gue dikira suka lagi" dia panik karena interaksi macam ini terbilang baru untuknya, anggap saja ini kecanggungan anak remaja setelah lepas dari same sex school.

Keesokan harinya
"Ummm kok gue deg degan yaa hahaha, gimana kalo ketemu, gue harus ngapain? lahh emangnya dia tau gue wkwk" gerutu dia diatas motor ketika diantar ke sekolah.
"ngomong apa sih Del, pagi pagi udah kek orang gila lo!" ucap Kakanya yang mengantar.
"yeeh sewot amat, biasalah nervous anak baru masih belom hilang" ucapnya tanpa dusta tapi tak sepenuhnya lengkap.

"byee" turunnya dari motor tanpa menoleh lagi.
"wooi Adeel, salim dulu napa lagian duit jajan lo mau gue embat? " teriak Kakaknya yang tak terlalu keras sebab jarak yang belum terlalu jauh. Adel berbalik hampir saja ia menabrak seorang dengan papan nama Niko Andrian, "ehh sorry" ucapnya selewat. "untung bukan Leoo" matanya menyosor jalanan dengan keramaian anak yang baru diantar sambil mengambil uang jajan cepat ia bergegas masuk gerbang sekolah. "Leoo... ehmm Leonardo di Caprio" ucapnya lembut, sambil menyunggingkan ujung bibirnya. Kau tahu? entah darimana tak ada pemandangan yang ia lebih sukai ketimbang bahu anak sekolah yang berjejeran. Apalagi salah satunya berhasil membuatnya tersenyum cengengesan sendiri dibelakang.

'wah, bahaya getaran cinta unyu unyu~' ucap dia membatin sambil menggeser bibir nya ke kanan dan kiri indikasi BT akibat menyadari ia kesengsem sendiri tanpa interaksi diantara mereka.

"Adellll, liatt catatan PKN dooong" ucap Sari
Dengan gerakan lambat mengikuti garis lantai sebelum menatap Sari, ia bertengkar dengan perasaan panik dan bingung "hahh? emang kenapaaa? ada pelajarannya? " ucapnya ekspresionis dengan nada naik turun. "Laaaaah, anak rajin wae kagak ngerjain weeeh" sebut Sari.

Menyangkal dibilang rajin oleh Sari didalam hati sebab semalam justru ia habiskan masa mudanya menikmati Platonic attraction. Kali ini, Adel ingin mewujudkan sosok yang ia sendiri impikan, seorang yang bertanggung jawab, berdedikasi agar cocok jadi istri anggota dewan PBB nantinya.

whooosh

ia berlari menuju gerbang mencari cara agar sempat pulang kerumah mengambil buku yang berisikan PR yang sebenarnya sudah ia kerjakan sejak awal diberi.

"bole pinjem sepeda ga?"
...
...
2-3 orang lewat begitu saja mengabaikan
....
....
"heey, boOleh pinjem sepedaa Gaaaaa?"
kali ini ia sedikit menebus batas kemampuannya menggapai orang orang yang tidak ia kenal, menyemburkan ekspresi yang tidak pada tempatnya. Mungkin yang lebih tepat, ia harus bersikap menyedihkan agar orang iba. Kali ini ia justru berlagak seperti minta tagihan warteg di STM.

Satu anak laki berkacamata turun dari sepedanya, tersenyum tipis sambil berkata "Iya, pake aja ntar tinggal kasih tahu parkirnya dimana. Plus ini kuncinya"
..
"Ok"

Jawab Adel setuju
Meskipun memaki rok biru, skill maling sepedanya sangat ajib, dalam sekejap ia hilang dari bumi menuju rumah. Sambil ngos ngosan dan berkontemplasi aneh aneh, ia berucap "zombie zombiee!! ada zombie, cepat cepaaat,, aa takut ditabrak motorr"

sssst
"aaaaa"
...
"haha tapi boong" ucapnya kepada diri sendiri
Ia sampai dirumah dan dengan cepat, berlalu kesekolah lagi. Sekolah Adel termasuk sekolah islami, namun tanpa segan ia masuk ke kelas khusus cowok untuk mengembalikan kunci sepeda temannya. Dibuntuti tatapan aneh orang orang, Adel berpikir "hahh salah ni gue? lebay" ucapnya membatin.

"Makasih ya, itu gue taro dipaling pinggir  sepeda lo"
"Okeh"

'Lama lama diingat, yang tadi mirip  Arima Kousei kunn juga' fikir Adel sambil meninggalkan kelasnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Undefined FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang