Benar Tak Apa

6 0 0
                                    

Menyusuri ruang kelas bersama guru populer mendadak membuat Adel tenang dari rasa gugupnya, ia fikir perhatian akan teralihkan kepada sang guru. Namun tampaknya ia keliru, seluruh mata menyelidiki wajahnya.

Tak sedikit merasa lupa lupa ingat dengan wajah satu ini, jelas saja karena mayoritas anak sekolah barunya ini adalah adik kelas lamanya di yayasan tempatnya menempuh Sekolah Dasar. Mulai dari berbisik hingga berteriak " Eh, elu bukannya kaka kelas kita. Kenapa turun kelas? " ujar salah satu perempuan. Adel terhenyuk, alasan alasan yang jauh hari ia persiapkan hilang diujung tenggorokan. Ia menelan ludahnya meski tak haus dan mati gaya. Pak Rozi yang memahami situasi secara sigap memperkenalkan Adel dan menjelaskan alasan kepindahannya secara singkat.

Perkenalan usai, Adel dipersilakan duduk oleh Pak Rozi. Tampak kosong dua kursi dari barisan kedua kelas, saat hendak melandaskan pantatnya yang berat, seseorang menarik kursinya seraya berkata " Ada orang, Sori" ucap wanita bermata elang yang kerap disapa Muti. "Oh well, gue bisa duduk didepannya kan?" Adel bertindak normal. Tanpa suara, Muti hanya menaikkan alis dan mengangguk tanda setuju.

Sepanjang pelajaran hari itu, Adel dijadikan alat warga untuk menunda pelajaran dimulai. Hari itu ia benar benar hampir kehilangan suaranya hanya untuk perkenalan dan bercerita bersama teman barunya, tentu saja Adel sudah terbiasa bersosial dengan manusia dengan beragam latar belakang seperti yang telah ia lakukan di Inha Boarding school. Ia cukup populer dikalangan teman temannya dahulu, lantaran ia sangat humble dan ramah. Namun faktanya, murid dikelasnya kali ini juga cewek semua, tak heran ia masih menjadi pribadi yang sama humblenya seperti ia dahulu di asrama.

Teet teet
Jam istirahat tiba, Adel merasa sangat lega telah menjalani setengah harinya di sekolah baru. Tak seperti yang ia bayangkan, menjadi anak baru tidak semenyeramkan itu batinnya. Beberapa kejadian diawal tadi baginya suatu pemanasan untuk sebuah adaptasi. Untuk merasa lebih segar lagi di hari pertamanya, Adel berjalan keluar kelas menuju balkon yang mampu memantau apapun yang terjadi di area bawah.

Hmm, sungguh asri ~ batinnya sambil menghirup udara yang liar.

"Wah kalo punya ceng cengan bakal asik banget kayaknya sambil liatin dari atas sini" Adel menghayal, tak jauh dari situ lambaian tangan dan tawa yang tersipu sipu menghiasi wajah anak perempuan yang berdiri sepanjang balkon kelas. Adel mengamati wajah bahagia mereka dann "Cplok"
"Aduh" refleks Adel, sebuah tangan menyosori wajahnya secara tidak sengaja. Ini yah namanya bully?
"Waduuu, maafin Muti Adel. Ga sengajaa suer " Muti tampak cemas sambil memeriksa seluruh sisi wajah Adel. "Muti minta maaf beneran ya, ga maksud Dell. Itu tadi Muti lagi melambai ke Febi yang lagi main basket. Dia pacar gue hehe" ujar Muti kepada Adel yang tampak tak terlalu peduli. "Ooh" Adel merespon. "Kalo yang kecil putih lincah itu, pacarnya Chika. Namanya Akbar anak kelas 9b" Muti melanjutkan penjabarannya yang belum selesai. "Chikanya yang mana? " Adel bertanya. "Tuh pas mantap disamping lo " Muti memayunkan mulutnya untuk menunjuk Chika kepada Adel. Chika menoleh dan menyapa Adel "Hai Adel, gue Chika "
"Hello chik, Adel" sapanya singkat.

Jadi, kalo mau mandangin anak anak sini kudi hati hati. Ga semua paras bisa dinikmati, udah banyak yang punya orang ternyate bokk ! Yakali gue bakal ketonjok karena Pelakor
Ahh najis najiss

Adel melanjutkan observasinya dengan fokus memperhatikan permainan basket di lapangan bawah. Sejak tadi, ia penasaran dengan permainan unik oleh seorang siswa berparas tinggi dengan seragam keluar, dan lengan digulung sedengkul. Sebegitu detailnya Adel merekam postur lelaki itu difikirannya, tak sadar ia memandangi setiap gerik permainan yang lelaki itu buat.

Flashback :
Anak anak, tubuh manusia itu tersusun atas aliran aliran elektrikal yang berasal dari senyawa kimia dalan setiap sel yang kita punya. Makanya, kalo kamu liatin seseorang terus menerus berarti kamu sedang mengiriminya sinyal elektrik dan membuatnya terhubung dengan elektrikal mu. Ga heran kalo orangnya noleh balik Nak !

Wooosh ~ Angin berhembus sejuk menyapa Adel yang termangu dalam tatapannya, she found what her teacher said to be true. Adel dan pemuda itu bertatapan, mata yang hitam bulat, postur tegap proporsional, serta garis senyum yang indah. Wow, gergous. Ucapnya membatin karena sadar bahwa ia telah melebihi batas waktunya bisa bertatapan dengan cowok dengan tempo satu ketukan. Tadi ia habiskan waktu 2 detik tatapan terpanjang seumur ia hidup yang pernah ia lakukan selain terhadap keluarganya. Adel mengalihkan pandangannya, ia takut berdosa.
"Kalo yang itu Mut? Udah ada pacarnya belom?" Adel menoleh kesamping dan hanya bersapa udara, nyatanya ia sedang berdiri sendirian di balkon.

Hah? Sejak kapan gue jadi sendiri gini? Bener bener kayak seorang remaja cewek yang lagi liatin gebetannnya yang lagi main basket dong !! ish amit amit. Gue bakal kelihatan menye menye ngga ya gegara tadi? Kegeeran ga ya dia? Duuh overthink lagi gue :)

Adel memasuki ruang kelas agak sedikit terlambat, lantaran tak mendengar bunyi bel masuk sama sekali. Murid didepan bangkunya menoleh cepat kearahnya "Hei Del, gue Karin bendahara kelas dan admin group bbm. Ini pin gue, ntar dirumah add ya ! Biar cepet dimasukin dan update informasi" Karin menyerahkan sepotong kertas kecil bertuliskan angka membingungkan Adel dan langsung membenarkan posisi duduknya kembali.

_______
Sesampainya dirumah, Adel mengotak atik hape mamanya untuk mencari tahu bagaimana kinerja kode aneh dari Karin tadi disekolah. Setelah menginstall bbm, ia langsung menginvite pin Karin. Dalam hitungan detik, ia sudah bergabung di grup "Cewek Inha" dan "Grup Angkatan 4"

Ping
Invite 5dfGJ09 Leo Janitra, SMP, tinggi, putih, anak basket.
Ping
Tes account, Ping !
Invite Febri Janiola Anak smepsa hits, putih, cantik, seleb.

19.03 / Nella
IZINKAN AKU MENCINTAIMU
#dibajak

19.05 / Joni
Aku sayang kamu, tapi aku bisa apa

"Oh my ! What the hell is thiiis haha ! " Adel terbahak bahak sambil menggulung dirinya diatas kasur malam itu.

"Klik, klik, klik " Adel bingung, handphone nya tak merespon. Tanpa sadar, ia menginvite Pin salah satu dari sekian banyak broadcast sebanyak 3 kali beruntun.

Adel menaikkan salah satu alisnya, yaudah sih gapapa. Kan ga sengaja. Benar tak apa, ia mengulang.

Undefined FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang