20

3 1 0
                                    

Mungkin kehidupan yang terus melukai ini dapat dihentikan.

Meski harus melukai seseorang atau siapapun dia.

...

Mendengar perkataan Leva yang menyebut doxepin membuat Rhenata keringat dingin. Ia mencoba untuk lebih tenang dan mulai menidurkan anak satu-satunya itu. Ia sangat berharap kejadian yang menimpa suaminya itu hanya kebetulan dengan kejadian yang pernah ia alami dulu.

Di tengah malam, Rhenata terbangun mendengar bunyi pecahan kaca yang sangat keras. Bunyi tersebut terdengar berasal dari jendela kamarnya. Ia pun segera pergi ke kamarnya. Begitu ia tiba di kamarnya, ia sangat terkejut melihat sebuah botol kaca pecah yang berada di lantai kamarnya tersebut. Benda itu tampak dilemparkan ke jendela, melihat keadaan kaca jendela yang saat ini berlubang.

Rhenata panik, ia segera beranjak dari depan pintu kamarnya menuju jendela untuk memeriksa ke bawah. Tidak ada siapapun yang terlihat. Dengan keadaan takut-takut, ia mengambil botol kaca pecah yang tampak berisikan sebuah surat. Ia membuka gulungan surat tersebut.

Aku tahu apa yang kau lakukan dengan doxepin saat itu.

Isi surat itu membuat jantungnya berdetak dengan hebat. Ia kembali menoleh ke segala arah dengan sangat panik. Ia kembali mendekati jendela, nihil, tidak ada sesuatu apapun yang menandakan keberadaan seseorang.

Semenjak hari itu, Rhenata selalu dirundung oleh kegelisahan dari masa lalu kelam yang menghantui dirinya. Seakan jantungnya tak berhenti bergerak dengan cepat, ia merasa sangat lelah. Wanita itu juga tak ingin siapapun mengetahui hal ini, ia berusaha untuk bersikap biasa saja menjalani harinya. Kadang, wanita ini dengan waktu yang cukup lama menghilang dari anaknya, dengan rutinitas yang biasa ia menutupi semua hal yang dialaminya. Hari ini dengan berusaha tenang ia berpergian bersama Leva untuk pergi ke sebuah klinik kecantikan. Dalam sikap 'seperti biasanya' tersebut ia juga berusaha mencari orang di balik surat misterius itu.

Setelah beberapa hari sejak kejadian tersebut, ia kembali mendapatkan teror. Ia menemukan kantong plastik berwarna hitam yang diletakkan di atas meja riasnya. Ia membuka kantong tersebut dan menemukan sebuah foto yang tampak usang dan satu buah botol obat yang tidak asing baginya, yang tak lain adalah pil doxepin. Lagi-lagi wanita itu dibuat sangat terkejut dari kiriman orang misterius yang mungkin orang yang sama dengan sebelumnya. Foto tersebut merupakan foto drinya saat ia masih remaja. Ia memasukkan botol tersebut ke dalam laci. Berbagai pertanyaan mengusik kepalanya. Ia masih belum mendapat gambaran apapun dari peristiwa yang ia alami saat ini.

Hari ini Rhenata kembali dikunjungi dengan suara berisik yang mengganggunya di tengah malam. Terdengar suara ketukan dari jendela kamarnya berkali-kali.

"Apa sebenarnya yang kau inginkan?! Jangan jadi pengecut, ayo tunjukkan dirimu!"

Rhenata terus memeriksa sekelilingnya, ia menjadi sangat frustasi. Orang misterius yang terus saja mengganggu dirinya sangat membuatnya geram.

"Kau tau, jika kau ingin mengajak bermain, kurasa kau memilih orang yang salah." Wanita yang biasanya selalu tenang itu terlihat sangat menyeramkan dengan tatapan matanya yang tajam. Suara teriakan Rhenata yang cukup keras hingga dapat membangunkan anaknya.

"Ibu, apa Ibu tadi berteriak?" Leva menghampirinya dengan mata yang masih setengah terbuka, masih mengantuk.

"Iya Nak, tadi ada serangga yang berjalan di kaki Ibu, makanya Ibu berteriak. Maaf, ya, karena membuatmu terbangun di tengah malam."

"Oh, Leva kira ada maling tadi. Ibu membuat Leva kaget saja."

"Nggak ada apa-apa, kok. Leva lanjut saja tidurnya." Leva pun kembali ke kamarnya dengan cara jalan yang masih belum stabil karena sangat mengantuk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rasa dan KarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang