3. Semangkuk Hadiah dan Selembar Alasan

264 30 4
                                    

"Abang, ajarin aku naik sepeda!"

Kaizo masih mengingat tatapannya yang penuh tekad.

"Abang, Fang maunya lobak merah! Bukan lobak putih!"

Kaizo masih mengingat rengekannya.

"Iya, dong! Adiknya Abang gitu, loh!"

Kaizo masih mengingat nada sombongnya.

"Abaaang! Tidur sama Fang! Jangan belajar teruus! Huwaaa ...."

Kaizo masih mengingat tangisannya.

"Tentu, dong! Fang sangat sayaaang sama Abang!"

Kaizo masih mengingat ketulusan di matanya.

Kenapa selama ini Kaizo menutup mata? Bagaimana bisa selama ini dia menganggap Fang membencinya? Fang menyayanginya. Sebesar Kaizo menyayangi Fang.

Di atas kasur, terbaring Fang yang belum membuka mata. Wajahnya terlihat pucat dan tirus. Kaizo jadi merasa bersalah. Andai sedari awal Kaizo tidak menjauhi Fang dengan alasan takut-dia-semakin-benci, tentu masalahnya tidak akan serumit ini. Tentu Fang tidak akan sampai pingsan seperti ini.

Kaizo mengelus rambut Fang perlahan. Lalu dia beralih menelaah kacamata Fang yang tergeletak di atas nakas--kacamata yang dulu diberikan Kaizo. Kenapa Kaizo tidak sadar? Fang selalu memakai kacamata pemberiannya. Bagaimana bisa dia mengira Fang membencinya?

Beberapa saat terpaku pada kacamata berwarna ungu itu, saat Kaizo kembali melihat Fang, adiknya itu sudah membuka mata.

Fang mencoba memfokuskan pandangannya. Hal yang pertama dia lihat adalah langit-langit kamarnya yang berwarna putih. Lalu dia menoleh ke kanan, dan mendapati Kaizo sedang menunggunya dengan wajah datar seperti biasa.

Fang terdiam beberapa saat. Lantas mengingat kejadian yang membuatnya sampai pingsan.

Robi. Dia bilang, Kaizo menunggunya. Katanya, selama ini Kaizo menyayanginya.

Ya, abangnya itu tidak membencinya.

Fang tidak berkata apa-apa. Selama beberapa detik, dia hanya terdiam menatap mata Kaizo.

Apa yang harus dia lakukan? Apakah Fang harus bilang bahwa dia juga menyayangi Kaizo? Apakah dia harus berkata bahwa selama ini mereka berdua saling salah paham? Apakah dia harus mengungkapkannya? Lalu, Fang harus bagaimana? Jika Kaizo tetap dingin seperti biasa, bagaimana?

Di sisi lain, Kaizo mengalami pergolakan batinnya sendiri. Fang telah sadar. Apa yang harus dia lakukan? Apakah dia harus jujur bahwa selama ini Fang hanya salah paham? Ah, tidak. Kaizo juga salah paham selama ini.

Akhirnya Kaizo mengambil semangkuk sup lobak merah yang tadi dia taruh di atas nakas.

"Makanlah," katanya sambil memberikan sup itu pada Fang.

Fang menerima dengan kikuk. Lalu dia makan dengan tenang. Dan saat sup itu sudah habis, Fang menaruhnya di semula.

Apa lagi sekarang?

Keheningan menyelimuti kamar Fang selama beberapa menit. Namun, Kaizo belajar dari kesalahan. Jika dia hanya menghindar dan diam saja, sebuah masalah tidak akan pernah terselesaikan. Justru akan semakin runyam. Jadi, Kaizo memberanikan diri untuk terbuka kepada adiknya ini.

"Fang," panggil Kaizo.

Fang yang semula menunduk, menoleh. Menatap wajah abangnya yang dihiasi sebuah senyuman. Senyum yang hampir selama 11 tahun tidak pernah dia lihat.

Semangkuk HadiahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang