PROLOG

21 4 5
                                    

Budayakan memberi vote sebelum membaca!
.
.
.
.
.

                     ꧁Happy Reading

PROLOG.


















06.04

Pagi ini kelas XI IPA 3 telah dihuni oleh Erlangga dan para sahabatnya. Dan hanya mereka berdelapan yang ada di dalam kelas. Bahkan satu orang pun belum ada yang datang terkecuali mereka berdelapan. Mereka semua datang pagi-pagi sekali untuk menyalin pekerjaanrumah(pr). Namun tidak dengan satu orang. Lelaki itu mau ada PR atau tidak, dia tetap akan datang pagi untuk membaca buku. Dan lelaki itu juga tidak menyalin PR, yang ada malah miliknya yang disalin. Yaa, tepat sekali. Mereka semua memang menyalin pr milik orang itu.

Mereka semua berkumpul di satu meja. Mereka menempati meja paling belakang, paling pojok, sebelah kanan. Empat orang itu duduk di kursi nomer dua dari belakang, lalu memutar kursi menghadap meja belakang. Dan sisanya menghadap depan.

Erlangga duduk dipaling pojok menghadap ke depan dan dihadapannya ada Faisal, sebut saja Pa'i. Di samping Erlangga ada Sajak yang berhadapan dengan Razan, sebut saja Ojan. Di samping Sajak ada Kasla yang berhadapan dengan Raditya. Dan terakhir, di samping Kasla ada Nazil, sebut saja Aji, yang berhadapan dengan Satrio.

"Bersyukur banget gua bisa punya sohib kayak Sajak. Coba bayangin kalo gue gak punya sesosok Sajak. Bisa mati kutu gue dikelas. Bisa-bisa gue keluar dari kelas IPA." Tutur Faisal panjang lebar sambil menulis jawaban dari buku tulis milik Sajak ke buku tulis miliknya.

"Apa lagi gue 'I, gue bangga banget punya sohib kayak Sajak." Puji Kasla seraya menepuk punggung Sajak dua kali.

"Gue lah lebih bangga." Ucap Faisal merasa paling bangga dan terus menyalin sambil berbicara.

"Gue paling bangga sama Sajak!" Balas Kasla tak mau kalah. Yang masih terfokus pada bukunya sambil meladeni Faisal.

"Gue!" Kata Faisal. Sudah tidak fokus dengan bukunya.

"Gue." Balas Kasla. Tetap fokus pada buku yang ia tulis, tulisan yang rapih harus tetap dia lakukan. Memang begitulah Kasla. Diantara yang lainnya. Tulisan milik Kasla memanglah tergolong rapih, namun tetap lebih rapih tulisan milik Sajak.

"GUE DI BILANG!!" Ucap Faisal, berdiri dan menggebrak meja.

"GUE PA'I!!!!" Balas Kasla tak mau kalah dan ikut menggebrak meja. Namun tetap tenang dan meneruskan menyalin PR nya.

"Pa'i! Kasla!" Tegur Erlangga, yang terganggu akibat perdebatan tak bermutu antara Kasla dan Faisal. Pa'i adalah Faisal dan Asla adalah Kasla.

"Hampura akang kendang" Ucap mereka berdua bersamaan.

Erlangga tidak membalas, dia meneruskan pekerjaanya. Namun kini Nazil memanas-manasinya.

"Er, Er. Lo tadi di bilang akang kendang noh sama Pa'i sama Kasla. Kayaknya perlu di tendang dari Pancasila deh Er." Kata Nazil, memanasi.

"Iya tuh Er, betul apa kata Aji. Usir aja dari Avranega, terus tendang dari Pancasila Er!" Tambah Razan ikut memanasi.

"Gue setuju tuh sama yang dibilang Ojan." Balas Satrio ikut serta.

"Bacot! Nulis! Jangan ngomong mulu, ini gue dari tadi salah nulis mulu astaghfirullah" Bentak Erlangga tanpa beralih dari buku miliknya. Yang di bilang Erlangga memang benar, dari tadi dia selalu salah menulis.

"Makanya gak usah berisik lo-lo padaan." Ujar Raditya, menasihati.

"Dit gak usah mulai." Tegur Sajak yang sedari tadi menyimak. Dia tau bahwa Raditya ingin sekali jika Faisal(Pa'i), Razan(Ojan), Kasla, Satrio dan Nazil(Aji) di hukum oleh Erlangga.

"Siap beb." Kata Raditya dengan suara yang di lebay-lebay kan.

"Jijik Dit!" Sajak sedikit membentak.

Raditya hanya tertawa terbahak-bahak. Tawa itu menular. Erlangga, Faisal, Razan, Nazil, Satrio, Raditya dan Kasla, terkecuali Sajak. Laki-laki itu diam saja. Saat sedang tertawa terbahak-bahak tiba-tiba saja terdapat suara perempuan.

"Permisi." Ucap seorang perempuan.

Kasla yang memiliki pendengaran yang sangat tajam terhadap suara-suara perempuan pun angkat bicara dan berhenti tertawa."WOIWOIWOI!!!!,UDAHAN KETAWANYA WOI!!! ADA ORANG DI LUAR." Kasla menggebu-gebu.

Seketika hening.

"Mana sih? Siapa?" Tanya Razan merasa tidak percaya.

"Itu Jan, di luar. Kalo gak percaya tanya aja sama Sajak. Iya gak Jak?" Kasla menatap Sajak. Meminta pernyataan pada orang itu. Sajak hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Tapi siapa woi yang dateng jam segini? Masih jam enam seperempat." Tanya Raditya ikut serta.

"Ya kalo emang bener ada orang, di samperin lah. Malahan bacot-bacot aja sih lo pada." Setelah berucap itu. Erlangga bangun dari duduknya. Dan pergi kedepan kelas.

Sesampaimya di depan kelas. Erlangga melihat punggung sesosok perempuan yang sedang menghadap kearah lain. Perempuan itu berkuncir kuda.

"Ekhem." Erlangga berdeham.

Sontak perempuan itu berbalik. Dilihatnya perempuan itu membawa kotak bekal berwarna merah muda yang ada ditangannya.

"Ngasih bekal sarapan?" Tanya Erlangga, to the point. Ya, memang sudah terlihat bahwa perempuan itu memegang kotak bekal berwarna merah muda.

Perempuan itu berjalan maju mendekati Erlangga. "Nih, buat Satrio dari Lezana kelas XI MIPA Empat" Ujar perempuan itu ketus. Lalu meraih sebelah tangan Erlangga dan meletakkan kotak bekal itu di atas tangan itu dan setelah nya pergi begitu saja. Tanpa satu kata pun.

Erlangga diam tak berkutip sedikitpun. Dia terkejut bukan main dengan apa yang perempuan itu katakan. Bahkan kata tolong pun tidak ada. Dan ucapan orang itu sangat ketus, seperti orang tidak ikhlas. Tidak biasanya ada yang seperti ini padanya. Setiap yang datang padanya pasti selalu senyum dan berbicara dengan nada yang lembut. Tapi ini? Senyum saja tidak. Dan nada bicaranya pun ketus.

Seperti ada sesuatu. Seperti ada magnet ketika perempuan itu pergi begitu saja. Rasanya ingin, ingin, ingin, dan ingin. Entah ingin apa. Dirinya saja tidak tau. Namun sangat ingin.

Tbc
.
.
.
.
.

Hai guys!!
Gimana prolognya?
Seru gak?
Semoga kalian suka ya️❤️
Tetap simpan ceritaku di perpustakaan wattpad kalian ya️❤️.


Jangan lupa untuk Vote and Commentnya ya!!!!❤️❤️❤️


see you️❤️❤️

SALAM QUQIGIRL❤️❤️❤️

ErlanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang