sisi lain

103 11 2
                                    

Devano memejamkan matanya pelan, pedes banget kelamaan berhadapan dengan layar laptop. Bagi mahasiswa yang tengah berjuang mengerjakan skripsi pasti pernah merasakan ini. Mengerjakan di tengah malam ditemani secangkir kopi dan rokok tentunya suatu motivasi tersendiri bagi Devano. Tak lupa ia juga membuka jendela kamarnya sedikit agar asap rokoknya tak terlalu memenuhi kamar.

"Belum tidur Bang?"

Devano menoleh sebentar kearah Zoya yang mengintipnya dari balik pintu. Seperti anak kecil menggunakan piyama serta membawa bonekanya.

"Kenapa?" tanya Devano basa-basi. Zoya mencengir lebar.

"Aku tidur sini ya, gak bisa tidur"

Devano tahu pasti Zoya selesai menonton film horor tadi.

"Gak tidur sama Kiano?"

"Gak ah males, dia habis pulang mabuk"

Devano mengangguk memahami kebiasan Kiano kalau orang tuanya sedang luar kota seperti ini. Baik dirinya maupun Kiano akan sangat liar jika kedua orang tuanya tidak ada. Alhasil hanya Zoya yang tahu.

"Yaudah tidur aja, Abang ngerokok tapi"

Zoya menatapnya pelan kemudian beranjak ke kasur Devano menarik selimutnya dan pergi tidur. Sebagai kakak pertama, Devano berusaha keras untuk memperhatikan adik-adiknya ketika di luar maupun di dalam rumah.

Devano mematikan putung rokoknya yang tinggal setengah tak lupa juga ia menutup jendela kamarnya agar Zoya tidak kedinginan. Ia juga membenahi selimutnya sebentar sebelum keluar kamar menuju ruang tengah.

Bukannya malah mengerjakan kembali skripsinya ia malah bertemu Kiano yang setengah sadar di dapur. Laki-laki itu tengah meminum air putih.

"Suntuk bener wajah lo" ucap Kiano memperhatikan Devano yang sudah seperti zombie.

"Kelihatan banget ya?"

"Hmm, kenapa?" tanya Kiano akhirnya. Devano tipikal orang yang tidak mudah bercerita sebelum dipancing, tidak seperti Kiano yang kentara sekali kalau banyak masalah atau sedang bahagia. Sifat Devano dan Zoya hampir mirip seperti Ayah.

"Suntuk aja mikirin skripsi"

"Elah boong amat lo, udah chill aja kali" kata Kiano sambil menyodorkan sekaleng beer. Susah emang punya adik macem Kiano itu.

"Brengsek emang lo" canda Devano lalu membuka kalengnya diikuti Kiano.

Di tengah malam itu tanpa sepatah kata, akhirnya mereka berdua minum berdua hanya ditemani temaram lampu dapur.

"Bang" kata Kiano memecah keheningan.

Kiano sudah setengah mabuk lagi, Devano tahu sih pasti adiknya ini lagi ada masalah entah dengan Lisa atau yang lain.

"Hmm" jawab Devano seadanya sambil menegak kembali kaleng beernya. Sudah kaleng kedua tapi otaknya masih sadar.

"Gue ketahuan sama Lisa"

"Selingkuh?"

Ya, gimana sifat Kiano yang satu ini susah banget dihilangkan. Walaupun Kiano sayang banget sama Lisa tapi yang namanya jiwa playboynya masih ada.

"Sama siapa sekarang?" tanya Devano tenang banget menanggapi Kiano.

"Mantan gue dulu, Nata"

"Lo nya goblok, anjing tahu gak. Udah dikasih yang sepengertian Lisa masih aja nyari cewek"

Kiano tertawa dengan wajahnya yang sudah teler. Devano memandangnya sebentar.

"Lo apakabar? Gak anjing juga"

IRIDESCENT FAMILY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang