"Selamat ulang tahun...selamat ulang tahun.. Lussy.. Selamat ulang tahunn!"
Suara bahagia beserta ucapan selamat terdengar hingga sampai ke dalam kamar Lyra yang tidak kedap suara
Terlihat Lyra sedang menghidupkan lilin diatas puding. Dia membelinya saat mampir ke swalayan dekat taman kota. kebiasaanya saat dia akan berulang tahun, Berbeda sekali dengan Lussy dan bang Rey. Dia sudah terbiasa diperlakukan tidak adil seperti ini.
Suara lirih mengema di dalam kamar, tentu hanya Lyra seorang yang bisa mendengarnya
"Happy birthday... happy birthday..happy birthday to me!"
lirih Lyra meniup lilin hingga padam. Tak terasa air mata Lyra jatuh hingga terdengar suara isakan memilukan membuat siapa saja yang mendengarnya ikut sedih.
Tok...Tok...Tok
Refleks Lyra menghapus air mata saat mendengar ketukan pintu dari luar
"S-siapa?"tanya Lyra menahan tangisnya"Ini ayah nak!"suara berat milik seorang yang di yakini ayahnya sendiri
Lyra memejamkan mata berusaha menghentikan air mata yang tak kunjung habis, menarik nafas dalam-dalam hingga tenang lalu memeluk bantal untuk menetupi wajahnya yang sudah pasti memerah dan bengkak.
"Masuk ayah"ucap Lyra mencoba tenang
Terdengar bunyi pintu yang dibuka menampakan seorang pria yang diketahui bernama Rehayn -ayah Lyra
"Kamu gak keluar nak? Diluar banyak sekali makanan, Uccy juga ingin bertemu dengan mu"ucap ayah pelan sambil duduk di samping Lyra diatas tempat tidur
"Tidak usah ayah, nanti mama marah. Lyli takut buat pesta Uccy jadi kacau. Lebih baik Lyli disini aja tidak apa-apa"ucap Lyra pelan pura-pura tersenyum lebar menutupi sakit goresan yang ada di hatinya. Tentu saja ayah melihatnya, melihat senyum miris Lyra. Terdengar hembusan nafas berat.
"Maaf kan mama ya nak? Kamu yang sabar suatu hari nanti mama kamu akan mengerti dan mencoba menerima kamu seutuhnya"terang ayah mengelus rambut Lyra dengan lembut
"Tapi ayah, sampai kapan mama bersikap seperti itu? Aku juga butuh kasih sayang yah" Lirih Lyra mencoba menahan air matanya namun memori-memori yang memilukan berputar di kepala Lyra bagai kaset rusak membuat dia tak kuasa menahan tangis
Ayah tertegun melihat Lyra menangis seperti ini. Lyra tidak pernah menangis di depannya, apa begitu deritanya Lyra hingga bisa membuatnya seperti ini? Dia seperti bukan Lyra yang dikenal.
"Ayah selalu berkata seperti itu! mengucapkan kata-kata semangat tanpa ada tindakan. Lyli paham maksud ayah untuk menyemangati Lyli.
Lyli selama ini cukup bersabar dan mencoba menarik perhatian dari mama. Lyli hanya ingin mama mengucapkan kata selamat untuk Lyli dan berakhir memeluk Lyli dengan erat. Tapi jangankan kata selamat, melirik Lyli saja mama tidak sudi!" Ucap Lyli tersedu-sedu memgeluarkan unek-uneknya selama initerdiam. Satu kata yang pantas buat ayah. Dia pikir Lyra sudah terbiasa dengan semua ini. Pemikirannya seakan hancur mendengar semua penjelasan itu
Kini ayah tau dibalik senyuman dan keceriaan milik Lyra hanya sebagai topeng untuk dijadikan tamengnya. Mencoba menjadi orang yang kuat, tapi dia melupakan satu fakta. Fakta bahwa dia benar-benar rapuh.
Mereka diam cukup lama hingga suara tangis Lyra yang keras berubah menjadi isakan kecil"Maaf kan ayah nak, ayah tidak becus menjadi ayah kamu. Kamu bisa menghadapi ini semua bukan, bukan kamu tapi kita. Kita semua akan menghadapi ini bersama-sama. Ingat disini bukan hanya ada kamu saja tapi ada ayah Uccy dan juga ada bang Rey"ayah memeluk Lyra dengan erat sesekali mengelus punggung Lyra pelan membuat Lyra mengangguk pelan. Dia nyaman berada di posisi sekarang.
"Ayah boleh Lyli meminta sesuatu?"tanya Lyra ragu lalu melepaskan pelukannya
"Hm, sebisa mungkin akan ayah wujudkan keinginan kamu"jawab ayah tersenyum tipis
"Pada ulang tahun kali ini apa Lyli boleh bersekolah seperti bang Rey dan Uccy? Lyli bosan selalu home schooling"ucap Lyra berharap. Pasalnya dari dulu dia tak pernah sekolah umum dia hanya bersekolah di rumah saja. Jangan tanya kenapa, tentu saja ini semua larangan dari mama
Ayah terdiam sesaat, bukan karena dia tidak bisa mengwujudkan permintaan Lyra. Dia hanya berpikir kalau Lyra akan meminta sesuatu yang mahal. Ini semua diluar pemikirannya
"kamu Boleh sekolah di luar kok. emang sekolah mana yang menjadi tujuan mu? apapun itu ayah akan memasukkan kamu di tempat yang membuat mu nyaman"ucap ayah lembut
"Sebenarnya Lyli sudah memikirkan ini jauh-jauh hari. Sepertinya Lyli akan bersekolah di tempat abang saja. Jadi Lyli tidak usah mengeluarkan uang yang banyak untuk ongkos antar jemput"ucap Lyli.
Sekolah yang terdekat disini hanyalah SMA Bangsa tempat Rey belajar dan juga SMP bangsa tempat Lussy menuntut ilmu. Ada sih sekolah yang lain tapi jalan menuju sekolah itu sangat jauh bahkan dua kali lipat dari jalan sekolah SMA Bangsa"sekolah lain juga tidak apa Lyli, Nanti akan ayah yang membayar nya kamu cukup belajar dengan giat, jadi pilihlah sekolah yang kamu ingin kan"ucap ayah tak mau membuat Lyli tertekan menginggat disana banyak sekali anak nakal walau pun Rey termasuk ke golongan itu. Tapi ayah tidak mau Lyli bersekolah disana. Oh ayolah ayah mana yang khawatir melihat anaknya yang sangat polos ini berada di perkumpulan anak nakal?
"Tidak apa ayah, Lyli tidak mau merepotkan ayah. Lagian dengan ayah yang mengizinkan Lyli bersekolah saja sudah cukup membuat Lyli senang"ucap Lyli tersenyum tipis membuat ayah menghela nafas pasrah
"Baiklah jika itu pilihan mu akan ayah turuti. Besok kamu mulai masuk sekolah, ayah akan meminta paman yang mengurusnya. Tugas kamu sekarang yaitu tidur, besok kamu mulai bersekolah. Jangan sampai terlambat"ucap ayah panjang lebar
"Baik ayah, Lyli akan tidur. Good night ayah dan maaf tadi sempat membentak ayah"ucap Lyra sambil membaringkan tubuhnya dan menarik selimut warna army warna kesukaan Lyra
ayah mengangguk maklum lalu membalas ucapan Lyli
"Good night to Lyli!" Balas ayah lalu mencium dahi Lyra dan beranjak keluar dari kamar setelah memastikan kalau Lyra sudah tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miserable
Teen Fictionsetiap kali orang bertanya padaku apakah aku baik-baik saja hal ini semakin mengingatkan ku bahwa aku tidak baik-baik saja -Lyra Zeefhar . . . . . . .