Wendy Steve. Dia yang datang malam-malam begini. Gadis yang sebaya denganku itu tersenyum manis dengan gaun malam yang pas di tubuhnya. Wendy itu jika kulihat lebih dekat sepintas mirip dengan Takuya, tetapi tentu saja Wendy itu tidak tampan, Wendy sangat cantik. Mungkin karena perpaduan Jepang-Inggris, membuat fisik dan rupa Wendy terlihat perfect dan menarik. Ah, lama-lama melihatnya hanya membuatku iri.
"Ada apa malam-malam kemari?" tanyaku.
"Biarkan aku masuk terlebih dahulu sebelum menjelaskannya." tukas Wendy sembari mendorongku masuk ke ruang tamu.
Sebenarnya ini rumah siapa? Dia bertingkah seolah-olah akulah tamunya di sini.
"Mint, cepat tukar baju. Pilih gaun terbaikmu, setelah itu aku akan membantu mendandanimu." ucap Wendy terkesan terburu-buru.
"Memangnya kau ingin mengajakku kemana?" tanyaku dengan dahi mengerut penasaran.
"Tentu saja ke festival pergantian tahun! Takuya sebentar lagi akan datang menjemput. Kita tak punya waktu banyak, ayo bergerak cepat!"
Aku terbengong saat melihat gerak-gerik Wendy yang heboh, tampak seperti gadis yang sedang panik karena rumahnya dirampok alien jahat.
"Miiiiint! Ternyata kau tidak mau bergerak jika aku tidak mendorongmu seperti ini."
Wendy mendorongku ke kamar, tiba di pintu aku melawannya.
"Jangan dorong-dorong aku seperti ituuu!"
"Wah Mint, ternyata kau bisa marah-marah juga."
Aku membelakanginya dengan tangan terlipat di depan dada.
"Kau saja yang baru tahu." gumamku pelan.
"Mint, kau bilang apa?" tanya Wendy dengan nada lembut.
Segera saja aku berbalik dan mengucapkan...
"Cuaca malam ini bagus ya."
Wendy tertawa kecil.
"Tentu sajaaa. Miint! Bukan saatnya berbincang-bincang sekarang! Kita harus bergerak cepat. Tukar bajumu, sekarang."
"Iya, iya. Astaga, kau seperti ibu-ibu."
Wendy tertawa menganggap ucapanku itu lucu.
***
Kurasa Wendy terlalu berlebihan, dia mendandaniku seperti figur Cinderella. Oh ya ampun, anak ini benar-benar terpaku pada Cinderella. Mana mungkin aku bisa percaya diri dengan penampilan seperti ini?
Wendy membungkuk sehingga posisi wajah kami sejajar.
"Wah, Mint. Kau cantik sekali. Tapi, tetap saja aku lebih cantik sedikit dari dirimu." celoteh Wendy.
Sementara itu aku memalingkan wajahku dari cermin rias di hadapanku. Bagaimana mungkin mommy menyimpan kostum Cinderella beserta aksesorisnya di lemari pakaianku? Sulit dipercaya. Dan malangnya mata Wendy yang jeli dengan cepat menemukan kostum terkutuk itu setelah aku membuka lemari.
"Nah, Mint. Sekarang kita tinggal menunggu jemputan."
"Hm..."
***
"Yoohoo! Pangeran tampan sudah tiba!"
Gara-gara suara mengejutkan itu aku hampir saja menjatuhkan gelas bekas minum tadi. Sedangkan Wendy tergopoh-gopoh menuju sumber suara.
Tak lama setelah itu Wendy datang bersama Takuya. Aku sih biasa saja melihat setelan rapi Takuya, alasannya karena Takuya memang selalu *hueeeek* keren dengan semua mode untuk laki-laki.
Tetapi tidak dengan Takuya. Dia menatapku seakan-akan aku ini makhluk langka yang baru dijumpainya. Pandangannya itu akan terus berlangsung semalaman kalau saja aku tidak membentaknya.
"Hei kau! Berhenti menatapku dengan pandangan menjijikkan seperti itu!"
Langsung saja Takuya melirik Wendy dengan bahu terangkat.
"Dia kenapa?" tanya Takuya terhadap Wendy.
Wendy menatapku sekilas lalu kembali menatap Takuya.
"Mungkin dia sudah tak sabar untuk segera menikmati pesta."
Takuya mengangguk-anggukan kepalanya berlagak paham.
"Kalau begitu ayo kita pergi sekarang!" ajak Takuya dengan sorot mata berbinar-binar.
"Ayo!" sahut Wendy.
Sementara aku hanya berjalan lesu mengikuti mereka.
***
To be continue