2

19 1 0
                                    

#Ryana

Tinggal di perantauan bukan berarti bebas melakukan segalanya tanpa ocehan tetangga dan aturan Yang Maha Kuasa.

Biarlah orang-orang berkecimpung dengan apa yang mereka ucapkan. Karana hidup kita, kita yang merasakan, kita yang menjalani.

Seringkali kudengar..

"Buat apa merantau, hidupmu kau habiskan di perantauan,"

"Setelah itu, kau akan melupakan kampung halaman,"

"Mana baktimu pada orang tua, setelah dewasa kau malah meninggalkan mereka,"

"Nanti jadi perawan tua, loh"

"Kerja apa, sih? Apa ngepet jangan-jangan ya"

Dan masih banyak lagi prespektif orang lain tentangku yang mungkin tidak semuanya sesuai realita.

Ya, hanya aku yang tau, dan mengerti dengan apa yang aku jalani.
Inilah caraku berbakti, inilah caraku majukan negri.

Tinggal di perantauan, membuka wawasan baru dan lingkungan yang baru pula. Termasuk agar ku bisa mendapatkan lowongan pekerjaan.
Dan nanti, akan kubuka lapangan pekerjaan ekstra untuk mereka yang membutuhkan dan percaya bahwa takdir kita, kita yang memperjuangkan.

Meski hidup jauh dari orang tua, tali bakti tidak akan pernah sirna Meskipun tidak bersama.

Dengan memberi kabar baik, membatu secara finansial , ataupun secara spiritual. Dari hal yang menurut kita sepele untuk dilakukan, mungkin itu adalah hal berharga yang mereka nantikan.

Hidupku tidak jauh dari nasib anak rantau lainnya yang serba mandiri layaknya mengurusi diri sendiri tanpa bantuan orang tua. Meski orang tua mampu untuk menaikkan harkat martabat anak, tapi aku tidak mau jika kesuksesanku bukan dari hasil jerih payahku sendiri.

Yang kuminta, tetap doakan yang terbaik untukku, Duhai kedua orang tuaku. Akupun juga senantiasa mendoakan kalian di setiap hembusan nafasku.

Acara kelulusan tinggal menghitung hari.
3 Tahun sudah, kuhabiskan masa remaja yang menyenangkan bersama kawan dan juga lawan dengan memakai atribut putih abu-abu. Tentu tidak, tak pernah kuanggap mereka sebagai lawan atau saingan, yang ada hanyalah rival penyemangat untuk menggapai segala mimpiku. Semua temanku adalah kawan, tak ada kata lawan apalagi musuh bagiku.

Meski banyak yang menganggapku sebagai...ah, entahlah. Lupakan saja. Semuanya telah berlalu, tak ada yang harus disesali. Kita hanya perlu memperbaiki diri untuk masa depan yang lebih baik kan..

Dia (Bukan) TakdirkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang