Kata orang,
jatuhkan cintamu pada orang yang pernah patah hati, karena mereka tahu cara menghargai.
Kubuang rumor tak jelas itu dan kujatuhkan hati ini padamu. Lelaki yang bahkan tak tahu cara menghargai hati.
Siang ini kamu datang dengan vespa matic kesayanganmu. Katamu itu hadiah dari seseorang yang sangat spesial. Jika yang memberimu vespa ini adalah orang spesial, maka apa aku bagimu? Biasa saja, ya.
Kursi belakang motor itu masih hangat, ku tahu pasti sudah disinggahi sebelumnya. Tapi kamu tak menjawab pertanyaanku,
"Cepetan naik," katamu.
Aku diam dalam keheningan kita. Ingin menangis tapi tak keluar air mata. Kamu tak tahu, kusembunyikan wajah ini di balik helmku.
Mungkin aku terlalu posesif padamu, tapi kamu juga begitu. Kemarin kau hapus semua follower pria di instagramku. Aku masih marah! Kamu pasti tidak merasa bersalah.
Lagi - lagi kamu menyuruhku untuk berpegangan. Apa kamu kira aku tak tahu? Bekas parfum perempuan di jaketmu. Aku tahu! Tapi aku diam.
Kita sekarang kembali melewati jembatan ini. Kamu memecah keheningan dengan mengajak aku bicara,
"Kamu inget tempat ini, nggak? Waktu itu kamu coba bunuh diri tapi malah jatuh ke jalanan,"
Iya itu kali pertama kita bertemu. Katanya kita tidak akan bisa jika tidak mencoba. Maka dari itu aku ingin terbang dan kucoba. Ternyata malah berujung pertemuan kita. Di jembatan merah surabaya pukul tiga dini hari, kamu menggendongku mengira aku sudah tiada.
Lucu, kan? Kita malah jadian lalu menyalahkan takdir pertemuan sebagai tersangkanya.
Tapi itu kamu yang dulu, bukan sekarang. Dia sangat sayang padamu, ya?
Sekarang kita makan di warung bakso kesukaanmu. Rasa kuahnya masih sama, kebanyakan micin seperti katamu. Tempatnya juga sama, kan? Di belakang stadion balai kota. Kamunya saja yang berubah, rasanya ini bukan kita.
Aku lelah dengan ini semua. Nyatanya kini aku cuma teman makanmu. Bukan lagi tempat berbagi cerita dan rasa kesalmu.
"Kita putus, ya?" Kataku saat kita sudah sampai depan rumahku.
"Kamu tahu?"
"Kalau udah nggak nyaman bilang,"
"Maaf, ya?"
"Iya, jangan sakitin dia, ya?"
"Aku pulang dulu,"
Kamu masih sama ternyata.
Sudah satu bulan, ya? Haha, munafik jika aku bilang tak merindukanmu. Aku menghargai itu jika kamu memilih pergi. Tapi jangan jauh - jauh, ya? Hati ini masih belum adaptasi.
Malam sabtu pukul delapan, orang lain datang menjemputku. Aku sudah bersiap dengan baju biasanya, tapi aku kembali sadar. Yang menunggu di depan pagar bukan kamu dan vespamu. Dia orang lain.
Jahat, ya aku? Menerima orang lain masuk padahal setengah hati ini masih punya kamu. Nggak! Aku nggak berharap padamu lagi. Ini hanya penyesuaianku dengan keadaan yang baru.
Setidaknya tak ada lagi hati yang perlu diobati lagi karena perlakuanmu. Lukanya bukan sembuh sehari dengan betadine, tapi ini sudah bernanah. Hati ini bukan pensil yang bisa kamu isolasi. Sudahlah, toh kata kita sudah tak ada untuk aku yang terlanjur sendiri.
Kamu brengsek! Saat aku bertahan, kamu pergi tapi jika kutinggalkan kamu malah mengejar. Perasaan ini bukan karet yang bisa kamu tarik ulur!
Kala itu kamu datang dengan membawa beruang putih favoritku,
"Aku masih sayang kamu," katamu.
Kau tahu apa yang aku rasakan? Sakit! Aku merasa seperti rumah singgah sesuka hati saja kau datangi tapi tidak menetap.
Bodohnya aku menerimamu kembali. Semesta saja sudah tak mengijinkan kita, tapi aku yang memakasakan.
Kamu mengenalkanku pada orang tuamu. Kata mereka aku tak pantas denganmu. Anak berpenampilan berandalan seperti tak pernah mengenyam pendidikan.
Kamu hanya diam. Aku tahu kamu malu. Terima kasih untuk luka yang kau beri.
Aku pergi lagi, tapi untuk apa kamu juga kembali lagi? Tak puaskah melihatku dihina dikecewakan dunia karenamu?
Kamu cuma menaruh harapan tanpa membantuku mencapainya. Lalu apa namanya kalau bukan tak berguna?
Memang aku bodohnya keterlaluan, ku terima kamu kembali dengan alasan untuk jalani saja yang ada sekarang.
Aku di sini masih menginginkanmu, memelukmu dari belakang dan masih merasakan parfum perempuan itu di jaketmu.
Hari ini kita saling ingin, tapi esok kita saling bosan. Sekarang kita tapi esok hanya aku sendirian. Kutahu, kau hanya singgah di pelukan yang salah.
"Kemarin dia datang dan langsung melamarku," kataku.
Terima kasih untuk kamu, kini aku miliknya. Dan kurasa dia pantas menjatuhkan hatinya padaku, karena aku lebih tahu caranya menghargai perasaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTBREAKER
Short StoryDia si pematah hati, Jika kutinggal, kau akan mengejar tapi jika aku bertahan, kenapa kamu menghilang? Sekam saja bisa pergi hanya tertiup angin, apalagi perasaan yang tak terlihat. kamu kira hati ini mudah diisolasi? Seenaknya pergi lalu kembali, h...