3

14 1 0
                                    

"Hah... Hah...," deru nafas yang tak karuan itu berasal dari seorang Canadian boy, ya siapa lagi kalau bukan Mark Lee. "Kalian... Utang... Tiga... Semangka... Sama... Hah...," ucap Mark dengan suara yang sama sekali tidak jelas.

Jeno dan Jiya saling melempar pandang satu sama lain, lalu mengedikkan bahu bersamaan, tak menghiraukan keberadaan Mark dan terus melanjutkan menyantap mie ayam yang ada di atas meja.

Tanpa seizin sang pemilik, Mark langsung merampas botol minuman Jiya hingga tandas. Spontan, hal ini langsung membuat emosi Jiya tersulut. "Ah, Magu!" teriak gadis itu sambil memukul keras bahu Mark yang selebar lapangan GBK tersebut.

Orang yang kerap dipanggil Magu membiarkan saja bahunya menjadi korban, asalkan haus yang di tahannya sedari tadi sudah bisa diatasi, begitu pikirannya. Sedangkan Jeno yang sedari tadi menjadi penonton pun, hanya tertawa kecil sambil menggelengkan kepala, merasa gemas dengan sikap Jiya yang sedang mengomel tak jelas seperti itu.

Sesaat setelah Jiya sudah berhenti mengeluarkan beberapa sumpah serapahnya untuk teman sekelasnya itu, Mark mengambil tempat duduk di sebelah Jiya dengan sedikit ragu. Tangan besarnya menangkup kedua tangan milik Jiya untuk mengantisipasi bila telapak tangannya sudah siap untuk melayang lagi. Jiya yang saat itu tengah mengambil suapan mie ayamnya pun, menoleh ke samping dan memberikan tatapan tajam dengan bola mata melebar.

"Udah udah, kalau lo haus, minum punya gue aja, Ya," ujar Jeno sebagai penengah sambil menyodorkan botol minumannya di hadapan Jiya.

Jiya menggeleng, lalu mengempaskan tangan Magu begitu saja. "Nggak, gue mau beli ice tea aja," timpalnya sembari bangkit dari duduk, berniat untuk memesan minuman.

Belum sempat ia berdiri, lengannya sudah lebih dulu di cekal oleh tangan besar milik Jeno. "Apaan sih? Lo lupa kalau minggu depan ada ujian praktek vokal? Nggak ada minum-minum es dulu minggu ini! Kalau lo sakit, semuanya repot," peringat Jeno dengan mata memicing dan nada sedikit dingin membuat keberanian Jiya langsung menciut.

Entahlah, gadis itu tidak pernah lagi menentang setiap ucapan Jeno sejak kejadian 'itu'. Jiya meyakini bahwa tiap peringatan atau sekadar ucapan yang Jeno lontarkan, pasti selalu benar terjadi, tidak ada yang salah dan hal ini sudah terbukti beberapa kali. Disaat semua orang melarangnya untuk melakukan sesuatu, Jiya tak pernah mendengarkan karena sikap keras kepala yang dimilikinya. Namun, disaat Jeno sudah beraksi dengan memberikan beberapa larangan dan wejangan, Jiya benar-benar tak berkutik seolah ia hanya mendengarkan Jeno seorang. Yah, memang sebesar itu peran Jeno dalam hidupnya.

"Oiya, minggu depan lo uprak, ya?" kali ini, pertanyaan itu datang dari Mark yang tengah sibuk mengunyah makanan milik Jiya dan Jeno secara bergantian.

Jiya mengangguk lemah. Sebenarnya ia sedikit setengah hati untuk mengikuti ujian praktek yang akan datang. Entahlah, ia tidak memiliki alasan yang pasti. Hanya saja, Jiya merasa tidak bersemangat untuk melakukan tes vokal tersebut.

"Gue denger-denger, yang nilainya paling tinggi bakal ada rewards yang bagus banget lho, Ya," timpal Mark lagi sambil menatap Jiya.

Gadis itu sontak langsung menoleh, menatap Mark penuh harap. "Serius? Apa rewards nya?"

Kali ini, Mark mengedikkan bahu. Ia pun nampak tak mengetahui hal itu. Yah, Mark hanya mendengar beberapa rumor yang sampai di telinganya, entah itu berita burung atau bukan.

Mata Jiya beralih menatap Jeno, berusaha mencari jawaban dari sepupunya itu. Ya, siapa tahu kan anak organisasi mengetahui hal tersebut? Tapi nyatanya tidak. Jeno yang mengerti arti tatapan Jiya, langsung menggeleng beberapa kali.

"Lo ikut uprak kan kali ini?" Jiya bertanya tanpa memedulikan lagi rasa penasarannya terhadap rewards yang Mark maksudkan barusan. Karena yang terpenting kali ini adalah kehadiran Mark saat uprak tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UnthinkableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang