I Miss You But Its Difficult For Us

82 1 0
                                    

Semenjak awal, kita selalu hobi berlari di dalam ruang kita sendiri. Diantara matrik yang menghalangi pandang mata, pernah ada do'a yang tak pernah putus. Karena di sela tengadahnya, ada harap yang diyakini tak pernah khianat. Dari sisa-sisa semangat setidaknya masih ada cerah akan arah jalan yang akan ditempuh.


Aku ingin menulis semua yang di rasa tapi sialnya tiba-tiba semua susunan aksara itu menghilang. Seakan tak ingin menampakan barang sedikit. Arah mulai tumbang, rindu tak tahu lagi harus bermuara kemana. Memeluk angin yang mulai dirasa menyakitkan. Menurutmu, aku masih tersenyum?


Aku masih ingat, gugup yang mendebarkan pukul 14.00. Aku yang hanya mencatat namamu saja,kupu-kupu dalam perutku menari dengan riangnya. Menatap tubuh tinggimu, rahang yang kokoh, mata yang begitu tegas, rambutmu yang selalu kau sisir dengan model yang sama, menjadi perbincangan sel-sel dalam otakku tanpa ku minta. Bahkan maaf, gaya kepalamu yang tak pernah diam saat naik motorpun, masih betah menetap untuk diingat.


Dalam hitungan angka , kita adalah pejalan terkuat. Tapi sayangnya kita hanya fokus kedepan, tanpa melihat sisi masing-masing. Sekarang aku bertanya, apa kau masih ingat apa yang paling tidak aku suka? Jika diammu adalah memahami, harusnya tanpa berfikir kau sudah bisa menjawab. Kita selalu mulai pertikaian dan berakhir amarah yang menyurut. Selalu menyisakan tanda tanya tanpa usaha menjawab agar selesai. Menurutmu kau adalah benar, sementara aku pun merasa bahwa berdiriku disini juga tidak salah.


Dalam peran drama, aku menjadi monolog untuk kisah kita. Sementara kau bagian naskah yang tak pernah habis untuk ku baca. Sering ku ungkap apa inginnya hati, namun kau selalu berdalih bahwa itu adalah egoku yang harus ku redam. Lalu aku akhirnya memilih diam. Padamu ku jadikan rumah untuk segala kesah, tapi apakah kau sedikit saja perasa akan firasat ketika aku tidak baik-baik saja?


Sampai saat ini, maaf aku masih menyayangi kita. Aku ingin benar-benar angan yang sering kita rangkai pada sejuknya malam terwujud semuanya. Aku ingin menjadi yang pertama kau lihat sebelum tidur dan ketika bangun. Aku ingin menjadi satu-satunya orang yang menyuguhkan kopi kesukaanmu pada pagi hari sebelum kau menjemput rezeki. Aku..aku ingin. Tapi kenyataan juga menamparku dengan jelas bahwa sesuatu yang tak bisa dicairkan dikhawatirkan akan merusak perekat diantara kita dikemudian hari. Betapa air mata ini mengajakku berkeliling pada ingatan masa lalu dimana untuk meluluhkanmu saja, perlu usaha yang tak sebentar sampai pada saat hati itu akhirnya milikku.


Kalau boleh kau ijinkan, ketika kita bertemu suatu saat ini, sebentar saja, aku ingin memegang tanganmu. Merasakan erat genggaman yang katanya kehilangan ketika aku pergi. Ajak aku berkeliling kemanapun kau mau, sekali lagi. Buat aku merasa dimiliki , sekali lagi.


Diantara racauan kata yang tak tersusun sedari awal, ada sayang masih enggan pindah. Ada risau yang tak akan ada penenangnya.


Semoga kau selalu sehat dan Tuhan menjagamu dengan sebaik-baiknya perlindungan-Nya.


Maaf aku masih belum bisa pergi. Masih duduk sendirian . Menikmati rasa yang belum mau beranjak usai

Perayaan PerasaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang