Peluk ini akan bertahan lama

26 0 0
                                    

Dari tiap kata yang tak pernah ku selesaikan, ada rasa gelisah yang enggan pergi. Tentang perubahan hidup yang ternyata, tidak bisa diterima semua orang. Sampai berkali-kali ku berkaca pada sifatku sendiri. Menyamakan reka adegannya agar memastikan bahwa ini masih normal. Tapi lagi-lagi, tak merubah apapun. Hujatan dari pikirannya mengalir hingga pikiranku. Terus-menerus hingga tidur dalam keadaan risau harus dirasakan saat ini.

Jelas saja aku menganggap ini cobaan. Hampir tak kuasa aku menahan bebannya. Yang difikirnya aku sangat jahat, padahal gelisah ini muncul karena terlalu tak ingin abai. Cara demi cara tlah dicoba tetapi hasil tak menemui muaranya.

Pulangku kini hanya peluknya. Yang ku percaya hanya usapan lembutnya. Yang membuatku berfikir lain. Ia meredakan jiwaku yang hampir setengah gila. Yah, SETENGAH GILA. Ia yang meyakinkanku untuk tetap bernafas dan tetap jaga waras. Mungkin ia baru dihidupku tetapi ia paham bahwa apapun aku, yang ia pegang hanya rasa sayangnya terhadapku. Tanpa mengganggap aku orang lain. Tanpa menganggap aku asing.

Sepertinya peluk ini akan bertahan lama. Memastikan bahwa tidurku mulai pulas. Memastikan bahwa mimpi buruk tak mempunyai akses masuk dalam otakku. Meskipun tak memungkiri hati ini masih merisaukan sikap dingin itu.

Aku selalu berharap yang terbaik. Mengusahakan yang terbaik. Meski tak pernah bisa maksimal. Hal-hal baik yang sudah dilakukan tak pernah dilihat sedikitpun. Melirikpun sepertinya tak sudi. Hilang semuanya. Tak punya kuasa untuk menahan semuanya. Berjalan saja, katanya.

Badanku ringkih dibuatnya. Tapi rasa sayang ini masih bertahan untuk tidak membalas kejahatan-kejahatan itu. Ini bukan kebodohan, hanya persoalan ikatan rasa sayang.

Ku harap peluk itu akan terus bertahan karena sepertinya jiwa ini lelah terus memohon dibalik kata maaf tanpa salah. Air mata ini lelah menangis. Seperti katanya, berjalan saja.

Perayaan PerasaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang