What A Time To Be Alive

30 4 0
                                    

[Never Say ; Vol 0.1 Dimulai]

Tanahnya basah, hatinya resah dan pipinya memerah. Matanya berkaca, menandakan sakit sekaligus sedih yang luar biasa. Semua orang perlahan pergi meninggalkannya, dan isak tangisnya menjadi satu satunya yang ada menemani dirinya.

Ia tahu, bahwa semua yang hidup akan mati. Sebuah pertemuan berujung perpisahan, dan yang tragis adalah perpisahan yang telah direncanakan. Bahkan saat dirinya tahu bahwa akan ada suatu kejadian, dia tidak bisa menahan apalagi menghentikan.

Berat rasanya jika seperti ini. cerita yang bahkan belum dimulai sudah memiliki akhir yang mengharukan. Jadi apa yang harus dia lakukan?

Melanjutkan keinginan nya menjadi seorang dokter? jangan bercanda, jika keinginan sebenarnya adalah membahagiakan orang yang disayang, berarti kini dia sudah tidak ada keinginan? lalu untuk apa ia hidup.

"menangis tidak akan membuat ibumu kembali" dan seseorang seenaknya berbicara demikian tanpa melihat keadaan. Dia kira dia siapa?

"lalu?"

Ujar wanita itu dengan berani menatap lawan bicaranya. seorang laki-laki yang tadi melontarkan kata hanya terdiam membisu di tempatnya. Bahkan saat sang lawan bicaranya mengulangi pertanyaan serupa, yang dia lakukan hanya menatap tanpa keinginan menjawab.

Memang salah dirinya mengajak bicara hal yang tidak pantas kepada dia yang sedang berduka.

"hidupmu masih akan berlanjut, bahkan saat ada atau tidak adanya ibumu. Kau adalah orang yang memegang alasan atas kehidupan dirimu sendiri. Bersedih boleh, tapi jangan sampai larut dalam kesedihan."

Ya, laki-laki itu benar. tapi apa yang bisa ia lakukan? Bahkan untuk memegang janji saja wanita itu kini sudah tak kuasa.

"aku pergi" tidak! jangan! jangan tinggalkan wanita itu sendiri.

Sendiri itu sunyi, sendiri itu sepi dan sendiri itu sangat menyayat hati. Wanita itu butuh sandaran bukan hanya saran.

___

Sudah 2 jam laki-laki dengan kaos hitamnya menunggu seseorang di depan stasiun rel kereta api. Tapi seseorang yang ditunggunya belum juga sampai. Terlambatnya jadwal kereta memang biasa baginya, tapi kalau sampai 2 jam seperti ini namanya sudah sungguh luar biasa.

"sudah di mana si mas? aku sudah di depan stasiun tapi belum ada batang hidung mas. Masih lama apa enggak?"

"dikit lagi dek, tadi jalur rel kereta mas dialihkan karena ada kereta ekspres. Makanya ada keterlambatan jadwal."

"oh begitu, adek tunggu di parkiran ya, nanti Mas kesini aja."

Lalu laki-laki itu mematikan sambungan teleponnya sambil melihat sekitar. Dan pandangannya jatuh pada ibu-ibu yang sedang memungut tas kecilnya di jalan.

Niatnya mau membantu, tapi pikirnya tanggung tinggal sedikit lagi dia sampai parkiran, lalu truk dengan cukup besar melintas dengan cepat di depannya dan kini sudah sangat terlambat untuk membantunya.

Lalu pandangan terakhir yang dia lihat adalah ibu tersebut sudah berlumur darah dan mengulurkan tangannya seperti sedang meminta tolong kepada dirinya. Disusul gelap dan sunyi. Laki-laki itu pingsan.

___

2 tahun berjalan.

"Anda mengalami generalized anxiety disorder atau lebih singkatnya GAD. Di mana seseorang penderita selalu merasa cemas terus menerus tanpa sebab. Konsekuensinya adalah seorang pengidap GAD sulit untuk bisa menuntaskan hal yang bahkan sederhana. Ditambah sulit mempercayai orang lain bahkan diri sendiri akibat kecemasannya yang berlebihan"

Never Say ; Vol 0.1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang