Cinta pertama itu sangat menyusahkan, bukan?
Gadis itu baru saja mencoretkan kata-kata di atas lembaran kertas kecil yang sudah mulai usang. Setelah sadar dengan apa yang telah ditulisnya, ia langsung menatap tajam ke arah buku itu, seolah buku tersebut adalah musuh terbesarnya.
"Kenapa?kenapa gue terus-terusan nyimpan Lo buku!?"ucapnya dramatis, sambil mengacak rambut panjang kecoklatannya yang ia biarkan terurai.
Menatap nanar buku itu lalu membuang nafas panjang dengan guratan frustasi di setiap helaannya. Gadis itu memasukan semua buku-buku yang berserakan di atas meja kedalam tasnya, berhenti merutuki kebodohannya sendiri, ia memilih pergi meninggalkan tempat yang dipenuhi rak-rak buku itu.
"Oris!" panggil seseorang saat Stella keluar dari perpustakaan. Stella yang merasa namanya dipanggil, segera menoleh mencari sumber suara itu. Ternyata, suara itu berasal dari seorang wanita dengan pashmina berwarna krem yang menutupi kepalanya.
"Gue cariin dari tadi, gue pikir lo udah pulang duluan, " omel wanita berpashmina itu.
"Kenapa? Lo rindu ama gue, ci? " kekeh Stella. Yang mendapat tatapan jijik dari gadis di depannya.
"Cihh, apaan! Gue nyariin lo karena anak-anak pada nanyain, buat mastiin lo ikut kita gak besok buat seminar?"
"Ya ikutlah, mayan tuh kotak nasi sama sertifikatnya, yakali gue gak ikut," jawab Stella dengan bangga.
"Eleh, otak lu cuma makan mulu, yang dicari tuh ilmunya, Stella," cibir Cici.
"Lo gak usah makan nasinya besok ya kalau gitu! "
"Apaan! gak gitu juga kali konsepnya! "
"btw gue asli belum liat bannernya tu seminar, ci, cuma tau aja dari ajakan anak-anak," lirih Stella. Gadis itu tidak bohong, ia sama sekali belum melihat banner seminar itu, karena kesibukannya beberapa hari ini, dan juga ia sangat malas membuka chat grub obrolan jurusannya, karena akan menyita waktu membaca 1000+ lebih chat yang masuk kurang dari 5 menit saja.
Rasanya ia ingin keluar dari grub chat itu, tapi apalah daya grub itu juga kadang berguna untuknya.
"Lo gak liat grub, ya?"
"Malas gue, tu orang di grub pake 10 jari apa ya, 5 menit aja udah 1000 chat yang masuk, hape gue yang udah kentang ini gak lama lagi meledak nih"
"Buset dah, pokoknya yang ngisi seminar tuh CEO ganteng deh, tapi gue lupa namanya"
"CEO ganteng? makin semangat gue buat dateng. Kapan lagi liat yang bening-bening," candanya sambil tertawa kecil.
"Ya ampun, Stella. Fokus sama ilmunya lah, bukan gantengnya."
"Gue multitasking, bisa dua-duanya kok."
"Hahaha, yaudah. Pokoknya siap-siap aja besok. Jangan telat!"
"Tenang, gue bakal standby depan pintu. CEO ganteng, kotak nasi, sama sertifikat, siapa yang nolak?"
Cici menggeleng-gelengkan kepala sambil tertawa, "Dasar lo."
"Eh tapi serius, kalau CEO-nya beneran ganteng, gue bakal selfie duluan deh."
"Selfie boleh, asal jangan malu-maluin aja."
"Deal. Siap-siap lo jadi juru foto gue besok!"
"Deal!"
•••
"Huh!capek banget!" desah Stella sambil merentangkan tangannya. Ia baru saja selesai mengerjakan tugas kuliahnya. Beranjak dari meja belajarnya, gadis itu lantas menghempaskan tubuhnya diatas kasur dengan sprei bermotif We Bear Bears itu.
Suara notif dari benda pipih yang tergeletak di sampingnya sedikit mengganggu aktivitas rebahannya. Ia pun meraih ponselnya, notif yang masuk berhasil membuat gadis itu melototkan mata kaget, Stella yang awalnya rebahan kini mengubah posisinya menjadi duduk.
"Loh kok bisa tau instagram gue? kan gue gak follow cuma biasa stalking aja!" ungkap gadis itu ada sedikit rasa bingung dan tidak percaya, tetapi disisi lain dia juga senang.
Masih tercengang, Stella membuka aplikasi Instagram dan melihat notifikasi tersebut dengan lebih teliti. Memang benar, itu akun yang biasa ia stalking, itu adalah akun mantannya yang sangat Stella benci tapi dalam-dalam masih ada perasaan cinta yang tersisa.
Meskipun feed Instagram pria itu tidak banyak berisi foto, Stella tetap rajin mengeceknya setiap hari
"Hah, serius nih? Apa gue mimpi?" Stella mengusap matanya dan memeriksa lagi. Nama akun dan foto profilnya jelas-jelas milik orang itu.
Stella duduk termangu, merenung sejenak. "Eh, tapi tunggu, kalau dia follow gue... dia juga pernah stalking akun gue dong?" Pikirannya mulai melayang, membayangkan kemungkinan-kemungkinan itu. Sedikit demi sedikit, wajahnya mulai tersipu.
"Astaga, jangan-jangan... Dia juga... Aduh, Stella, jangan mikir macam-macam," gumamnya sendiri sambil tersenyum-senyum gugup.
Stella kembali fokus pada akun instagram yang membuatnya heboh malam begini.
Tidak dipungkiri ia memang penasaran dan ada secuil harapan bisa bertemu kembali, tapi rasa benci, dendam,dan kecewa lebih mengisi relung hatinya daripada rasa rindu itu. Kembali tersadarkan akan kehidupan nyata yang sudah ia jalani selama ini, Stella meletakan ponselnya di atas nakas samping tempat tidurnya.
Kembali ke posisi rebahan, Stella memilih untuk tidur dengan hati yang campur aduk. Walaupun rasanya gado-gado campur aduk, biar bagaimana pun ia senang malam ini.
•••
Hai!!!
Akhirnya setelah lama un publish, cerita ini aku re publish lagi walau banyak pertimbangan dan keraguan 🥲🤏
Yang awalnya Judulnya "4 Season", menjadi " Taste Of Macaroni", semoga dengan judul baru revisi cahapter yang baru membawa berkah hahaha amiin.
Aku harap kalian juga suka sama revisi baru cerita ini ya.
Jangan lupa tap bintang di bawah untuk support cerita aku ya sayangku semua😙❤🔥. Kalau ada masukan bisa banget tulis di kolom komentar.
Selamat membaca semuanya ✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Taste Of Macaroni
RomanceSeperti rasa makaroni yang asin, pedas, dan gurih, seperti itu pula pertemuan kembali Stella dan Bima. Bertemu Stella seperti rasa pedis makaroni yang membuat Bima penasaran, dengan keinginan yang kuat meskipun dihadapkan pada sesuatu yang menyakit...