Kringg...
Bel pulang sekolah pun tiba semua murid SMA Garuda pun bergegas keluar gerbang.
Qilla pun menunggu supirnya di depan gerbang,sudah setengah jam berlallu dia berdiri di depan gerbang namun supir nya tak kunjung datang dan akhirnya dia memutuskan untuk berjalan.
Namun di tengah perjalanan Qilla pun bertemu 2 preman
"Yaallah jauhkan lah Qilla yang cantik,imut dan lucu ini dari orang ini Qilla takut" ucap Qilla dengan tubuh gemetar
"Adek ikut abang yu!!" ucap preman berambut gondrong
"Cantik banget si dek" ucap preman tanpa rambut alias botak
"Gosah deket-deket gue lo semua!!" ucap Qilla menjauh
"Emang kenapa kalau abang deket-deket adek yang manis ini?"
"Jangan coba deket-deket gue atau ngga ..."
"Kalau ngga apa?" ucap preman itu yang semakin mendekati Qilla
Qilla pun tak bisa apa-apa lagi dia hanya bisa tertunduk lemas dan menangis ketakutan.
Bugh bugh bughh!!!
Pukulan-pukulan itu berhasil membuat 2 preman itu terjatuh lalu segera meninggal kan merek berdua.
"Lo gpp?" ucap pria itu mendekati Qilla
Qilla pun membuka mata nya dan melihat sesosok pria dihadapan nya itu ,dia masih takut dengan kejadian tadi
"Vanoo?" ucap Qilla dengan
Qilla pun langsung memeluk pria itu.
Vano sontak kaget namun vano tak melepas pelukan itu entah kenapa dia merasa kalau pelukan Qilla itu membuat nya nyaman."Lo sekarang aman,dan gue akan anter lo balik"Vano pun membalas pelukan Qilla dan membantu nya berdiri.
Di sepanjang jalan mereka berdua pun tidak ada yang memulai percakapan .Qilla pun masih mengingat kejadian yang tadi ia alami dan Vano fokus menyetir motor nya
"Rumah lo belah mana?"ucap Vano memulai percakapan
Namun tak ada jawaban
"Woii rumah lo dimana?"
"Eh apa eh iya?"
"Lo ngelamun?rumah lo dimana?"
" Oh itu nanti ada taman belok kanan"
"Makasih yah lo udah nolongin gue"ucap Qilla dengan senyum tulus.
"Ya" balas Vano dengan datar
"Mampir dulu yu ke rumah gue" ajak Qilla dan Vano hanya mengangguk entah kenapa dia tidak bisa menolak tawaran gadis di depan nya ini.
"Assalamualaikum nek" ucap Qilla seolah tidak terjadi apa-apa
"Waalaikumussalam sayang,eh ini siapa" ucap nenek Qilla sambil tersenyum ke arah Vano
"Ini nek kenalin temen aku namanya Vano,dia kakak kelas aku" ucap Qilla dan Vano langsung menyalami nenek nya Qilla
"Hayu sini masuk nak Vano " ucao nenek mempersilahkan Vano masuk dan Vano hanya mengangguk setuju
"Kamu beneran teman nya Qilla?"
"Iya tan saya teman nya Qilla"ucap Vano dengan senyuman.
"Jangan panggil tante ah,panggil nenek aja udah ga pantes di panggil tante nenek kan udah tua"
"Tant eh nenek masih keliatan muda kok"
"Ah kamu ini bisa aja,oiyah nenek boleh minta tolong?"
" Apa nek?"
"Tolong jagain Qilla ya,dia udah ga punya siapa-siapa lagi sekarang dan nenek juga udah tua sekarang"
"Hehe iya nek pasti,kalau boleh tau emang orang tua nya kemana nek?"
"Orang tua nya meninggal 4 tahun yang lalu"
⭐⭐⭐
Di sebuah kamar bernuansa hitam dengan hiasan bintang-bintang di atasnya seakan langsung menembus ke langit tanpa ada atap diatasnya.
"Nama cewek itu ko mirip ya kayak dia,apa dia itu..,eh ga mungkin Qilla kan udah ga ada,tapi kenapa ga asing ya dan kenapa juga harus ketemu dia terus pedahal dunia ini luas,kenapa harus dia si cewek nyebelin,tapi kenapa gue merasa nyaman ya pas tuh cewek meluk gue,rasanya sama kayak dia dan gue ngerasa nyaman kalau deket tu cewek sama banget kayak yang gue rasain kalau deket aqilla!!" Ucap nya dalam hati
"Qill kamu apa kabar? Aku kangen sama kamu Qill.Kenapa kamu ninggalim aku,kenapa kamu ga ajak aku sih? Ucap vano sambil melihat foto nya bersama Qilla
"Qill andaii aku bisa melihat mu secara langsung pasti kau sangat cantik,kenapa takdir begitu kejam kepadaku?jika boleh memilih aku mending ga pernah bisa lihat deh daripada aku harus kehilangan kamu".
"Qill tunggu aku disana yah"
Dan kemudian Vano pun terlelap dalam tidur nya
KAMU SEDANG MEMBACA
God's secret
Teen Fiction"Tuhan ku tau berharap pada manusia adalah cara paling sederhana untuk menyakiti diriku sendiri,tapi tuhan mengapa aku sangat terlena dengan kata berharap?padahal,harapan-harapan itu lah yang hampir menghancurkan ku. Disaat perlahan ku belajar mener...