WAFI DEON DANADYAKSA
I hate my life
so much.
why?
Perceraian orang tua. Apa lagi yang lebih buruk itu?
Karena itu artinya gue akan jadi anak broken home yang identik dengan masa depan suram karena kurang kasih sayang orangtua. Bayang-bayang tentang hidup gue yang berantakan berseliweran di kepala gue, mungkin dimasa depan gue akan nggak lulus ujian, terus gue bakal jadi pengangguran, lalu mabuk-mabukan, judi, dianggap sampah masyarakat, stress, lalu mati tanpa seorangpun ikut melayat.
Oke itu kejauhan. Tapi sungguh, gue nggak tahu apa jadinya hidup gue tanpa papa karena sekarang gue cuma hidup bareng mama dan adek gue. Berpisah dengan papa itu artinya gue harus berpisah dengan kemewahan dunia, nggak ada lagi rumah mewah, kasur empuk, makanan enak, pelayanan dari puluhan pembantu, deretan mobil mewah, pakaian bermerek, dompet yang selalu tebal dan berbagai kemewahan hidup lainnya. Sebagai gantinya, gue, mama dan adek gue harus pindah ke rumah almarhum nenek yang udah reyot dan tua tapi punya dua lantai dan banyak kamar. Kasur empuk? ada lah, tapi juga nggak selembut dan senyaman kasur lama gue yang ada di rumah papa. Tempe dan tahu selalu jadi lauk pertama yang ada di meja makan, padahal dulunya gue bahkan nggak pernah makan dua makanan itu karena duwit papa terlalu sayang kalau hanya dibiarin teronggok didalam dompet. Boro-boro mobil mewah, sekarang gue harus terpaksa bersyukur masih ada motor matik tua yang nggak sengaja gue temuin di garasi rumah nenek dan masih bisa nyala.
Namun kabar baiknya, gue nggak akan lagi mendengarkan teriakan-teriakan beserta lemparan barang pecah belah, gue nggak akan lagi menyaksikan aksi kdrt yang dilakukan papa ke mama dengan kejam, gue nggak akan lagi mendengarkan mama yang menangis diam-diam di dalam kamar dan pada akhirnya mama bisa hidup tenang sekarang. Meski nggak sepenuhnya tenang karena mama masih harus menghidupi dua orang anak laki-laki, gue dan adek gue.
Yah, meskipun gue nggak suka, gue nggak bisa egois. Selama mama bahagia, gue akan tetap berusaha menerima kehidupan gue yang sekarang.
Namun nasib berkata lain, baru dua minggu kita berpisah dari papa, keadaan sudah semakin memburuk saja, mama dipecat dari pekerjaannya dengan alasan yang gue nggak tahu apa. Karena hal itu gue dan adek gue terpaksa pindah ke sekolah yang lebih murah dan dekat dari rumah. Jatah makan mulai berkurang, yang awalnya masih bisa tiga kali sehari sekarang hanya dua kali.
Tiba-tiba aja hape gue berdenting.
Sayang: Waf, aku mau putus! makasih atas semuanya yang pernah kamu berikan ke aku dulu! kamu terlalu baik buat aku, aku nggak mau nyusahin kamu lagi. Maaf udah ngecewain kamu, sekarang aku udah sama Riko yang ayahnya pemilik bank itu jadi kamu nggak perlu khawatirin aku lagi. Bye.
Shit! gue melempar ponsel, pacar gue sendiri pun nggak sudi punya pacar kayak gue, karena gue missqueen.
"ANJING BODO AMAT! MATI AJA LO SONO DASAR CEWEK MATRE CIH!!" teriak gue tepat di depan hape seolah-olah gue lagi bertatap muka dengan dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
All the Good Things are Gone
Teen FictionKarena keterbatasan ekonomi, Wafi dan keluarganya harus terpaksa membuka tempat kost-kostan di rumah mereka. Namun sayangnya, hanya ada satu orang yang mau ngekost di sana, dan sayangnya lagi dia adalah cewek paling bermasalah yang pada akhirnya jug...