Gue menendang batuan kerikil yang gue lihat saat jalan, gabut banget yak, ngelihat batu kerikil aja bikin gue kesel.Sekarang pukul tujuh malam, gue belom mandi dan gue laper banget. Kalau saja bukan karena perut gue yang keroncongan, gue pasti masih ngelamun di depan klinik dokter gigi. Enak aja duduk disitu, adem, bersih, ada wifi, dan dokter giginya baik banget ngebolehin gue duduk berlama-lama di depan kliniknya. Buat narik pelanggan kali ya, kan muka gue lumayan tuh.
Rasanya berat banget ketika gue harus balik ke rumah, karena itu artinya gue harus kembali ke realita hidup gue yang sepi dan nggak punya apa-apa. Gue bahkan mulai berprasangka buruk. Jangan-jangan listriknya belum dibayar lagi, auto rumah gue jadi rumah hantu beneran nanti. Terus kita bertiga kelaperan karena makanan juga abis.
Gue akhirnya sampai rumah sepuluh menit kemudian, gue bersyukur rumah gue lampunya masih nyala. Gue pun langsung beranjak ke belakang buat meriksa makanan dan ketika sampai, gue tertegun. Ada sesosok perempuan yang duduk manis di meja makan. Dia lumayan cantik, kurang lebih kayak Natasya Wilona tapi lebih cantik, entahlah, gue pikir dia itu artis televisi yang pengen jadiin rumah gue tempat syuting film horor atau mungkin dia youtuber yang mau bikin konten horor.
"Lo Wafi kan?"
Gue masih terdiam di pintu kala dia manggil gue dengan ekspresi senang diwajahnya. Sambil mengerutkan kening, gue berpikir. Rasanya gue seperti familiar dengan sosok di depan gue ini. Dan mata gue melebar kala ingatan masa lalu tiba-tiba aja berputar di otak gue. Dia bukan artis apalagi seorang youtuber tapi cewek aneh yang pernah nggak sengaja gue tolong karena dikejar preman. Sumpah, gue nggak berharap ketemu dia dalam kondisi seperti ini.
Gue inget, mungkin kejadiannya sekitar sebulan yang lalu. Saat itu dia lari tunggang langgang dan tanpa permisi langsung masuk ke dalam mobil gue yang lagi terparkir di pinggir jalan.
Gue kaget karena tiba-tiba aja ada cewek aneh main masuk aja ke mobil gue sambil teriak dengan wajah panik "Plis jalanin mobil lo sekarang!! GUE DIKEJAR ORANG GILA!!"
Gue masih bergeming, "Lo siapa anjir? ngapain lo masuk mobil gue?"
"Entaran aja deh kenalannya, sekarang lagi emergency nih! buruan nyalain mobil lo sebelum mereka ke sini!!"
"Apaan si lu nggak jelas! mending lu keluar dari mobil gue sekarang!!"
Saat itu gue jelas menolak karena bisa aja kan cewek itu ternyata buronan yang lagi di kejar-kejar polisi, bisa-bisa gue ikutan dijafikan tersangka kalau nolongin dia. Namun, perkiraan gue salah saat ada beberapa preman dengan tato memenuhi tubuh dan muka sangar datang menyerbu mobil gue sambil memukul-mukul kaca mobil tak sabaran. Saat itu barulah gue percaya kalau cewek ini bener-bener butuh bantuan.
"KELUAR LO CEWEK GILA!!" umpatnya.
Gue jadi ikut panik, lantas gue menoleh ke cewek itu meminta penjelasan. Namun malah dibalas olehnya dengan tatapan memohon. Kasihan juga, kalau gue nggak nolongin dia bisa-bisa dia tewas diterkam preman-preman buas itu. Jadi gue langsung melajukan mobil gue, mengabaikan perasaan jengkel yang memenuhi dada, Sembari merutuki diri nggak seharusnya gue terlibat dengan masalah cewek ini.
Preman-preman itu pun tertinggal di belakang, dengan bangga cewek itu malah membuka kaca mobil dan mengacungkan jari tengah ke mereka sambil tertawa mengejek. Bener-bener nggak ada takut-takutnya nih cewek.
"Thanks udah nolongin gue, nama lo siapa?" tanyanya saat dia selesai dengan aksi gilanya mengejek para preman.
Gue enggan menjawab, bukannya gue budeg, tapi melihat kelakuan bar-barnya, penampilan urakannya, dan cara dia ngomong, gue langsung memutuskan secara sepihak kalau gue nggak mau kenal sama dia. Bukan apa-apa, gue orangnya pilih-pilih kalau temenan.
"Lo nggak budeg kan-"
"Lo mau turun dimana?"
"Gue nggak mau turun kalau belum tahu nama lo, karena lo udah nolongin gue, gue harus tahu nama lo biar gue bisa bales lo nanti saat kita ketemu lagi."
Gue menoleh ke arahnya. Tatapannya tulus seperti anak kecil yang baru saja dapat permen. Gue baru sadar kalau ada luka goresan yang masih mengeluarkan darah di telapak tangannya. Apa cewek itu baru saja bertarung dengan preman-preman tadi, di wajahnya juga terlihat ada memar.
"Gak perlu, Mau gue turunin di rumah sakit? kayaknya lo lagi nggak dalam keadaan yang baik."
"Nggak perlu, gue cuma butuh nama lo-"
"Turun!"
Gue nggak tahu kenapa saat itu gue beneran nurunin dia di rumah sakit, bahkan ikut mengantarnya mengobati lukanya. Padahal gue sadar, keterlibatan gue dengan masalahnya udah terlalu jauh.
"Finally I found you, dunia sempit banget yak."
Gue mengerjap, ucapannya menarik gue kembali ke dunia nyata. Dia tersenyum lebar. Otak gue penuh dengan tanda tanya dan spekulasi. Gue bahkan belum sempat tahu namanya, gue pikir dia sama dengan orang asing yang hanya sekali datang lalu menghilang.
Lantas, Apakah ini kebetulan?
"ngapain lo disini?"
○●○●○
KAMU SEDANG MEMBACA
All the Good Things are Gone
Teen FictionKarena keterbatasan ekonomi, Wafi dan keluarganya harus terpaksa membuka tempat kost-kostan di rumah mereka. Namun sayangnya, hanya ada satu orang yang mau ngekost di sana, dan sayangnya lagi dia adalah cewek paling bermasalah yang pada akhirnya jug...