6] Kecewa

1.5K 65 34
                                    

Aurora memasuki halaman rumahnya sembari menenteng highhils. Penamilan nya kacau meskipun gadis itu sudah berkali-kali membenahi.

Jam sudah menunjukan pukul 12 malam. Dan Aurora baru saja menapaki lantai rumah mewahnya, itu karena tanpa sadar Aurora tertidur dikursi taman karena efek menangis.

Saat memasuki rumahnya, gelap menyambut kedatangannya. Tidak ada cahaya layaknya mati lampu. Aurora berpikir positif meskipun perasaannya bertolak belakang. Karel sudah pulang karena mobilnya sudah terpakir digarasi, acara sudah selesai.

Alangkah terkejutnya Aurora ketika lampu menyala tiba-tiba dan Karel berdiri dengan rahang mengetat dianak tangga.

"Pa..pa"

Tak cukup sampai disitu keterkejutan Aurora, bola matanya hampir keluar tatkala Karel menunjukan benda pipih persegipanjang kecil yang menunjukan dua garis merah.

"Jelaskan apa yang ingin kamu jelaskan" ucap Karel datar tanpa ekspresi.

Kulit Aurora pucat pasi, jantungnya bertalu kencang. Mulutnya terbuka ingin mengatakan sesuatu, tapi apa? apa yang ingin dia jelaskan? semua sudah cukup jelas.

Aurora menunduk "Maafin Aurora, Pa. Aurora udah kecewain Papa"

Aurora tidak menyangka semua terbongkar secepat ini, bahkan sebelum dia menyiapkan diri.

"Jingga Aurora" mata Karel menajam.

Aurora menelan salivanya saat sepasang sendal kulit lantai menapak satu meter didepannya.

"Katakan benda laknat itu bukan milikmu. Bukan milik puteri Papa yang belum berstatus menikah"

Aurora luruh bersama air matanya dilantai dingin, mendengar kata 'puteri' dan 'papa' meluncur dari mulut Karel membuatnya merasa tertusuk seribu belati.

"Siapa, Ra?" tanya Karel dengan suara seraknya.

Aurora menunduk, tidak berani menatap Papanya.

"KATAKAN SIAPA YANG MENGHAMILI KAMU?!"

Aurora terkejut dengan bentakan Karel, gadis itu kembali menangis dan menutup kedua telingannya, kepalanya menggeleng beberapa kali.

Bugh

Karel menendang tubuh Aurora, gadis itu menjerit ketakutan. Ini pertama kalinya Aurora mendapat kemarahan sebesar ini dari Papanya.

"MAMA TOLONGIN AURORA!" jeritnya memegangi kepala. Karel seperti bukan Papanya saat ini, pria itu membabi buta Aurora.

Bugh

"MAMA!" penglihatan Aurora kabur, sekuat tenaga gadis itu menahan pening. Pita suaranya seakan mau putus karena teriakannya. Belum lagi sekujur tubuhnya seolah akan remuk.

"Perempuan rendahan seperti kamu tidak seharusnya lahir dari rahim Lisayana. Tidak berguna!"

"Sa–kit, Pa"

"Katakan siapa ayah dari anak yang kamu kandung?!"

"Rafael..Rafael Melano, Pa"

THE BADBOY IS MY POSSESIVE HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang