3. Crazy Little Things In Relationship

2 0 0
                                    

          Malam itu, ketika kami –lebih tepatnya dia, setuju untuk pacaran, aku menawarinya hal lain, selain hanya memberinya semangat-semangat kecil setiap pagi. Tentu saja, mana mungkin ia mau menukar waktunya untuk mendengar keluhan-keluhanku hanya untuk ucapan selamat pagi setiap hari. Jadi aku menawarinya hal lain. Aku berkata bahwa aku bahkan akan menemaninya belajar dan membantu mengerjakan tugas juga.

           Tapi, kurasa Ezra bukan tipe orang yang akan menyuruh orang lain mengerjakan tugasnya. Dia tipe orang yang disiplin, yang akan mengerjakan tugasnya sendiri, karena itu dia terkadang hanya minta untuk ditemani ketika mengerjakan tugas. Tapi, dia tidak pernah memberitahuku tugas yang sedang ia kerjakan.

            Meskipun ketika aku menemaninya, tetap akan berakhir dengan aku menceritakan masalah hidupku juga. Pada akhirnya dia tidak sepenuhnya terbantu. Aku sendiri heran, kenapa masalah hidupku rasanya tidak habis-habis meski sudah sering kucurhatkan padanya.

            "Udah jam 5 pagi, kamu masih ngerjain lagu itu, Ezra?"

            Sekarang aku tengah menemaninya mengerjakan tugas. Ezra yang meminta, meskipun cara dia meminta agak sedikit dingin. Ia hanya berkata, "aku butuh teman", dan berharapaku akan paham apa maksudnya. Untung saja aku paham dan akhirnya menemaninya dari jam 2 pagi sampai sekarang.

             "Enggak."

             Aku mengernyit, "Terus sekarang kamu ngapain?"

              "Rebahan di tempat tidur."

              "IH! Kok enggak bilang, sih! Udah dari tadi?"

               "Sejak 1 jam yang lalu."

               Aku memejamkan mata menahan amarah. Tahu begitu aku tidak usah memperpanjang ceritaku dan bisa tidur dari tadi. Otot mataku rasanya berdenyut-denyut, dan sudah pasti kantong mataku akan semakin tebal setelah ini. Kurang ajar!

           "Yaudah, deh, aku mau tidur! Udah ngantuk banget!" ucapku.

           "Iya, aku juga ngantuk," balasnya enteng.


           Enak ya, lo! Dari tadi gue yang capek cerita kemana-mana!

          Sebelum aku mematikan panggilan, Ezra berkata sesuatu, "Tidur nyenyak! Terimakasih ya!" Kemudian panggilan diputus begitu saja.

           Aku sedikit tertegun. Meskipun hanya sekedar 'tidur nyenyak!', tapi efeknya terasa berbeda. Bukan karena aku suka dengan dia, tapi mungkin karena aku sudah terlalu lama tidak diberi ucapan sederhana seperti itu. Jadi ucapan kecil begitu mampu menumbuhkan tunas di dalam hatiku yang selama ini layu. Kecil, tapi ternyata berkesan.

***

             Setelah berpikir berkali-kali, aku akhirnya setuju untuk bergabung kembali dalam dunia perlombaan. Mungkin aku akan merasa tertekan karena dunia yang begitu kompetitif, tapi sepertinya aku akan merasa semakin tertekan lagi ketika melihat orang lain berkompetisi sedangkan aku hanya diam saja disini. Pada akhirnya, kompetisi ini adalah hal yang tidak bisa kuhindari bahkan jika harus menghadapi kerasnya latihan setiap hari.

             Seperti hari ini contohnya, aku kena marah habis-habisan karena salah satu bagian debatku ada yang kontradiksi dengan timku sendiri. Aku tahu kalau hal itu memang tidak boleh terjadi, tetapi makian dan tekanan yang diberikan sedikit membuatku takut.

           Namun untungnya, aku memiliki seseorang yang bisa kuajak berbagi cerita. Tidak seperti sebelumnya yang mana aku hanya memendam semuanya sendirian, karena aku kira aku kuat. Tapi aku malah jatuh sendirian ke dalam jurang depresi yang begitu mengerikkan. Sekarang aku bisa membagi rasa takut bercampur sedih ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A LOVE STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang