Nih, part-nya aku panjangin.
Tau kan gimana cara balas budinya?
Wkwk:)•••
Raskal menatap jam pada pergelangan tangan kirinya. Sepuluh menit lagi jam kerja usai, itu membuat Raskal menghembuskan nafas lega karena pekerjaannya sudah selesai dan artinya ia bisa pulang lebih awal.
Laptop yang menyala Raskal matikan, lembaran kertas yang berserakan di meja juga Raskal rapikan. Laki-laki itu berkemas sambil bibirnya mengerucut membunyikan siulan asal.
Selesai merapikan meja kerjanya saat itu juga jarum jam berhenti pada pukul 16.00 WIB, Raskal dengan segera menyambar jasnya yang diletakkan pada sandaran kursi, memakainya lalu berjalan keluar ruangan.
Di sepanjang jalan menuju keluar kantor Raskal seringkali berpapasan dengan para karyawan yang menyapanya sopan dan tentunya dibalas juga oleh Raskal meskipun hanya sebuah anggukan singkat.
"Sore Pak."
"Sore Pak."Raskal terus berjalan dengan sesekali mengangguk singkat. Badan tegapnya yang dibalut Stuart Hughes Diamond berwarna hitam yang semakin menambah kharisma seorang Raskal. Wajahnya yang minim ekspresi dengan pembawaannya yang tegas membuat siapa pun merasa segan jika berdekatan dengannya.
Kalau kata karyawan kantor, Raskal ini galak dan menakutkan.
Di depan lobby, Pak Mono sudah stand by berdiri di dekat pintu penumpang dan membukanya ketika Raskal mulai berjalan mendekat.
"Terima kasih Pak," ucap Raskal lalu duduk di kursi belakang. Ia mengeluarkan ponsel dan mengirim pesan kepada Thalita bahwa dirinya sedang dalam perjalanan pulang. Pesan terkirim, tapi Thalita tidak kunjung membacanya, sedikit heran karena biasanya perempuan itu selalu fast respon.
Sambil menunggu balasan Thalita, Raskal menyandarkan tubuhnya pada sandaran jok dan menatap ke arah luar. Dinginnya AC yang menerpa kulit wajah membuat ia tanpa sadar memejamkan mata dan tertidur.
•••
Di lain tempat. Thalita berdiri dengan badan membungkuk sedang berusaha memuntahkan sesuatu dari dalam perutnya seperti biasa. Hampir sepuluh menit ia berdiri di depan wastafel dengan tangannya yang berpegangan pada pinggiran wastafel untuk menyangga tubuh yang mulai lemas.
Rasanya Thalita ingin menangis ketika mulutnya tidak bisa mengeluarkan apapun kecuali lendir bening dan --- perutnya bertambah sakit akibat terlalu lama menunduk. Sedari siang tadi perutnya masih merasakan sakit tapi Thalita tidak melakukan apapun kecuali rebahan di tempat tidur.
Samar-samar Thalita mendengar suara orang yang mengucapkan salam, itu adalah suara Raskal. Thalita menatap pantulan wajahnya di cermin, pucat sekali. Dengan segera ia membasuhnya supaya terlihat sedikit lebih segar.
Di luar, Raskal membuka pintu kamar. Keningnya mengerut begitu tidak mendapati Thalita di dalam kamar, sampai suara gemericik air dari dalam kamar mandi membuatnya melunak dan paham jika Thalita berada di dalam sana.
"TA?" Panggil Raskal dengan suara keras.
Raskal duduk di sofa yang letaknya di pojokan kamar. Ia melepas sepatu juga kaos kaki, jas dan yang terakhir kemeja hitam hingga menyisakan kaos press body berwarna putih juga celana bahan yang di kenakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
R E A L I T A [ TERBIT ]
Teen Fiction🔺Terbit di penerbit naratama 🔺Masih bisa di order ••• Menikah adalah kebahagiaan. Jika dibayangkan mungkin seperti bunga-bunga yang senantiasa bermekaran di taman. "Setelah menikah hidup kita akan jauh lebih sempurna," kira-kira itulah kata-kata...