02; Kepekaan Seorang Nagara

1.1K 152 14
                                    

Sehun melirik sedikit dari spion pada jok belakang mobilnya. Dimana ketiga anaknya sedang duduk dengan posisi Lami berada ditengah.

"Kemarin Bunda cerita ke Ayah, Nana buat masalah lagi di sekolah. Apa bener?"

Jaemin yang hendak menarik ujung rambut Lami terinterupsi. Menatap jok yang Sehun tempati dimana Ayahnya itu tengah fokus menyetir.

"Masalah kecil kok Ayah" balas Jaemin santai, tak lama setelahnya terdengar desisan dari si adik.

"Masalah kecil aja terus setiap hari. Lo nggak capek apa buat masalah tiap hari?, badboy dengan muka pas-pas an kayak lo itu nggak cocok, sumpah deh"

Jaemin membelalak, tanpa berpikir panjang melanjutkan niatan yang sempat terjeda tadi, yakni menarik ujung rambut sang adik dengan cukup keras.

"Awh! Sakit!"

Tidak peduli dengan ringisan Lami, Jaemin menegapkan tubuh, menatap lurus ke depan tak lupa dengan tangan yang melipat dada.

"Masalahnya cuma mecahin kaca kelas doang Yah kayak biasanya, tenang aja Nana bakal ganti pake uang tabungan Nana kok"

Sehun melirik sekali lagi pada anak tengahnya itu. Kemudian, menggelengkan kepalanya.

Selalu seperti ini, Jaemin yang santai setiap kali membuat masalah. Entah, memecahkan kaca sekolah, atau menempeli permen karet di kursi guru. Di raut mukanya, sedikitpun tidak ada rasa bersalah atau malu. Dan juga tidak ada rasa kapok untuk tidak mengulangi, walaupun kerap dihujani omelan dan nasehat baik darinya maupun Jisoo.

Sehun memutar setir mobil, kemudian menghentikan laju mobil tatkala sampai tepat didepan bangunan besar. Tak lain dan tak bukan adalah sumber ilmu bagi ketiga anaknya, yakni SMP dan SMA Tunas Bangsa.

"Nana, Ayah bebasin kamu ngelakuin apapun bukan berarti untuk buat masalah sesukanya. Sekali dua kali, Ayah masih mentolerir, tapi kamu?. Bahkan sehari aja enggak bisa untuk enggak buat masalah. Ayah kasihan sama Bunda yang tiap hari harus ngomel ini itu cuma buat nyadarin anak paling nakalnya biar bisa sedikit aja ngurangin kenakalannya. Emangnya, kamu nggak kasihan?, Bunda capek, harus masak tiap hari, nyuci baju, bahkan bersihin satu rumah, tapi masa kamu tega nambah beban lagi buat Bunda?." Sehun menjeda sejenak untuk melepas sabuk pengaman yang melingkar pada tubuhnya, lalu membalikkan badan guna bertatap langsung dengan putranya.

"Untuk hari ini dan seminggu selanjutnya, jangan buat masalah dulu bisa kan?. Oke, setelah itu terserah Nana mau buat masalah lagi atau enggak, tapi kalau bisa jangan sering-sering, ya setidaknya jangan sampe buat Bunda pusing, gimana?" lanjutnya Sehun dengan alis terangkat.

Tidak perlu menunggu lama, Sehun sudah mendapatkan jawaban langsung dari Jaemin.

Jaemin mengangguk, "Gampang itu mah. Nana'kan jadi badboy biar makin dikenal banyak cewek aja Yah, biar keliatan makin keren gitu loh" balasnya memajukan tubuh, setelah itu mengulurkan tangan guna meminta salam pada Sehun.

Sehun menerimanya dengan ikut mengulurkan tangannya. Segera Jaemin cium tangan sang Ayah, lalu berpamitan keluar untuk menimba ilmu.

Sontak hal itu diikuti pula oleh kedua saudaranya--Jeno dan Lami.

"Jadi anak baik disekolah ya abang, adek"

Jeno dan Lami mengangguk kompak, "Adek kan bukan kayak Nana yang dikit-dikit masuk ruang BK" sindir Lami tepat saat Jaemin membuka pintu mobil.

"Ruang BK tuh adem asal lo tau, enak nyaman kalau dibuat tidur"

"Lo kalau mau tidur ya dirumah, jangan disekolah. Dimana-mana orang sekolah buat nyari ilmu, bukannya tidur sante-santean di ruang BK"

Angkasa Family | HunSooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang