03; Makan Malam

1.2K 135 31
                                    

Segala hidangan yang Jisoo masak tadi kini telah tersaji rapi diatas meja makan. Baik suami, ketiga anak, maupun dirinya sudah duduk rapi di kursi masing-masing.

Sehun sebagai kepala keluarga berada ditengah antara mereka, dengan Jisoo dan Lami di samping kanan, dan si kembar berada di samping kiri.

Jisoo beranjak mengambil piring untuk Sehun, sebagai istri yang baik memang sewajibnya dia melayani sang suami dengan penuh cita. Diambil nasi sesuai keinginan Sehun, lalu satu per satu lauk-pauk, maupun sayur-mayur yang tersaji.

"Untuk suami tercinta" Jisoo menyodorkan piring yang sudah terisi tersebut pada Sehun yang langsung diterimanya dengan segurat kurva melengkung.

"Terimakasih, istri tercinta" balasnya yang segera mendapat geli dari Jaemin.

"Dih"

Sehun dan Jisoo melirik satu sama lain, lantas kompak mengabaikannya.

"Abang mau Bunda ambilin gak?" Jisoo beralih pada anak sulungnya, dengan alis terangkat meminta jawaban.

Jeno menggeleng sopan, "Enggak Bun, abang bisa ambil sendiri" ucapnya yang kemudian mengambil sepiring nasi dan segala perintilannya seorang diri.

Sungguh mandiri sekali seorang Nagara.

"Kalau adek gimana? ambil sendiri atau Bunda yang ngambilin?"

Jawaban sama yang Jisoo dapatkan, Lami menggeleng tanpa menyahut. Jisoo mengangguk paham. Dua anaknya teramat mandiri.

Jisoo mengambil satu piring lagi, sama seperti awal dia lakukan untuk Sehun, yakni mengambil seporsi nasi dan lauk-sayurnya.

"Kok Nana gak ditanya sih–"

Belum sempat menyelesaikan pertanyaannya, Jisoo lebih dulu menginterupsi dengan menyodorkan piring dengan porsi pas pada Jaemin.

"Tanpa Bunda tanya, Bunda udah tau duluan. Seorang Narandra nggak akan mau mengambil makan malemnya sendiri. Manja"

Selesai melayani suami dan anak-anaknya kini Jisoo mengambil seporsi makanan kembali untuk dirinya. Perutnya sudah terlampau lapar.

"Manja-manja gini banyak yang nge-idolain, Bun" Jaemin menyuapkan sesendok nasi kedalam mulutnya.

Jisoo melirik, ingin membalas namun menunggu tertelannya makanan didalam mulutnya.

"Cowok nggak bener kok di idolain. Bunda heran sama yang suka sama kamu, kok bisa ya?"

"Ya bisa dong Bun, jaman sekarang mah ahlak jarang dipandang, asalkan ganteng puoll. Beuh, udah deh kayak Nana gini, tiap hari pasti ada aja yang nembak. Padahal kodratnya dimana-mana kan cowok yang nembak, cewek yang nerima. Lah ini malah kebalik"

Jisoo mangut-mangut sekenanya. Seorang Narandra terlalu tinggi tingkat kepercayaan dirinya. Entah menurun dari siapa. Seingatnya, baik dirinya maupun Sehun tidak ada yang memiliki kepercayaan diri berlebih seperti itu.

Setiap makan malam, atau sarapan selalu seperti ini. Jisoo dan Jaemin sebagai pembicara yang mengisi kekosongan suasana, dan sisanya sebagai pengamat. Namun, tak jarang Lami atau Sehun ikut menimpali. Hanya Jeno yang benar-benar setia dalam kediamannya.

Nagara terlalu dingin, cuek, dan kaku. Walau kadang menunjukkan sisi manisnya, namun tiga aspek diatas lebih dominan.

"Dek, udah liat kulkas belum?"

Lami menggeleng tanpa melihat ke sisi kanannya, dimana Jisoo berada. Si bungsu terlalu sibuk memisahkan bawang-bawang hasil tumisan ke pinggir piringnya.

Jisoo yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Lami tidak suka dengan bawang dan sejenisnya ada di dalam makanannya. Bungsunya terlalu anti, sampai rela menahan nikmatnya makanan hanya untuk memilahkan bahan makan tersebut ke pinggir piringnya. Seperti yang sedang dilakukan Lami saat ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Angkasa Family | HunSooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang