- Three -

208 26 26
                                    

Suasana di dalam hutan terasa lebih dingin dari sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana di dalam hutan terasa lebih dingin dari sebelumnya. Rasanya udara seperti menusuk persendian tulangku. Beberapa kali kakiku tergores semak berduri yang tumbuh di sekitar dan meninggalkan rasa perih.

Daisy memimpin jalan di depan sana. Kami tidak banyak bicara selama perjalanan. Ia hanya berkomentar tentang Frey yang mengantarku tadi saat ia bertanya dari mana kami bisa bertemu.

“Apa kau yakin ini adalah ide yang bagus?” tanyaku padanya.

Ia semakin jauh masuk ke dalam hutan sementara aku tertinggal di belakang. Entah kenapa ada sesuatu yang terasa aneh di tempat ini dan membuatku cukup cemas serta merinding.

Bagaimana jika kami tidak bisa mengalahkan penyihir itu? Bagaimana jika kami akan ....

Kugelengkan kepala kuat-kuat. Tidak sanggup memikirkan kemungkinan buruk yang mungkin bisa terjadi. Cepat-cepat kukejar Daisy yang telah berjalan semakin jauh dariku. Ia terlihat sangat lincah melangkah di antara lautan pepohonan dan tanah bebatuan lembek.

“Tunggu aku, Daisy!” teriakku.

Aku bisa menangkap bayangan tubuhnya yang menyelinap di antara pepohonan. Kuikuti dirinya cepat-cepat. Namun, tiba-tiba saja Daisy menghilang. Kuputar tubuh, memandang berkeliling sambil meneriakkan namanya. Tidak ada sahutan apapun, yang terdengar hanyalah suara gemerisik pepohonan tertiup angin dan lolongan serigala di kejauhan.

“Daisy!” teriakku lagi. “Kau di mana? Ayolah, kau jangan bercanda!”

Tak ada sahutan apapun. Hawa dingin semakin terasa menusuk kulitku. Kumasukan kedua tangan ke dalam saku jaket sambil terus bersikap waspada.

Sekitar beberapa menit selanjutnya, kurasakan pepohonan di sekitarku tampak membeku. Tanah yang kupijak pun terasa licin. Aku tersentak begitu melihat ke bawah, udara membuat tanah menjadi es. Sempat terlintas di pikiranku untuk melarikan diri saja dari sini. Tapi, aku tidak bisa meninggalkan Daisy. Mungkin saja ia sedang tersesat. Aku harus mencarinya baru setelah itu memutuskan pergi.

Bisa kurasakan asap dingin keluar dari penciuman saat aku mengembuskan napas. Ini benar-benar buruk. Aku yakin penyihir hitam itu kini berada sangat dekat denganku.

Kugenggam liontin batu emerald-ku dengan gugup. Jantungku mencelos waktu melihat ke arah samping kiriku ada sesosok berjubah hitam muncul dari balik pepohonan. Wajahnya tersembunyi dalam tudung jubahnya. Ia berdiri sambil merentangkan tangan, sementara aku hanya bisa mematung seraya memegangi kalungku.

Cahaya hitam keunguan mengelilingi tubuh sosok itu. Aku serta merta mengenalinya. Ia adalah penyihir hitam yang tadi menyerang kami dan membunuh ibuku. Akhirnya, kami berjumpa lagi.

Kuhirup udara sebanyak-banyaknya guna mengisi paru-paruku yang serasa membeku. Penyihir itu sedang berusaha memanggil makhluk sekutunya untuk menyerang.

Serta-merta kulesatkan sihirku padanya. Namun, penyihir itu dengan cepat berkelit. Sihirku mengenai pepohonan di belakangnya. Pohon itu hancur berkeping-keping dalam keadaan terbakar. Si penyihir kemudian membalas seranganku dan untungnya aku berhasil menghindar.

Runaway (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang