Di sudut kafe kota ini, seorang pria duduk dengan buku dan pena di genggamannya. Ia memejamkan mata, memghembuskan napas ketika semilir angin yang begitu lembut menyapa helaian rambutnya yang mulai memanjang.
"Aku merindukanmu," lirihnya.
Benar, kata orang. Cinta pertama tak semua indah. Cinta pertama mengajarkan tentang bahagia dan nestapa.
Seharusnya, dia mengalah. Seharusnya, dia tak berharap dengan perasaannya.
Bahkan, seharusnya dia tak mengenalnya.
Dia yang salah karena diam-diam menyimpan perasaan. Dia yang salah karena dengan bodohnya mengira perasaannya terbalas.
Dia yang salah, ketika hatinya merasa sakit melihat orang yang dicintainya berbahagia. Seharusnya tak begini.
Katakan dia egois. Katakan dia pecundang karena tak berani mengungkapkan perasaan yang sebenarnya ia rasa.
Yang jelas, dia hanya ingin melihat senyumnya. Melihatnya bahagia, tersenyum, bahkan tertawa riang ketika bersamanya. Semua itu sudah lebih dari cukup.
Jadi, biarkan ini menjadi kisahnya. Biarkan ini menjadi luka yang ia tanggung sendirian.
Biarkan ia selamanya sendiri dengan kisah berpelik yang menetap dalam ingatannya.
"Seungwan, salahkan saja aku jika bahkan hingga hari ini, saat hidupmu sudah bahagia bersamanya, perasaanku masih tetap sama. Biarkan aku seperti ini, yang jelas, aku tak akan mengusikmu," tulisnya di buku yang ia bawa.
Do Kyungsoo.
Son Seungwan.
Park Chanyeol.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Another Life.
Short Story"Even in another life, my feelings will remain the same." August, 8th 2020.