In Another Life, You Will Be Mine.

164 23 5
                                    

4 tahun kemudian,

Masih dengan koleksi buku-bukunya yang bertambah seiring tahun berganti, pria itu masih membawa buku puisi di tangannya.

Perbedaannya, yang ada di tangannya kini adalah puisi hasil karyanya sendiri.

Dia membawa tasnya, mengikat dasinya dan merapikan rambutnya.

Kemudian menata hatinya.

Tak banyak yang berubah darinya. Seleranya tentang buku, membawa bekal dan botol minum sendiri setiap bepergian. Dan juga,

Perasaannya.

Metamorfosa Rasa

Di sudut kota dengan cahaya yang hanya berupa remang-remang,
Bayanganmu melukis anganku,
Dinginnya hujan memeluk ragaku yang terpaku akan dirimu,
Kau, tampaknya aku masih merindukanmu.

Kau, dengan kulitmu yang seputih susu, senyummu yang semanis madu.
Melekat dalam ingatanku,
Tampaknya, dunia tak memberi restu padaku.

Seiring detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari,
Ulat menjadi kepompong, hingga bermetamorfosa menjadi kupu-kupu yang indah,
Tapi mereka bukan aku.

Karena rasaku, masih tetap kamu.

Begitu ia menuliskan semua tentang isi hatinya dalam selembar kertas putih.

Semesta, hatinya sudah ikhlas. Hanya saja, perasaannya masih ingin singgah.

***

"Hai, Do Kyungsoo!" sapa Chen berteriak.

"Ya! Kita bahkan bertemu setiap hari kerja," ujar Kyungsoo.

Tentu, mereka satu kampus. Chen tertawa.

"Hati aman?" tanya Chen menggodanya. Kyungsoo mengangguk tak yakin.

"Berencana mengungkapkan?" tanya Chen lagi.

"Haruskah?"

Bahkan setelah 4 tahun, Kyungsoo yang ragu masih sama.

"Ingin menyesal lagi?" tanya Chen. Kyungsoo menggeleng.

"Lagipula, Chanyeol pasti akan mengerti. Ungkapkan, agar tak terasa sesak," ujar Chen tersenyum.

Chen menepuk pundaknya, "Mau minum?"

"Air putih saja," Chen tertawa.

Syukur saja anak sahabatnya itu tidak merengek ikut. Sebenarnya, putri semata wayang Chen sangat cantik dan lucu, tetapi, hanya tidak tepat saatnya ketika Kyungsoo akan gemas saat reuni seperti ini.

Terlebih lagi, dia sendiri. Dan belum bisa melupakan seseorang yang menjadi milik sahabatnya.

"Hai, Kyungsoo."

Sejenak, Kyungsoo mempersiapkan hatinya.

"Hai juga, Seungwan. Apa kabar?" ujarnya tersenyum.

"Aku baik."

"Chanyeol dimana?" bodoh, dia malah mengajukan pertanyaan itu.

"Belum datang, dia harus mengantar kakaknya dulu. Kita tidak berangkat bersama."

Chen menaikkan alisnya, seolah berkata 'ini kesempatan besar'.

"Aku boleh bicara denganmu?"

"Hm? Bicara apa?" tanya Seungwan.

"Bisa kita ke taman saja?" tanya Kyungsoo. Seungwan mengangguk.

Sepanjang berjalan, semuanya mendadak terasa canggung. 4 tahun mereka sudah saling mengenal, bahkan setelah Kyungsoo tahu Seungwan berpacaran dengan Chanyeol. Tidak pernah ada keadaan yang lebih canggung dari saat ini.

Kyungsoo menyerahkan sesuatu, sebuket bunga mawar yang membuat Seungwan terkejut.

"4 tahun yang lalu, Seungwan."

"Hm? Ada apa?"

"Aku hanya ingin mewujudkan rencana yang aku gagal wujudkan sejak 4 tahun yang lalu," ujar Kyungsoo tersenyum.

"Aku, mempunyai perasaan terhadapmu. Sejak 4 tahun yang lalu."

"Iya, aku tahu, kau sudah berpacaran dengan Chanyeol sejak saat itu."

"Di hari dimana kalian mengatakan padaku bahwa kalian berpacaran. Aku membawa bunga mawar juga saat itu."

Seungwan mendongak, menyadari sesuatu.

"Iya, hari itu aku akan menyatakan perasaanku, Seungwan. Tapi sudah terlambat. Seandainya aku mengatakannya pun, kau sudah berpacaran dengan Chanyeol, bukan?"

"Jangan menyalahkan dirimu. Ini bukan salahmu, dan ini bukan salah Chanyeol. Kalau kau ingin menyalahkan keadaan ini. Salahkan saja aku," ujar Kyungsoo tersenyum miris. Seungwan menggeleng.

Hatinya merasa sakit, melihat sahabat yang selama ini menghiburnya, memberi tahunya tentang dunia dan kehidupan, ternyata merasakan suatu sakit hati yang disebabkan olehnya.

"Aku tidak akan mengusik hubungan kalian. Percaya itu. Jalani hubungan kalian sebagaimana sebelum saat ini. Aku hanya mengatakan perasaanku agar aku lega, janji, ya?" Seungwan mengangguk menatap Kyungsoo dengan air mata yang siap menetes.

"Astaga, jangan menangis, ini bukan salahmu," ujar Kyungsoo tertawa.

"Jika boleh, aku ingin memelukmu sekali----"

Belum selesai Kyungsoo mengucapkan perkataannya, Seungwan sudah lebih dahulu maju dan memeluknya erat. Menegaskan seolah ia meminta maaf sebesar-besarnya karena sudah menyakiti hatinya.

"Jangan salahkan dirimu. Ini keputusanku, Seungwan. Aku berjanji, seandainya seumur hidupku rasaku hanya tertuju padamu, aku tak akan pernah mengusik hubunganmu dengan pria yang kau cintai."

"Atau mungkin, nanti, akan ada seseorang yang berhasil meluluhkan hatiku. Entahlah, intinya terima kasih sudah mendengarkan isi hatiku."

Kyungsoo tersenyum, Seungwan memeluk Kyungsoo lagi.

Chanyeol yang mendengar dan menyaksikan semuanya diam-diam, tersenyum. Juga merasa bersalah atas perasaan sahabatnya sendiri itu.

***

Seungwan melepas sepatu yang ia kenakan. Tinggi hak sepatu yang hpir mencapai 6 cm membuat kakinya terasa sakit.

Setelah mencuci wajahnya, dia membuka tasnya untuk mengambil ponsel. Kemudian, teringat kata Chen tadi.

"Seungwan, aku menemukan ini di tas Kyungsoo. Sepertinya dia lupa memberikannya padamu."

Ia membuka surat yang tertutup rapi dengan tulisan tangan Kyungsoo yang selalu terlihat indah itu.

Bahkan, Jika Kita Terlahir Kembali.

Mungkin, di kehidupan selanjutnya, kisah kita akan berbeda,
Bagaimana kepribadian kita, mungkin akan jauh berbeda,
Yang jelas, perasaanku akan tetap sama.

Aku menyayangimu,
Karena itu, akan lebih menyenangkan melihatmu bahagia,
Walau itu bukan dengan aku.

Aku menyayangimu,
Kemarin, esok, bahkan apabila kita terlahir kembali.
Kutegaskan,
Perasaanku akan tetap sama.

Seungwan menutupnya rapat dengan hati-hati. Air mata kembali menggenangi pelupuk matanya yang penuh dengan rasa bersalah.

"Terima kasih, Do Kyungsoo. Terima kasih telah menyayangiku dengan perasaanmu yang tulus itu."

***

END

In Another Life. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang