FIVE

2.2K 339 63
                                    


“Ayo Sas.”

Sasuke menoleh kearah Karin yang datang dengan wajah riang.

“Lama banget sih, ngapain aja?” Sasuke memasukkan ponselnya ke saku celana.

“Yah namanya juga cewek.” Sasuke menggedikkan bahu, dan melangkah beriringan dengan Karin.

“Eh Sas, anterin ke toko buku dong.”

“Pulang ajalah. Udah mau gelap ini.”

“Oke, kalau besok gimana? Anterin ya?"

“Hn.”

Mereka berjalan sampai ke parkiran sekolah. Sasuke naik ke motornya, dan memberikan helm pada Karin, kemudian gadis berkacamata itu ikut naik ke motor Sasuke.

Saat motor yang mereka kendarai melaju di kawasan sepi dengan banyak gang buntu, pandangan Sasuke menyipit kala melihat seorang gadis yang sangat ia kenali sedang dikerumuni oleh siswa dari SMA sebelah, dilihat dari seragam yang mereka kenakan.

Rahangnya mengeras. Lelaki itu pun mempercepat laju motornya, membuat Karin refleks memeluk perut Sasuke karena takut terjatuh.

Sasuke menepikan motornya, ia buru-buru turun dan menyuruh Karin untuk menunggunya sebentar.

Sasuke berlari dengan tangan terkepal kuat saat salah satu dari mereka mulai berani menyentuh Sakura.

BUGH!

BUAKH!

BRAKH!

“BANGSAT! JAN SENTUH PACAR GUA!”

Sasuke menarik kerah seragam Suigetsu. Matanya berkilat marah. Ia memberi beberapa pukulan di wajah dan punggung lelaki bergigi runcing itu.

“Sas-Sasuke?” Juugo bergumam, ia melerai Sasuke yang semakin menyerang bosnya dengan brutal. Yang lain pun hanya diam saja, mereka tau jelas siapa Sasuke, dan berurusan dengan lelaki tampan itu sama saja dengan cari mati.

“KALIAN NGAPAIN DIA TADI?!” Bentak Sasuke, ia menendang tubuh Suigetsu yang sudah tumbang.

“Udah Sas, cukup! Kita minta maaf.” Juugo memegang lengan Sasuke, berusaha mengajaknya untuk berdamai.

“Shhh... Sorry Sas, gua gak tau kalau dia pacar lo. Sumpah!”

“Berani gangguin dia lagi. Gua patahin tangan lo!”

Disisi lain, Sakura tidak menyangka kalau Sasuke ada disini, dan ia bersyukur atas hal itu.

“Pergi kalian!” Sasuke berucap dingin, dan Suigetsu yang sedang dipapah Juugo pun menyuruh anak buahnya untuk pergi dari sana.

Sasuke menoleh kearah Sakura, ia segera menarik gadis itu kedalam pelukannya.

“Lo gak papa kan?” Sasuke meneliti tubuh Sakura dari atas sampai bawah, takut-takut ada luka pada tubuh gadis itu. Sakura menggeleng pelan, tangannya memeluk Sasuke dengan erat. Gadis itu terisak pelan, rasanya takut bercampur lega.

“Tenang ra, jangan nangis. Lo aman sama gua.” Sasuke mengelus rambut Sakura pelan, dan sesekali mencium pucuk kepalanya, mencoba menenangkan gadis itu.

Karin yang sedari tadi menunggui Sasuke pun hanya memperhatikan mereka dengan pandangan sendu, hatinya entah mengapa terasa nyeri. Gadis berkacamata itu melihat sendiri bagaimana khawatirnya Sasuke pada Sakura.

Sakura melepas pelukan mereka, dan Sasuke langsung mengusap sisa air mata di wajahnya.

“Kenapa pulang sendirian? Ino bilang lo pulang sama Mama Mebuki. Kemana Mama sekarang?” Sasuke memegang kedua lengan Sakura erat.

“Mama gak bisa jemput, gojek dan taksi belum ada yang lewat tadi.”

“Terus kenapa gak telpon gua atau Ino?”

“Ponsel gua mati, lagian lo kan gak mau ketemu gua lagi.”

Sasuke mengusap wajahnya kasar.

“Mulai besok pulang sama gua, berangkat sama gua. Kalau mau kemana pun, bilang. Biar gua yang temenin. Gua gak mau sampai kejadian kayak gini keulang lagi. Gua gak mau lo kenapa-napa ra! Jadi jangan bikin gua khawatir, oke?” Sasuke kembali memeluk Sakura.

“Iya, makasih udah tolongin gua Sas.”

“Sst... Itu udah jadi tanggung jawab gua. Sekarang gua anter lo pulang.”

“Tapi, Karin gimana?” Sakura melirik Karin yang masih berdiri di dekat motor Sasuke.

Sasuke tidak langsung menjawab, tapi ia menarik tangan Sakura pelan, kemudian menghampiri Karin.

“Sakura gak papa?” Karin menatap Sakura khawatir. Walaupun ia tidak terlalu dekat dengan gadis itu, tetapi Sakura tetaplah temannya. Ia tidak bisa membayangkan kalau ia yang ada di posisi Sakura, pasti udah pingsan duluan.

“Gak papa kok.” Sakura tersenyum singkat, menunjukkan sekuat apa dirinya.

“Karin, sorry. Gua gak bisa anter lo pulang.” Karin tersenyum maklum, ia hanya mengangguk mengiyakan. Mengabaikan rasa sakit di hatinya. Sedangkan Sakura merasa tak enak pada Karin.

“Gimana kalau boncengan bertiga aja?”

“Gak mau ah, entar dikira cabe-cabean.” Karin menolak usulan Sakura dengan candaan.

“Terus lo pulangnya gimana?” Sakura bertanya dengan serius dan dibalas dengan senyuman hambar oleh Karin.

“Tenang ra, gojek kan ada.”

“Jangan, gua telpon Naruto aja. Dia pasti masih nongkrong di warung dekat sini. Biar dia aja yang jemput.”

“Em, oke.” Karin hanya menurut.

Beberapa menit kemudian, Naruto datang dan segera menyuruh Karin naik ke motornya.

“Hoi! Bang gojek, anterin dia sampe rumah ya. Tiati nyetirnya.” Pesan Sasuke pada Naruto.

“Asem lu!” Naruto melirik Sasuke sinis, ia tak terima dipanggil tukang ojek.

“Mampir warung dulu ya rin, gua udah pesen nasi bungkus tadi.”

“Iya Nar, gua juga laper nih.”

“Yodah, kita langung makan disana aja ya.” Naruto bergumam senang. Karena Karin juga lapar, berarti mereka tak akan langsung pulang. Jadi ia tak perlu menunda rasa laparnya lagi.

“Duluan ya, Daaah Sasuke, Daah Sakura~” Pamit Karin, dan Naruto pun melajukan motornya dengan kencang.

“Yuk pulang.” Ajak Sasuke. Lelaki itu melepaskan jaket bombernya lalu memasangkannya pada tubuh Sakura.

“Gak perlu lah Sas,”

“Pake aja! Hawanya dingin, gua gak mau lo masuk angin.”

Mau tak mau, akhirnya Sakura memakai jaket Sasuke. Setelah memakai helm untuk dirinya sendiri dan memasangkan helm yang tadi dipakai Karin dikepala Sakura, Sasuke naik ke motornya diikuti oleh Sakura.

Motor Sasuke pun melaju dengan kecepatan sedang, ia menggenggam tangan Sakura yang memeluk erat pinggangnya agar tidak terlepas. Sedangkan Sakura menempelkan dagunya pada pundak Sasuke agar ia bisa melihat wajah tampan mantan kesayangannya itu.

GLIMPSE OF USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang